Damai yang Sejahtera

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

ilustrasi

ilustrasi

DAMBAAN hidup semua sebagai mahluk Tuhan yang paling sempurna adalah hidup yang penuh kedamaian dan sejahtera. Coba kita bayangkan jika hidup kita selalu diliputi suasana kedamaian dan sejahtera, berkecukupan lahir batin. Peperangan, intervensi dan kolonisasi pasti tidak pernah akan ada di muka bumi manakala semua bangsa di dunia memahami apa makna sejati sebuah kehidupan yang damai.

Kemiskinan, kebodohan dan gizi buruk tidak pernah ada bila hidup kita sejahtera. Dunia menjadi gaduh karena damai dan sejahtera hanya menjadi sebuah slogan. Rupanya manusia tidak selamanya bisa berhasil mewujudkan kehidupan yang damai dan sejahtera karena ada berbagai faktor kepentingan subyektif yang membelenggu kehidupan, meskipun yang subyektif itu belum tentu salah.

Hal-hal yang senantiasa dikerjakannya pada umumnya lebih mengedepankan bahwa mengutamakan kepentingan yang bersifat universal adalah tidak lebih penting daripada kepentingan yang bersifat subyektif. Akibatnya, konsep hidup yang damai dan sejahtera didesain berdasarkan panduan kepentingan yang bersifat subyektif ketimbang dipandu dan dikembangkan berdasarkan kriteria yang bersifat uiniversal.

Tidaklah mengherankan kemudian di dalam kehidupan ini banyak terjadi distorsi, disharmonisasi dan disparitas yang pada ujungnya dapat melahirkan konflik yang pada gilirannya konsep kehidupan yang damai dan sejahtera dalam ukuran yang bersifat universal semakin sulit diwujudkan.

Konsep kehidupan yang demokratis memang telah berhasil memerdekakan dan membebaskan manusia dari belenggu kehidupan yang tidak demokratis. Tapi satu hal perlu diberikan catatan bahwa ternyata yang demokratispun masih menyisakan persoalan, yakni adanya seonggok kepentingan yang pada umumnya dikelola dalam kemasan politik dan ekonomi yang sangat kapitalistik.

Karena politik dan ekonomi yang kapitalisik selalu bekerja atas dasar kepentingan “subyektif”, maka ketika isu politik dan ekonomi bersinggungan dengan isu perdamaian dan kesejahteraan dalam beberapa hal melahirkan bias. Damai dan sejahtera yang bersifat abadi nyaris tidak akan pernah terjadi di belahan dunia manapun tatkala faktor kepentingan politik dan ekonomi kapitalisik yang liberal menjadi pemandu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Karena itu, kehadiran sistem tata nilai yang bersumber dari ajaran agama dan tradisi yang hidup di masyaraakat sudah sepatutnya menjadi rujukan bagi pengembangan peradaban yang akan membawa kehidupan menjadi damai dan sejahtera yang sejati seperti cita-cita kita bersama. ***

CATEGORIES
TAGS