Semua Mendadak Palestina!

Loading

Oleh: Sutrisno Pangaribuan

 

AKSI bela Palestina digelar Minggu (5/11/2023) pukul 06.00 WIB di Monas, Jakarta Pusat. Sejumlah pejabat berbaur dengan umat dalam aksi. Terlihat Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy, Ketua DPR RI, Puan Maharani, hingga Imam Besar Masjid Istiqlal KH. Nasaruddin Umar.

Selain itu, hadir pula eks Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Presiden PKS Ahmad Syaikhu, Jusuf Kalla. Sejumlah massa membawa poster bertuliskan: ‘Israel Pengecut’, #SaveAlAqsa, #FreePalestine.

Untuk catatan kita bersama, bahwa belum lama ini, Kamis, (23/3/2023), Ganjar dibully haters karena penolakannya terhadap keikutsertaan timnas Israel di gelaran piala dunia U-20, yang semula akan diselenggarakan di Indonesia.

Penolakan Ganjar (waktu itu, Gubernur Jawa Tengah) menyatakan, sikap tersebut sesuai dengan amanat Presiden pertama RI, Soekarno untuk tetap mendukung kemerdekaan Palestina sesuai Pembukaan UUD 1945.

Ganjar yang semula memuncaki seluruh hasil survei elektabilitas capres, akhirnya turun peringkat akibat penolakannya terhadap Israel. Tapi bagi Ganjar hal itu tidak jadi masalah. Ganjar mengambil risiko, saat dua bakal capres lain bermain aman, bungkam, tidak berani menyatakan sikap apapun.

Ganjar disebut blunder, mencampuradukkan sepakbola dengan politik. Ganjar dianggap bertanggungjawab atas keputusan FIFA membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah final U-20. Padahal penentu pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah dan dipindahkan ke negara lain adalah FIFA. Alasan pemindahannya pun bukan karena penolakan Ganjar semata, tetapi banyak hal lain yang dipertimbangkan FIFA, termasuk tragedi Kanjuruhan Malang yang belum selesai.

FIFA meragukan kesiapan Indonesia menggelar perhelatan Piala Dunia U-20, baik penyelenggara dan penonton. Namun Ganjar menjadi sasaran amukan haters, terutama melalui media sosial.

Ganjar Dicaci

Semua caci maki, hinaan, hujatan diarahkan kepada Ganjar yang disebut membunuh harapan anak- anak muda merasakan pertandingan piala dunia U-20. Pemerintah dan FIFA, yang telah menggelontorkan dana dalam persiapan tuan rumah disebut rugi akibat pembatalan tersebut.

Ganjar diminta bertanggungjawab atas pembatalan tersebut, oleh sejumlah pihak yang mengklaim memisahkan sepakbola dengan politik.

Ternyata, kini para pihak yang keberatan dengan sikap Ganjar pada saat itu, kini berada pada kutub politik yang berbeda dengan Ganjar. Para haters Ganjar ternyata juga para politisi yang kini masuk tim sukses putra Jokowi. Pembatalan tuan rumah oleh FIFA dikapitalisasi menghancurkan Ganjar.

Saat ini, isu Palestina kembali mengemuka, ada gelombang aksi save Palestine. Publik akhirnya sadar bahwa para politisi mulai berani menyatakan sikap karena Pemilu sudah dekat. Berbeda dengan Ganjar yang tidak mau ikut-ikutan mendadak Palestina.

Ganjar yang sebelumnya dicaci, dimaki, kini malah dipuji, disebut sebagai pemimpin yang berani. Ganjar tidak butuh status presiden untuk taat dan patuh pada konstitusi. Saat kelompok oligarki sibuk ingin mengutak- atik konstitusi, melancarkan manuver politik amandemen konstitusi, mengakomodasi penundaan Pemilu atau masa jabatan presiden 3 periode, Ganjar justru berdiri tegak meski sendiri tunduk dan taat dan setia pada konstitusi.

Demi Kontestasi

Tidak ada seorangpun bakal capres yang berani menyatakan sikap menolak Israel saat itu selain Ganjar. Sementara saat ini mereka berlomba mendadak Palestina, memasang tagar #savepalestina. Menyampaikan sikap terbuka, maupun lewat medsos, membela dan mendukung Palestina. Mereka telah berani menyatakan sikap, setelah melihat gelombang besar reaksi umat. Laman medsos para bakal capres dan cawapres pun mulai diisi ekspresi peduli, syal corak Palestina pun kini dipakai. Pengiriman bantuan yang melibatkan kementerian tertentu pun kini dijadikan amunisi, jadi bukti keberpihakan demi kontestasi.

Dukungan bagi perjuangan Palestina adalah amanat konstitusi yang harus terus disuarakan dan diperjuangkan. Ganjar melakukannya dengan berani meski sendiri, bersuara meski dicela, dicerca dan dihina.

Namun Ganjar telah merintis jalan sejarah, patuh dan taat kepada konstitusi, demi kemanusiaan dan kemerdekaan manusia, bukan untuk kepentingan politik kekuasaan dan kepentingan diri sendiri. Ganjar tidak ikut mengirim bantuan atau orasi di depan massa aksi untuk membela Palestina. Ganjar tidak mendadak Palestina demi suara, demi menjadi juara. (Penulis, Kader PDIP & Presidium GaMa Centre, tinggal di Palestina)

CATEGORIES
TAGS