Ulos Harungguan Kebanggaan Desa Wisata Ulos Papande Muara, Dilirik Christian Dior

Loading

Omak Dion boru Siregar sedang sedang manonun Ulos Harungguan

MUARA, (tubasmedia.com) – Pulo Sibandang, pulau terbesar kedua setelah Pulau Samosir yang terletak di Danau Toba, merupakan kekayaan alam yang berasal dari letusan vulkanik Gunung Toba ribuan tahun lalu.

Sibandang pulau yang erotis dan menakjubkan sehingga mampu mengundang masyarakat untuk berwisata dan tinggal lebih lama di sana menikmati keindahan alamnya.

Pulau Sibandang dihuni masyarakat di tiga desa, yaitu Desa Sibandang, Desa Sapuran dan Desa Papande. Satu diantara ketiga desa itu yakni Desa Papande, oleh Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara (Taput) ditetapkan menjadi desa Wisata Ulos.

Desa wisata ulos ini setiap harinya hening dan damai, dimana sesekali terdengar hempasan ombak Danau Toba dan suara gemeletuk benturan alat-alat tenun para kaum perempuan yang sedang bertenun  di pojok-pojok ruangan rumah.

Suasana Desa Papande  dengan luas 440 ha persegi dihuni 209  Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk  741 jiwa. Tidak kurang dari 60 % penduduknya menggeluti tenun ulos seperti Ulos Sibolang, Ulos Pinussaan, Ulos Marheter, Ulos Bintang Maratur dan Ulos Harungguan

Salah satu kebanggaan karya budaya tenun ulos di daerah itu adalah Ulos Harungguan yang sudah sangat terkenal.

Ulos Harungguan dari Desa Wisata Ulos Papande, Pulo Sibandang Kecamatan Muara ini mampu memikat hati banyak masyarakat Tapanuli, bahkan sudah menembus pasar manca negara karena corak dan pesonanya bersahaja dan berwibawa yang mengundang decak kagum banyak orang yang melihatnya.

Ulos Harungguan dikenal dengan sebutan Ina ni Ulos (induk ulos) karena memiliki warna khas suku Batak, bahkan lebih dikenal dengan Ulos Namartohonan( kebesaran).

Tampilan Ulos Harungguan terlihat apik dan berwibawa

Baru-baru ini seorang ibu rumah tangga dari Samarinda, Kalimantan Timur, Ny St Conny Irene Hilda Sirait, istri dari  dr Mangalindung Ompusunggu SpB, dengan bangga menceritakan, kalau selendang dan sarung  yang dikenakannya terbuat dari Ulos Harungguan.

“Saya senang dan bangga memakai ulos Harungguan, selain dipakai ke pesta, juga saya pakai ke gereja”katanya.

Akhir-akhir ini Ulos Harungguan  semakin digemari anak-anak rantau  Muara karena keunikan dan tampilan keindahannya yang sangat berbeda dari ulos yang lainnya.

Ny Satika Nikson Nababan, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Taput, telah mendatangi Kantor Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Jakarta dalam rangka melakukan pelindungan potensi Tenun Ulos Kabupaten Tapanuli Utara. Christian Dior perusahaan internasional-pun, telah melirik Ulos dari Taput.

Kepala Desa Papande, Mahadi Siregar mengatakan potensi tenun ulos di Desa Wisata Ulos Papande telah mampu mengangkat derajat perekonomian di daerah itu.

Nada yang sama juga diutarakan Omak Dian Morsa Siregar salah seorang penggiat tenun Ulos Harungguan di daerah itu. Menurutnya, usaha tenun ulos tersebut telah mampu memberikan penghasilan yang cukup lumayan di daerah itu.

Oma Dian Morsa Siregar mengaku, untuk memproduksi Ulos Harungguan, biayanya lumayan mahal karena mengupahkan beberapa kegiatan seperti Mangani, setelah itu baru buat motif dan merakit selanjutnya ditonun (ditenun).

Untuk satu helai Ulos Harungguan dibanderol Rp 1.200.000 hingga Rp 1.700.000.

Selain untuk ulos dan selendang, Ulos Harungguan juga dapat diolah menjadi bahan jas. (edison ompusunggu)

CATEGORIES
TAGS