Pemerintah Jangan Lebai

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

ilustrasi

ilustrasi

SEKARANG saatnya berkarya dan fokus pada hal-hal yang prioritas. Lakukan dengan penuh kesungguhan dan penuh dedikatif untuk mengerjakan pekerjaan rumah yang masih tercecer kalau mau naik kelas.

Berhentilah sejenak bermimpi indah dan lebih baik bermimpi buruk sejenak agar kita “takut” dan sadar bahwa kalau tidak menyelesaikan pekerjaan rumah, kita akan bodoh, tidak naik kelas dan ujungnya merugi karena tertinggal dengan bangsa lain di dunia.

Ketakutan dan kesadaran itu lantas membangkitkan semangat baru untuk berbenah dengan cara menyelesaikan tugas dan tanggungjawab menjawab pekerjaan rumah yang tercecer. Pasti beres kalau semua pemangku kepentingan di negeri ini melakukan kerja besar dan melakukan lompatan-lompatan yang terukur guna melakukan perubahan menuju Indonesia yang lebih baik, lebih beradab dan menjadi bangsa dan negara yang makin bersaing.

Kita bangun negeri ini dengan pendekatan berbasis nilai dengan cara meninggalkan kebiasaan lama yang bernilai buruk dan busuk diganti dengan nilai-nilai baru yang lebih memberikan harapan terjadinya perubahan dalam kesejahteraan dan kemakmuran yang adil dan merata.

Pimpin dan kelola negeri ini dengan cara yang mencerahkan bukan sebaliknya menyesatkan. Pimpin dan kelola negeri agar kita menjadi bangsa yang terus beruntung dan bukan malah merugi karena komitmen kebangsaan kita sangat tinggi. Pemimpin, tugasnya memimpin dan membimbing yang dipimpin agar semua bekerja dan beraktifitas di jalan yang lurus untuk menuju negara yang baldatun toyibatun warrobun ghofur.

Keprihatinan kita sudah bertumpuk. Bertumpuk akibat melihat kenyataan bahwa pemimpin di negeri ini sepertinya tidak sanggup memberikan jalan keluar dari lorong gelap yang sedang dihadapi bangsa dan negara setelah menjalankan politik yang demokratis. Demokrasi tidak akan menjamin adanya pertumbuhan dan kemajuan kalau tidak diikuti dengan kerja-kerja besar disertai lompatan-lompatan besar untuk mengerjakan pekerjaan rumah di segala aspek kehidupan.

Pertumbuhan dan kemajuan tidak akan bisa kita raih dengan debat yang tak berujung pangkal atas nama demokrasi. Bangsa dan negara ini jangan dibawa untuk mengkapitalisasi kejahatan dan kemudlaratan karena para pemimpinnya asyik sendiri bertransaksi politik, melakukan korupsi kecil dan korupsi besar dan diikuti dengan pencucian uang untuk kepentingan dinasti.

Kepada para calon pemimpin baru, tidak perlu anda membuat visi yang indah-indah karena yang indah dan menawan itu sudah ada di UUD 1945. Misinya yang utama adalah mengoperasionalkan apa yang tersurat dan tersirat ke dalam bentuk kebijakan dan progam yang membumi. Dalam arti bisa dikerjakan oleh sumber daya yang sudah ada tanpa harus menambah beban hutang baru.

Prestasi seorang pemimpin negara adalah tidak cukup hanya menyatakan bahwa pemerintah telah berhasil menjalakan kebijakan makro ekonomi yang prudent, tapi pertumbuhan sektor riilnya mandeg atau hanya tumbuh lamban. Kalau hanya fokus ke urusan makro saja maka negeri ini cukup diurus oleh Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan saja.

Pemerintah tugasnya menyelesaikan pekerjaan rumahnya di sektor mikro seperti masalah infrastruktur, pendidikan, kesehatan, kebudayaan, pertanian, pertambangan, perindustrian, perdagangan, UMKM dan mengurus progam jaring pengaman sosial. Masalah makro serahkan saja ke Gubernur BI dan Menkeu yang independen, pasti beres.

Rampingkan struktur kabinetnya karena kalau ada progam prioritas tidak harus disertai dengan membuat kembagaan baru. Seperti kementerian PDT rasanya tidak efektif pekerjaannya. Yang sering kita lihat di televisi yang maju hanya menterinya saja seperti selebritis.

Kementrian PDT tidak punya kebijakan. Yang ada hanya progam PDT yang hanya menambah beban APBN karena sesungguhnya progamnya sudah dikerjakan oleh kementerian teknis yang bertanggungjawab.

Semoga pemimpin kita ke depan tidak menjadi sosok yang lebai, suka curhat. Kita butuh pemimpin yang siap menjadi jenderal lapangan yang handal untuk menyelesaikan pekerjaan rumah yang masih tercecer. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS