Great The Voice Industry
Oleh: Fauzi Aziz
SENANG, bangga dan luar biasa bakat dan talenta putra-putri bangsa di bidang seni, musik dan vokal. Acara seperti Indonesian Idol, The Voice Indonesia adalah ajang pemanduan bakat yang cukup bergengsi. Setiap tahun ada saja bermunculan pemilik suara emas menjadi 10 the singers terbaik dengan kemampuan olah vokal yang beragam, baik secara individual maupun grup vokal.
Belum lagi mereka yang membentuk band, seperti Ungu, Noah, Wali, Niji, dll. Mereka adalah para kandidat the great power di industri musikal Indonesia. Masa depan yang menjanjikan buat mereka asalkan profesionalismenya selalu terjaga. Dan sebagian terbukti telah banyak meraih sukses di blantika musik Indonesia, seperti Melly Guslow, KD, BCL, Rosa, Anggun C. Sasmita dan Agnes Monica. Dua idola yang terakhir ini malah sudah mendunia. Industri musik dan vokal di dalam negeri berkembang dan tumbuh benar-benar dalam lingkungan persaingan yang ketat dan hidup berdasarkan mekanisme pasar, nyaris tanpa ada campur tangan pemerintah.
Mereka telah menjadi sebuah klaster industri hiburan di negeri ini. Rantai nilainya cukup panjang dan kuat. Kalau di Eropa, industri sepakbola yang great power. Tapi di negeri ini industri hiburan, khususnya musik dan vokal nampaknya punya masa depan gemilang.
Dengan bakat yang dimilki, mereka berhasil menjadikan dirinya sebagai mesin ekonomi, baik bagi dirinya dan keluarga, maupun bagi para produser, manajemen artis, sponsor, media dan industri peralatan musik. Yang masih menjadi masalah adalah soal perlindungan hak cipta. Penegakan hukumnya sangat lemah. Pelanggaran hak cipta seperti ada pembiaran dan jika tidak berhasil ditegakkan hukumnya, maka hal ini sangat merugikan, meskipun tidak menyurutkan mereka untuk tetap berkreasi, berkarya dan terus berprestasi.
Padahal nilai tambahnya tergerogoti terus menerus oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungawab, demi uang. Sebagai bangsa, cukup prihatin melihat kenyataan bahwa kecurangan yang oleh aparat penegak hukum sepertinya dibiarkan terjadi. Keprihatian selanjutnya, pemerintah kurang menaruh perhatian atas perkembangan dan kemajuan di industri musik dan vokal.
Barangkali malah lebih baik tidak dicampurtangani pemerintah, industri musik dan olah vokal justru bisa tambah maju, dalam suasana persaingan yang ketat dan dengan perlindungan hukum yang lemah. Namun sekarang saatnya bagi pemerintah untuk memberi perhatian penuh atas dinamika kemajuan industri musik dan olah vokal sebagai salah satu mesin pertumbuhan ekonomi.
Minimal cawe-cawe menyediakan ruang publik yang memadai. Masak audisinya bisa glamour, tapi setelah berproses di pasar, mereka tampil di lapangan becek, seperti nonton bioskop layar tancap. Di dalam negeri digdaya dan di luar negeri industri musik dan olah vokalnya harus berjaya. Event di mancanegara sebaiknya pemerintah memberikan dukungan yang maksimal.
Sekarang ini kalau manggung di luar negeri sifatnya baru sebatas menghibur (pada umumnya kepada para TKI). Modalnya memang tidak kecil kalau mau show performace dan tampil kolaborasi dengan musisi dan para vokalis kelas dunia. Di Asean rasanya kita unggul. Pesaing kuatnya paling Filipina.
Di Asia kita masih kalah dengan Korsel dan India.Tapi mereka menjadi hebat karena promosinya luar biasa dan pemerintahnya memberikan dukungan maksimal. Oleh sebab itu, tiba saatnya seluruh komponen bangsa untuk ikut membesarkan industri musik dan olah vokal di negeri ini.
Kebangkitan dan kejayaan industri musik dan vokal sudah berada pada jalurnya untuk berkembang dan tumbuh sebagai salah satu mesin pertumbuhan ekonomi. Indonesia sudah punya property java jazz, selamat pak Pieter Gontha. Kita berharap sekian banyak tokoh lagi seperti beliau ini sebagai penggerak industri musik dan vokal di ranah pasarnya. Great the voice industry. ***