Bermula dari Mendidik Diri Sendiri

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

JAKARTA, (TubasMedia.Com) – Fenomena golput bukan cuma di Pemilu sekarang. Di banyak Pemilu, di daerah-daerah lain di Indonesia ini, fenomena serupa selalu ada. Ini tentu menjadi masalah dalam berdemokrasi kita. Mudah-mudahan kita semakin paham.

Dulu kita meneriakkan ingin berdemokrasi yang sebenarnya. Mestinya teriakan kita itu mesti tahu maknanya. Berdemokrasi itu bukan berarti kita berdiam diri. Demokrasi itu, bila kita kehendaki, maka kita harus tahu menggunakan hak kita. Katakanlah kita harus tahu menggunakan hak kita dalam Pemilu (Pemilukada), karena itu bagian dari demokrasi.

Kalau di masa lalu, di mana demokrasi tidak seperti sekarang ini, kita milih atau tidak milih, hasilnya sama saja. Sekarang, kita sudah mengalami perubahan. Tapi, kadang-kadang, saat Pemilu berlangsung, orang jadi bingung mau pilih siapa. Kok begitu?

Jadi, sempat dalam twitter saya, saya tulis sebelum Pemilukada DKI dua minggu lalu itu, meminta warga atau teman-teman agar meluangkan waktu barang sejam ke TPS untuk menyoblos pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur yang kita kehendaki. Dan bagi orang-orang yang dekat dengan internet, dapat melihat track record dari semua kandidat, kita cari tahu tentang mereka agar kita bisa memilih calon yang terbaik dari semua yang baik.

Penting diingat, menjadi pemimpin di Jakarta haruslah pilih yang tepat, yang benar-benar berkarakter nasionalis, mengingat penghuni Jakarta terdiri dari beragam agama, suku, ras, dan status sosial. Di Jakarta ini kumpulan orang-orang terkaya, tapi juga orang-orang yang belum sejahtera. Sebab itu, yang dibutuhkan adalah pemimpin yang piawai terhadap keberagaman ini. Ini yang paling penting. Pemimpin DKI harus yang nasionalis. Pemimpin yang terus menerus memperjuangkan kesejahteraan masyarakat yang pluralis itu.

Saya berharap agar dalam mengikuti Pemilukada putaran kedua pada 20 September nanti, kekeliruan teknis tidak terjadi lagi. Paling tidak jumlah orang yang akan golput hanya tinggal menghitung jari.

Untuk mempertegas itu, diharapkan pula kepada warga DKI agar mengunakanlah hak politiknya dalam menentukan siapa pemimpinnya. Saya selalu ingat akan sebuah kalimat yang mengatakan: “Apa artinya kemerdekaan tanpa mendidik diri sendiri”. Buat saya, kata-kata itu tidak bisa lekang oleh waktu. “Apa artinya kita merdeka, tapi tidak mampu mendidik diri sendiri.”. (stevie)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS