Transportasi Barang Menjelang Lebaran

Loading

Oleh : Efendy Tambunan

Ilustrasi

TRANSPORTASI logistik di Indonesia saat ini menghadapi permasalahan akut tanpa solusi konkret. Selain masalah infrastruktur, peningkatan lalu lintas barang tidak diimbangi dengan pelayanan yang optimal di terminal dan di pelabuhan. Akibatnya gampang ditebak, biaya transportasi meningkat dan waktu pengiriman menjadi lebih lama.

Siapa yang dirugikan? Sudah barang tentu produsen dan konsumen. Biaya angkut mahal akan menekan harga barang di tingkat produsen. Selanjutnya konsumen membeli barang dengan harga yang tidak sebanding dengan nilainya.

Mengingat jumlah penduduk Indonesia saat ini sekitar 240 juta orang, dan bermukim di banyak pulau, masalah sandang, pangan, lingkungan dan infrastruktur menjadi isu sensitif, yang bisa menjadi ancaman atau potensi. Jika dikelola dengan baik, masalah tersebut akan menjadi potensi yang sangat menjanjikan. Tetapi, jika tidak dikelola dengan baik masalah tersebut akan berubah menjadi ancaman besar.

Mahalnya biaya angkutan logistik dan tingginya biaya produksi komoditas pertanian menyebabkan daya saing produk hortikultura dalam negeri kalah jauh dari produk impor dari China dan Thailand. Buah impor membanjiri pasar swalayan hingga ke pedagang kaki lima. Produk buah dalam negeri terjepit dan kalah bersaing. Pada saat ini, pemerintah mulai melindungi produk hortikultura dalam negeri dengan membatasi jumlah importir resmi hortikultura dan pintu masuk pelabuhan.

Hal yang sama terjadi dengan produk tekstil. Pakaian buatan China lebih murah dan unggul dalam desain, sehingga produk mereka membanjiri sentra penjualan pakaian terbesar di Asia Tenggara, Tanah Abang.

Pertumbuhan Penduduk

Berdasarkan penelitian penulis di pusat penjualan pakaian Tanah Abang dalam 3 tahun terakhir, volume pengiriman barang pakaian ke seluruh Indonesia menjelang Lebaran semakin meningkat. Meningkatnya volume pengiriman barang diduga karena pertumbuhan penduduk dan meningkatnya daya beli masyarakat.

Fokus penelitian penulis hanya pada pengiriman barang ke Kawasan Indonesia Timur seperti Kalimantan Timur. Dari Tanah Abang, barang dikirim dengan truk ukuran besar ke Pelabuhan Perak di Surabaya kemudian barang diangkut kembali dengan kapal ke pelabuhan Samarinda. Dari pelabuhan Samarinda, barang diangkut kembali dengan truk dari perusahaan ekspedisi ke tempat tujuan akhir.

Sebagai contoh sederhana, biaya pengiriman barang ke Samarinda adalah Rp 3.500 per kg dan minimal pengiriman 50 kg. Jika tonase barang di bawah 50 kg, biaya kirim barang tetap dihitung 50 kg dengan biaya Rp 165.000. Artinya, transportasi barang pakaian akan lebih efisien jika dikirim minimal 50 kg.

Pada umumnya, lama pengiriman barang 7 s/d 10 hari. Tetapi, menjelang Lebaran tiba, biaya pengiriman barang tetap Rp 3.500 per kg tetapi lama pengiriman barang menjadi 2 s/d 3 minggu. Semakin dekat dengan Lebaran, waktu pengiriman barang semakin tidak terukur dengan berbagai alasan.

Pertama, barang pakaian yang dikirim menjelang Lebaran melebihi kapasitas angkut sehingga banyak barang menumpuk di gudang perusahaan ekspedisi dan tidak bisa diangkut hari itu juga. Penumpukan barang bukan terletak pada terbatasnya jumlah truk dari Jakarta ke Surabaya, tetapi lebih kepada tingkat kepercayaan perusahaan ekspedisi terhadap perusahaan dan supir yang mengangkut barang pakaian yang bernilai miliaran rupiah.

Kedua, selain penumpukan barang, masalah berikutnya adalah tidak efisiennya angkutan laut yang disebabkan oleh terbatasnya kapasitas kapal, pelayanan pelabuhan yang tidak beroperasi 24 jam, dan terbatasnya jenis dan ukuran kapal yang merapat di pelabuhan, karena kurangnya kedalaman kolam pelabuhan.

Ketiga, barang yang tiba di Pelabuhan Samarinda dalam sejumlah kontainer tidak bisa dikeluarkan sekaligus, tetapi dicicil dalam beberapa hari, karena terbatasnya fasilitas pelabuhan dan jam operasi pelabuhan terbatas.

Barang yang sudah dikeluarkan dari pelabuhan diangkut kembali dengan truk perusahaan ekspedisi lain ke tempat tujuan pengiriman barang. Jadi permasalahan utama (bottle neck) bukan terletak pada infrastruktur jaringan jalan, tetapi lebih pada lambannya pelayanan di pelabuhan asal dan tujuan.

Beroperasi 24 Jam

Peneliti lain pernah melakukan survei tahun 2010 terhadap karyawan di Pelabuhan Makassar apakah karyawan tersebut bersedia bekerja jika pelabuhan beroperasi 24 jam melalui pergantian shift. Hasil survei menunjukkan, para karyawan pelabuhan tidak bersedia bekerja melalui pergantian shift dengan berbagai alasan.

Sebagai informasi, volume lalu lintas barang melalui empat pelabuhan utama seperti Tanjung Priok, Tanjung Perak, Belawan dan Makassar semakin meningkat. Karena meningkatnya volume barang, waktu pelayanan arus keluar masuk pelabuhan semakin lama. Pelayanan pelabuhan 24 jam di Makassar, Medan dan Tanjung Perak menjadi keniscayaan. Hingga saat ini, hanya Pelabuhan Tanjung Priok yang beroperasi 24 jam.

Tidak bersedianya karyawan pelabuhan bekerja di pelabuhan yang akan beroperasi 24 jam harus dicari solusinya untuk mencegah terjadinya stagnasi lalu lintas barang. Sebagai negara kontinental, pelabuhan memegang peranan sangat strategis dalam transportasi logistik. Pada umumnya pelabuhan di Indonesia saat ini menghadapi permasalahan yang sangat serius. Stagnasi arus keluar barang semakin meningkat.

Perlu dicarikan solusi dan diambil tindakan segera. Pendalaman kolam pelabuhan untuk menampung ukuran kapal (DWT) yang lebih besar, penambahan fasilitas pelabuhan, operasi pelabuhan 24 jam untuk pelabuhan utama dan perbaikan akses jaringan jalan dari hinterland ke pelabuhan harus segera dilakukan supaya daya saing dan peringkat logistik Indonesia semakin meningkat.

Pembangunan Pelabuhan Baru di Pelabuhan Tanjung Priok yang dimulai awal Juli 2012 merupakan bukti keseriusan pemerintah. Tetapi, pelabuhan lainnya juga mendesak untuk diperluas. Perluasan kapasitas dan penambahan fasilitas pelabuhan di sejumlah wilayah akan mengurangi stagnasi arus keluar barang dan akan mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut. ***

(penulis adalah Dosen Teknik Sipil UKI dan pengamat logistik)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS