Spekulator Lebih Lihai dari Aparat Negara

Loading

Oleh: Sabar Hutasoit

ilustrasi

ilustrasi

TERNYATA para spekulator lebih lihai dari aparat negara pengelola negeri ini. Tanpa banyak bicara dan tanpa ada janji serta tanpa banyak ngomong, harga sembilan bahan pokok (sembako) selalu meningkat menjelang bulan puasa hingga lebaran tiba.

Beda dengan pemerintah yang banyak janji dan banyak bicara yang selalu mengatakan antara lain harga dijamin tidak naik, pasokan dijamin melimpah dan banyak lagi janji-janji yang diumbarkan, nyatanya janji tinggal janji, harga sembako dengan tenangnya melejit dan pemerintah yang mengumbar janji tidak bisa berbuat apa-apa.

Anehnya, bagi si pengumbar janji tidak pernah ada sanksi apa-apa dan dirinya—pun tidak pernah merasa malu karena yang dijanjikan tak pernah terwujud. Si spekulator juga tidak pernah ditindak sementara dia dengan tenangnya menanggok keuntungan yang nilainya cukup besar dari permainan bisnis yang membuat rakyat menderita.

Pendapat ini bukan hasil seminar dan bukan pula hasil diskusi. Akan tetapi fakta di lapangan yang mengatakan demikian. Kalau mau buka bundel, hampir setiap tahun menjelang bulan puasa, pemerintah mengatakan jaminan harga tidak naik dan hampir tiap tahun itu juga para spekulator tidak pernah mengumbar janji memainkan harga. Tapi faktanya, seperti kita ungkapkan di atas, harga selalu naik dan tidak pernah normal apalagi turun.

Tampaknya aparat negara khususnya yang bertanggungjawab soal pengamanan harga dan penyedia barang, sudah tidak punya konsep lagi bagaimana cara pengamanan dan penstabilan harga

Namun sebagai pejabat negara yang merasa bertanggungjawab atas kenyamanan masyarakat, sang aparat itu sembarang mengumbar bicara dengan harapan omongannya enak didengar telinga rakyat walau omongan itu sama sekali tidak ada lagi isinya. Singkatnya, hanya ingin pencitraan yang tidak ada maknanya kepada kepentingan rakyat.

Puasa memang baru berjalan dua hari, namun harga kebutuhan pokok semakin melonjak drastis sehingga warga berharap pemerintah secepatnya mestabilkan harga menjelang lebaran.

Seharusnya memang pemerintah turun langsung memantau pergerakan kenaikan harga kebutuhan pokok di pasaran sebab hampir seluruh kebutuhan pokok yang dijual di pasar tradisional namun apayang dikata, pemerintanh juga tampaknya terbatas kemampuannya menstabilkan harga karena memang itu tadi spekulator lebih lihai dari aparat negara.

Kenaikan harga di sejumlah pasar seperti cabe rawit merah, cabe kriting, sayuran, ayam potong, telor ayam dan daging. Akan tetapi yang paling parah kenaikan harga cabe rawit merah dari sebelumnya Rp 60 ribu menjadi Rp 120 ribu/kg

Beberapa kali pejabat pemerintah rajin melakukan peninjauan ke pasar-pasar tradisional namun sayangnya kedatangan mereka tidak memberikan efek penurunan harga komoditas.

‘’Yang ada kalau salah satu menteri ke sini hanya pencitraan saja, tidak ada warning terhadap pedagang. Buat apa ke sini (pasar) kalau mantau harga yang tidak turun-turun,” begitu ujar pedagang sembako di pasar Palmerah, HM Wardi (51).

Salah satu pembeli juga merasakan hal yang sama, Evy (45), mengatakan kedatangan mereka hanya mau pamer. “Mereka kalau datang ga ngaruh, ya ada pasar rame terus pada foto-foto, kecuali kalau pejabat tinggi datang langsung turun harganya, itu baru ada artnya bagi rakyat. Kalau sekarang hanya pencitaraan doang,” keluhnya.

Memang harga kebutuhan pokok saat ini sulit dipantau. Harga daging sapi di Pasar Bendungan Hilir Rp 150.000 per kilo nya.

Sementara komoditas kentang saat ini dijual Rp 10.000 dari sebelaumnya hanya Rp 6.000 per Kg, bawang merah Rp 65.000 naik dari Rp 60.000 per Kg. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS