Perlu Pencetakan Sawah dan Lahan Hortikultura
Laporan: Redaksi
JAKARTA, (tubasmedia.com) – Deklarasi rencana aksi peningkatan produksi pangan yang berlangsung di Bukittinggi hari Selasa (29/10), hanya mengkalkulasi hitungan-hitungan kebutuhan dan produksi. Akan tetapi di mana dan dari mana sumber produksi diperoleh tampaknya hanya didasarkan pada data-data Biro Pusat Statistik.
Deklarasi rencana aksi ini dihasilkan dari rapat pembahasan pangan yang dipimpin Menko Perekonomian Hatta Rajasa yang dihadiri 12 gubernur/wakil gubernur, perwakilan Kadin dan pengusaha. Rapat memfokuskan peningkatan produksi lima komoditas pangan penting, yakni beras, kedelai, gula, daging sapi, dan jagung.
Sebenarnya untuk menjawab kekurangan pangan nabati dan hewani yang berkepanjangan selama ini, sudah waktunya pemerintah memperbanyak pencetakan sawah untuk tanaman padi, serta pengadaan lahan atau ladang hortikultura yang luas untuk tanaman kedelai, tebu, jagung, bawang merah, bawang putih, cabai, dan jenis kacang-kacangan lainnya.
Sedangkan untuk mencukupi kebutuhan pangan hewani, selain perluasan berbagai padang savana yang ada, bisa juga memanfaatkan perkebunan-perkebunan negara yang cukup luas di nusantara untuk pemeliharaan ternak sapi, kerbau, kambing dan jenis hewan lainnya di sela-sela tanaman pokok kebun karet, sawit, jati atau tanaman keras lainnya yang bisa dikolaborasi. Dengan demikian, dalam jangka panjang, pemenuhan kebutuhan pangan kita tidak perlu lagi tergantung pada impor.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sendiri dalam pidato pengantarnya pada rapat pembahasan pangan di Balai Sidang Bung Hatta, Bukittinggi tersebut, memerintahkan jajaran pemerintah untuk tidak gampang memberlakukan impor bahan pangan. Ketergantungan pada impor, menurut presiden, membuat Indonesia rentan terhadap ketidakstabilan harga pangan global.
Maka, pencetakan sawah dan pengadaan lahan untuk tanaman pangan inilah yang perlu diprogramkan mulai saat ini, karena lahan yang ada sudah banyak diokupasi untuk pembangunan infrastruktur jalan, khususnya pembangunan jalan- jalan tol, yang melintas persawahan dan pedesaan, serta proyek properti super blok, super mall, dan arena permainan yang semakin merambat ke pinggiran kota.
Dulu pada zaman Orde Baru, sempat terdengar adanya rencana pencetakan sawah yang cukup luas oleh BUMN PT Pertamina dan PT Pusri. Namun belakangan proyek ricefield besar-besaran yang sempat dibangga-banggakan itu tidak diketahui lagi kelanjutannya. Bahkan, direncanakan pembukaan lahan besar-besaran di Papua, waktu itu masih bernama Irian Jaya, untuk daerah pertanian. Demikian pula pembangunan lahan gambut untuk pertanian di Kalimantan. Tetapi semuanya hanya tinggal rencana.
Kementerian Pekerjaan Umum juga banyak melakukan proyek pencetakan sawah, antara lain di daerah Sumatera Selatan, dan di daerah-daerah penempatan transmigrasi, namun pemanfaatannya kurang terkoordinasi, dan hanya dibagi-bagi begitu saja. Sehingga pencetakan sawah yang dilengkapi sarana irigasi yang cukup mahal itu, tidak mendapatkan hasil yang optimal. (anthon)