Perajin Anyaman Rotan Gulung Tikar, Akibat Tingginya Harga Bahan Baku
TARUTUNG, (tubasmedia.com) – Tingginya biaya produksi anyaman rotan di Dusun Sibuntuon di Desa Simanungkalit, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara (Taput), telah menyebabkan perajin anyaman rotan di desa tersebut, gulung tikar.
Satu-satunya yang masih bertahan hanyalah Janiper Hutagalung (41). Dia tetap mempertahankan usaha rumahan yang dirintis mendiang ayahnya tahun 1955 itu sehingga sebutan perkampungan perajin anyaman rotan ke desa tersebut tidak sepenuhnya sirna.
Seperti dilansir medanbisnisdaily.com, Janiper Hutagalung menuturkan,
dulu penduduk dusun setempat menekuni kerajinan anyaman rotan. Tapi kini, sejak 1997, sudah beralih menjadi petani cabai dan profesi lain. ‘’Perajin anyam rotan beralih ke profesi lain disebabkan ongkos produksi kerajinan rotan terlalu tinggi. Akhirnya, para pengerajin gulung-tikar,” tutur Janiper.
Tingginya ongkos produksi kerajinan anyaman rotan, sebut Janiper, disebabkan sulitnya mendapatkan bahan baku dan kalaupun ada, harga rotan terlalu mahal. Belum lagi ongkos transportasi. Untuk bahan baku, diperoleh dari daerah Doloksanggul dan Tele, Kabupaten Samosir
Untuk proses pembuatan kerajinan anyaman rotan, seperti bakul dan keranjang, papar Janiper, membutuhkan 1 kg rotan yang sudah diarit dan benar-benar kering. Hasilnya, harga satu unit bakul anyaman rotan hanya laku dijual di pasar sekira Rp 20.000.
Janiper mengatakan, jenis kerajinan rotan yang mereka kerjakan, di antaranya bakul dan keranjang tenteng, keranjang buah, mulai dari ukuran kecil hingga ukuran standar/ukuran besar. Lalu, lampion lampu, berbagai jenis barang perabotan rumah tangga, keranjang kandang ayam dan lainnya.
“Produksi kerajinan itu, selain dijual di pasar lokal, juga dipasarkan ke Kabupaten Karo, Tanjungbalai dan Pematang Siantar,” katanya.
Untuk itu, Janiper mengharapkan adanya uluran tangan dari pemerintah untuk menjembatani pengadaan bahan baku dengan harga beli yang kompetitif agar produk mereka dapat bersaing. (red)