Pemakai, Masih Gemar Gunakan Aspal Impor
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Aspal Buton (Aspabi), Dwi Putranto
JAKARTA, (tubasmedia.com) – Pemanfaatan aspal Buton hingga kini belum maksimal. Kontraktor dalam negeri, baik swasta maupun pemerintah masih lebih gemar menggunakan aspal impor ketimbang aspal Buton.
Demikian benang merah yang ditemukan pers dari berbagai nara sumber saat berkunjung ke beberapa lokasi tambang aspal Buton di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara, kemarin.
Dari 2 juta ton pemakaian aspal di Indonesia dalam setiap tahun, baik untuk pembangunan jalan baru maupun perbaikan jalan rusak, hanya 20 persen aspal Buton 80 persen lainnya didatangkan dari luar negeri alaias impor.
‘’Kita tidak tahu kenapa bisa begitu padahal yang kita tahu bunyi surat kontrak pembuatan jalan atau perbaikan disebut aspal yang digunakan adalah aspal Buton. Eh…gak taunya dalam prakteknya yang dipakai malah aspal impor,’’ kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Aspal Buton (Aspabi), Dwi Putranto.
Menurut Toto (nama panggilannya), pihaknya tidak tau menahu kenapa penggelapan itu bisa terjadi di hampir seluruh proyek pengaspalan jalan baik jalan baru maupu perbaikan.
Ditanya apa hebatnya aspal impor ? dijawab sama Toto; tidak ada. “Harganya jauh lebih mahal, mutunya juga jauh di bawah mutu aspal Buton. Tapi entah kenapa harus diubah isi surat kontrak dari aspal Buton menjadi aspal impor. Dan ini bukan rahasia umum lagi, terbuka, semua pihak tahu tapi tidak pernah ada yang dijatuhi sanksi penggelapan,’’ katanya sembari senyum-senyum.
Disinggung tentang diluncurkannya Peta Jalan Hilirisasi Aspal Buton oleh Kementerian Perindustrian yang disebut sebagai strategi untuk memperkuat sektor infrastruktur nasional dan mengurangi ketergantunganpor, Toto mengangguk setuju bahkan mengacungkan jempol.
Mesin pemroses aspal terhenti
Koordinasi
Namun dikatakan, untuk memperkuat peta jalan tersebut dibutuhkan koordinasi antardep yang integratif. Harus ada satu kesatuan untuk mengurusi aspal Buton karena aspal Buton bukan hanya tanggungjawab satu kementerian, namun seluruh kementerian dan lembaga yang terkait.
Dalam kesempatan bincang-bincang di salah satu tambang aspal, Toto menyetakan miris melihat mesin pemroses aspal Buton yang tidak beroperaasi lagi karena tidak adanya pembeli di dalam negeri. Mau ekspor setengah jadi tidak dibenarkan program hilirisasi.
Namun ada satu dua dari antara penambang aspal itu yang masih melanjutkan kegiatan perdagangan antar pulau dari Buton ke Jawa Timur, Batam, Sulawesi Tengah dan Kalimantan Timur akan tetapi mesin pemroses aspal jadi sudah terhenti sejak beberapa bulan lalu.
Di bagian lain keterangannya, Toto menguraikan bahwa sebenarnya, jika pemerintah benar-benar mau melayani seluruh pembeli dari seluruh nusantara dari Pulau Buton, produsen aspal Buton juga pasti kewalahan.
Pasalnya infrastrukturnya belum memadai, badan jalan dari dan ke lokasi produksi di Pulau Buton teramat sempit tidak mungkin bisa dilalui truk-truk ukuran besar. Begitu juga dengan pelabuhan belum siap untuk melayani pengapalan. ‘’Semuanya masih jauh dari lengkap,’’ katanya.
Tumpukan aspal kering
Bebenah Diri
Karena itu lanjutnya, jika pemerintah benar-benar menjadikan Pulau Buton daerah produsen aspal siap pakai, semua instansi baik perhubungan, PU dan sebagainya harus bebenah diri melengkapi segala-galanya.
Menurut pandangan mata, untuk mencapai lokasi dari kota Bau-bau memekan waktu sekitar dua jam melewati hutan lindung dan hutan perawan tanpa ada penerangan jalan, gelap. Badan jalan juga teramt sempit dan ditumbuhbi rerumputan liar dan terkesan gtidak pernah terjamah oleh tangabn manusia alis tak terurus.
Namun ditambahkan untuk tahun 2045 saat Indonesia memasuki tahun emas, semua kegiatan di proses tambang aspal Buton sudah terintegrasi, 2045 impor sudah sepenuhnya stop, Indonesia sudah swasembada aspal bahkan sudah menembus pasar ekspor.
Kondisi jalan sempit
Sebagai catatan, peluncuran Peta Jalan Hilirisasi Aspal Buton disebut menjadi tonggak penting dalam pemanfaatan sumber daya alam dalam negeri untuk mendukung pembangunan nasional. Psalnya, aspal Buton memiliki potensi besar untuk menjadi pilar utama dalam pembangunan infrastruktur nasional.
Dengan hilirisasi Aspal Buton, diharapkan Indonesia tidak hanya meningkatkan kemandirian dalam sektor aspal, tetapi juga membuka peluang lapangan kerja baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah telah mengidentifikasi Aspal Buton sebagai salah satu komoditas strategis yang perlu dikembangkan. Sejak tahun 2022, berbagai kementerian dan lembaga terkait telah bekerja sama untuk mempercepat pemanfaatan sumber daya alam ini.
Peta Jalan Hilirisasi Aspal Buton yang telah diluncurkan memuat visi Aspal Buton Menjadi Tuan Rumah Pasok Aspal Nasional Tahun 2030. (sabar)