Pelaku UKM Keluhkan RAPBA
Laporan: Redaksi
Ilustrasi
BANDA ACEH, (TubasMedia.Com) – Pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mengeluhkan belum disahkannya Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Aceh (RAPBA) tahun 2013. Molornya pengesahan anggaran ini berdampak langsung pada usaha seperti sepinya permintaan atau pembeli.
Penjual pulsa eceran di kawasan Batoh, Banda Aceh Jafaruddin mengaku, akhir-akhir ini pembeli pulsa di kiosnya agak sepi jika dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. “Kadang ada yang beli tapi utang dulu, alasannya uang belum cair ,” katanya.
Kondisi ini berbeda dibandingkan pada bulan-bulan terakhir di 2012, di mana pembelinya lumayan banyak. “Bahkan uang yang dikasih pembeli banyak uang nominal besar seperti Rp 50 ribu, bukan uang pecahan,” ujarnya.
Muhammad Rizal, pemilik toko pakaian di kawasan Lambhuk, Banda Aceh, menambahkan agak sepi memang, mungkin ada pengaruhnya dengan belum disahkan APBA. Menurut dia dengan sepinya pembeli ini sangat berpengaruh terhadap omzet. Padahal dia membutuhkan banyak biaya untuk membayar sewa toko, listrik, air serta kebutuhan keluarga.
Pakar UKM dari Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Iskandar Madjid mengatakan, sangat wajar pedagang mengeluh dengan belum disahkannya APBA. Menurut dia perekonomian dan perdagangan Aceh masih sangat bergantung pada APBA karena provinsi ini belum memiliki sektor produksi atau industri besar. “Dampak sangat luas dari belum disahkannya APBA terutama di sektor ekonomi dan perdagangan,” jelasnya.
Belum disahkannya APBA membuat uang yang beredar di Aceh sedikit. Hal ini berpengaruh langsung pada minat beli masyarakat. “Minat beli turun, karena tidak ada uang,” ujar Direktur UKM Center Unsyiah itu. Iskandar menuturkan, akhir-akhir ini para pedagang kaki lima di Pasar Peunayong Banda Aceh juga mengeluh sepinya pembeli.
“Dijual sayur enggak habis, mereka jual telur juga enggak habis. Kenapa? Karena uang belum ada. Ya itu dampak langsung pada industri-industri kecil ,” jelasnya. (red/sis)