Menperin Dorong Mahasiswa Kembangkan Potensi Industri Daerah
KUPANG, (tubasmedia.com) – Pembangunan dan pemerataan industri terus dilakukan di Indonesia dengan mengoptimalkan potensi daerah. Aktivitas produksi di daerah juga efektif meningkatkan nilai tambah yang berdampak langsung pada masyarakat setempat.
Manfaat yang diperoleh antara lain penyerapan tenaga kerja, berkembangnya aktivitas ekonomi dan semakin terbukanya akses informasi serta wawasan sehingga meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Menteri Perindustrian Saleh Husin mengungkapkan hal itu saat memberikan kuliah umum di Universitas Nusa Cendana (Undana), Kupang, Kamis (14/4/2016). Kepada ratusan mahasiswa, Menperin menyemangati agar turut mengembangkan potensi Nusa Tenggara Timur.
“Seperti halnya Indonesia, NTT ini punya potensi lengkap. Budaya beragam di setiap pulau, keindahan alam dari gunung, dataran tinggi hingga pantai dan mineral serta hasil laut yang semuanya perlu sentuhan lebih lanjut untuk dimanfaatkan,” katanya pada kuliah umum bertema “Prospek Pengembangan Industri Daerah dan Kontribusi Perguruan Tinggi”.
Budaya misalnya, telah berabad-abad melahirkan karya seni seperti kerajinan serta tenun bermotif khas Flores, Timor, Sumba dan lain-lain. Begitu juga dengan potensi olahan pangan seperti gula kelapa dan nira.
Tutur Menperin, banyak pengusaha muda yang memanfaatkan kekhasan daerah untuk diaplikasikan pada produk kerajinan modifikasi. Dia menularkan ide, mahasiswa dan pengusaha pemula di NTT berpotensi memproduksi aneka tas, tempat tisu, dan pernak-pernik rumah tangga bermotif tenun daerah.
Sementara itu, di NTT juga terdapat beragam potensi industri yang dapat dikembangkan, diantaranya industri perbengkelan kapal; industri produk sandang dengan pewarna alam; industri pangan seperti kacang mete, gula, daging sapi, jagung; industri Garam, serta industri kerajinan berupa batu akik, sasando, dan anyaman bambu.
Menteri Saleh juga mengajak civitas akademika Undana bentuk jiwa wirausaha pada para mahasiswa. “Saya punya keyakinan bahwa Undana ini berkeinginan untuk dapat menghasilkan tenaga–tenaga yang kompeten, profesional dan berjiwa wirausaha sehingga dapat berpartisipasi dan berkontribusi bagi pembangunan bangsa, termasuk pembangunan daerah,” paparnya.
Dia mencontohkan, beberapa langkah perguruan tinggi mengembangkan kewirausahaan para mahasiswa seperti menyediakan unit klinik wirausaha dengan bekerja sama dengan asosiasi pengusaha dan organisasi ekonomi bisnis seperti Apindo, Kadin dan pusat-pusat studi termasuk pula dengan Ditjen IKM Kemenperin melalui unit pelaksana teknis. Hasil penelitian Badan Riset dan Standardisasi Industri (Baristan) juga dapat dimanfaatkan.
“Saya yakin para mahasiswa kaya ide berwirausaha, mereka butuh didorong dan disemangati melalui diskusi, konsultasi dan pendampingan,” ulasnya.
Turut hadir ialah Rektor Undana Prof Dr Fredik Benu dan Direktur Industri Kecil dan Menengah Kimia, Sandang, Aneka dan Kerajinan Ditjen IKM Kemenperin Gati Wibawaningsih.
PRODI TENUN IKAT
Pada kesempatan itu ditandatangani Nota Kesepahaman antara Kemenperin, Pemprov NTT dan Universitas Nusa Cendana tentang pendirian Program Studi Teknik Pembuatan Tenun Ikat di Fakultas Sains dan Teknik Undana.
Program studi itu bakal berdampak luas seperti pelestarian tenun secara sistematis melalui jalur pendidikan dan pengembangannya ke depan. “Kita juga akan melibatkan Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung untuk dalam realisasi prodi ini,” tutur Gati. STTT Bandung merupakan perguruan tinggi di bidang teknologi tekstil milik Pemerintah Indonesia.
Menyoal peluang wirausaha, dia mengatakan Kemenperin tengah mendorong peningkatan penyerapan produksi kapas lokal pada tenun NTT dan juga penggunaan pewarna alam. Melalui kerja sama dengan Undana, Kemenperin juga berupaya mewujudkan program studi teknik tekstil di Kupang.
“Kita juga memberi peluang kepada mahasiswa dan pengusaha untuk mendapat pelatihan kewirausahaan. Saat ini merupakan kesempatan baik bagi generasi muda berkarya mengolah potensi yang ada, Kemenperin siap menjadi mitra,” ujarnya.
Guna mendukung pembangunan industri tersebut, Kementerian Perindustrian telah mendorong pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan industri di NTT diantaranya Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Berbasis Agro melalui Fasilitasi dan Koordinasi Pengembangan Industri Agro Unggulan, Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kecil dan Menengah di Provinsi NTT.
Menurut Menperin, optimisme pengembangan industri di penjuru Indonesia seiring pertumbuhan industri pengolahan non-migas yang berkembang di tengah gejolak perekonomian nasional dan global.
Di tengah situasi perekonomian nasional yang berat sepanjang tahun 2015, pertumbuhan industri pengolahan non-migas mampu mencapai 5,04%. Pertumbuhan ini lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi pada periode yang sama sebesar 4,79%. Sektor industri pengolahan non migas masih menjadi penyumbang kontribusi terbesar pada struktur perekonomian nasional.
Ekspor produk industri tahun 2015 sebesar US$ 106,63 miliar, ekspor produk industri ini memberikan kontribusi sebesar 70,97% dari total ekspor nasional yang sebesar US$ 150,25 miliar. Sedangkan impor produk industri tahun 2015 turun sebesar 12,01% dibandingkan periode yang sama tahun 2014. Defisit neraca ekspor-impor Hasil Industri Non Migas 2015 mengecil dibanding tahun sebelumnya, dari USD 6,49 miliar menjadi USD 2,31 miliar.
Nilai investasi PMDN sektor industri Tahun 2015 sebesar Rp 89,04 triliun atau tumbuh sebesar 50,84% dibanding Tahun 2014 sebesar Rp 41,84 triliun. Sedangkan pada investasi PMA sektor industri 2015 mencapai USD 11,76 miliar. (ril/sabar)