Korut Mengejutkan Dunia

Loading

Oleh: Enderson Tambunan

Enderson Tambunan

Enderson Tambunan

UJI coba senjata nuklir Korea Utara, Selasa (12/2/2013), masih mengejutkan banyak negara hingga menyuarakan kecaman keras. Sebelumnya, berbagai pihak, termasuk China, sekutu dekat Korut, sudah meminta agar uji coba itu dibatalkan.

Muncul pertanyaan, apakah uji coba nuklir demikian masih akan berlangsung? Soalnya, ini, yang ketiga kali Korut menguji coba temuan nuklir. Pertama 2006 dan kedua 2009 yang melahirkan resolusi dan sanksi dari Persrikatan Bangsa Bangsa.

Dewan Keamanan PBB mengecam keras uji coba itu dan mendesak semua negara kuat di dunia untuk mengambil tindakan terhadap Pyongyang. Tindakan itu dinilai melanggar resolusi-resolusi DK PBB. Begitu dikemukakan Menteri Luar Negeri Korsel, Kim Sung-hwan, yang negaranya menjadi Ketua Dewan Keamanan PBB, untuk bulan ini, kepada wartawan. Pernyataan yang tidak mengikat dari DK PBB itu, disetujui oleh semua 15 negara anggota.

Merujuk berita media massa, pernyataan itu disepakati dalam pertemuan darurat tertutup DK PBB, yang diselenggarakan oleh Korsel, beberapa saat stelah terdeksi adanya uji coba nuklir . Tapi, perihal sanksi baru untuk Korut, para diplomat di DK PBB mengatakan, negosiasi mengenai hal itu dapat memakan waktu berminggu-minggu, apalagi China diperkirakan mengambil posisi berseberangan.

Menurut para diplomat itu, Beijing mengkhawatirkan, sanksi baru yang lebih keras dapat makin memperlemah ekonomi Korea Utara dan itu memicu membanjirnya pengungsi dari negara tersebut.

China juga tidak setuju atas uji coba nuklir tersebut. Menlu China Yang Jiechi, Selasa, memanggil duta besar Korea Utara untuk memprotes uji coba nuklir baru. Menlu Yang mengatakan, negaranya sangat kecewa dan dengan tegas menentang uji coba tersebut. Masalah ini dinilai serius, sampai-sampai Menlu Yang memanggil Dubes Korut, meningat pemanggilan dubes demikian jarang dilakukan oleh China.

Beberapa diplomat juga mengatakan, Amerika Serikat dan sekutunya akan mendesakkan sanksi baru dan bukan hanya memperluas sanksi yang sudah diberlakukan setelah uji coba atomik tahun 2006 dan 2009.

Presiden AS Barack Obama turut bersuara. Obama mengatakan, Korut menunjukkan tindakan provokasi lewat uji coba nuklir itu. AS menganggap tindakan itu tidak akan membuat Korut aman, justru mempercepat reaksi dunia. Obama juga berjanji akan kembali waspada menghadapi serangan dari Korut dan memperkuat hubungan dengan sekutu AS di Asia.

Menurut Obama, Korut makin jauh dari tujuan, menjadi negara kuat dan makmur. Justru negara itu makin terisolasi dan kemiskinan melanda rakyat, karena pengembangan senjata pemusnah massal. Begitu dikemukakan Presiden AS, yang juga menyebutkan, tes nuklir itu sebagai tindakan provokasi tingkat tinggi menyusul peluncuran peluru kendali Korut pada 12 Desember 2012.

Upaya Diplomatik

Pada perkembangan lainnya, Swiss mengatakan, Selasa, pihaknya siap membantu upaya diplomatik guna mengakhiri program nuklir Korea Utara setelah mengutuk uji coba terbaru itu. Uji coba demikian melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB, merupakan ancaman bagi perdamaian dan keamanan di wilayah tersebut serta bertentangan dengan upaya masyarakat internasional dalam hal non-proliferasi nuklir. Demikian pernyataan Kemenlu Swiss.

Dikemukakan, Swiss yakin, jalan keluar menyangkut masalah nuklir di Semenanjung Korea dan keamanan hanya dapat ditemukan dalam kerangka proses negosiasi diplomatik. Maka, Swiss mendukung berlangsungnya perundingan enam negara mengenai denuklirisasi yang melibatkan dua Korea, China, Jepang, Rusia, dan Amerika Serikat.

Mari kita melirik ke belakang, Desember 2012, tatkala Pyongyang meluncurkan roket, yang juga ditentang banyak negara. Setelah peluncuran roket itu, Januari lalu, Dewan Keamanan menyepakati perluasan resolusi sanksi PBB bagi Korea Utara. Pada saat itu, DK PBB memperingatkan Pyongyang agar tidak melakukan uji coba nuklir.

Berikut ini kecaman dari Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon. “Sekretaris Jenderal mengutuk uji coba senjata itu. Tindakan tersebut jelas-jelas pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan,” kata Juru Bicara Ban, Martin Nesirky, dalam pernyataan tertulis.

Dikemukakan, Sekjen PBB sangat khawatir terhadap dampak negatif dari tindakan Korut yang dapat memicu ketidakstabilan regional serta menghambat usaha menuju non-proliferasi nuklir.

Korut tidak menutupnutupi aksi uji coba itu. Seperti diberitakan Kantor Berita Korean Central News Agency (KCNA), Selasa. negaranya baru saja melakukan uji coba meledakkan bom nuklir bawah tanah.

Sebelumnya, Selasa pagi (waktu Beijing), Pusat Informasi Gempa Bumi China mendeteksi adanya gempa tremor yang diduga hasil ledakan nuklir meski belum ada kejelasan bukti mengenai aktivitas nuklir Korut. Namun, dengan adanya berita dari media resmi pemerintahan Korut, simpang-siur mengenai uji coba nuklir menjadi jelas.

Masih menurut KCNA, tes dilakukan sebagai bagian dari pertahanan dan keamanan negara terkait ancaman dari AS yang menyalahkan Korut saat meluncurkan roket satelit untuk tujuan damai pada Desember 2012. “Uji coba berlangsung aman dan sempurna dalam level yang tinggi. Bom dibuat dari materi kecil berhulu ledak besar tidak seperti pendahulunya,” kata KCNA.

Sementara itu, sumber di Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, bom nuklir “miniatur” Korut, yang diujicoba Selasa, memiliki daya ledak melebihi tujuh kiloton, atau hampir sepertiga daya ledak bom atom Hiroshima yang mengakhiri Perang Dunia II. Sebagai perbandingan, ledakan bom atom pertama di dunia pada 1945, yang dijatuhkan tentara Sekutu di Kota Hiroshima, Jepang, tercatat memiliki daya ledak sekitar 20 kiloton.

Menurut sumber itu kepada kantor berita militer Rusia, Interfax-AVN, pakar nuklir Kemenhan Rusia sedang mengukur lebih pasti lagi terkait daya ledak percobaan nuklir yang sempat menyebabkan gempa berkekuatan 4,5 pada skala Richter itu.

Nah, sambil menunggu sanksi atau keputusan yang akan diambil oleh DK PBB mengenai uji coba nuklir tersebut, yang perlu diperhatikan ke depan, bagaimana menjadikan dunia ini bebas senjata nuklir. Dalam hal ini, Swiss sudah menyatakan siap membantu upaya diplomatik untuk menghentikan program nuklir Korut. Tawaran itu hendaknya direspons agar kekhawatiran tidak terulang.

Asia hendaknya memerankan kiprah penting dalam upaya menihilkan senjata nuklir. Pembicaraan intensif mengenai hal itu tepat digencarkan, agar kekhawatiran dunia dan regional terhadap senjata nuklir sungguh-sungguh terhapus. Makin banyak kawasan regional yang bebas nuklir, seperti dicanangkan oleh Perhimpunan Negara-negara di Asia Tenggara (ASEAN), tentu makin baik. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS