Jika Para Politisi Mulai Umbar Janji

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

ilustrasi

ilustrasi

PARA elit politik di negeri ini saat ini hanya punya waktu untuk berfikir dan bertindak bagaimana caranya agar tahun 2014 dapat terpilih sebagai anggota badan legislatif dan sebagian lagi mempersiapkan diri sebagai calon presiden dan wakil presiden.

Sebagian rakyat ada yang peduli dan sebagian lagi ada yang bersikap sekeptis dan cuwek. Apa yang menjadi sikap para politisi dan rakyat sebagai calon pemilih seperti itu adalah wajar. Para politisi pasti akan banyak obral janji seperti pada pileg dan pilpres lima tahun lalu.

Sudah dapat dibayangkan dari sekarang bahwa pidato kampanye mereka tidak akan ada yang luar biasa dilihat dari kepentingan besar yang dihadapi bangsa ini ke depan. Mindset politiknya tidak kurang dan tidak lebih bersifat pragmatis saja. Yang penting bisa terpilih menjadi anggota badan legislatif.

Bagi calon presiden dan wakil presiden pasti akan memanfaatkan momen pilpres 2014 untuk menarik hati rakyat agar mendukung pencalonan dirinya sebagai calon pemimpin bangsa dan negara. Mereka pasti akan memaksimalkan pidato kampanyenya dengan mengobral janji tentang berbagai isu yang akan dijawabnya ketika terpilih.

Rakyat sejatinya juga punya harapan yang tidak muluk-muluk, yaitu agar siapapun yang terpilih bisa bekerja dengan baik, mampu mengambil keputusan dan bisa bekerjasama dengan pihak manapun penuh pengabdian kepada nusa dan bangsa. Rakyat tentu tidak ingin melihat pemimpinnya hanya pandai berorasi, tetapi tak pandai bekerja menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh negeri ini.

Kalau memang taglinenya yang dibangun adalah untuk kepentingan rakyat, maka laksanakan saja penuh dedikatif tanpa pamrih. Jika janjinya adalah untuk membangun daya saing bangsa, maka ciptakan dan laksanakan kebijakan dan progam yang bisa menjawab kebutuhan tersebut secara terukur.

Hal yang terakhir ini adalah penting karena selama perjalanan waktu, Indonesia belum pernah mencapai prestasinya yang luar biasa dalam membangun daya saingnya karena berbagai-bagai kondisi yang mempengaruhinya. Ekonomi Indonesia cukup menarik dan prospektif, namun di mata para investor masih dinilai berbiaya tinggi.

Masalah perburuhan di negeri ini sudah “terkontaminasi” politik sehingga buruh lebih banyak bersikap menuntut haknya dari pada menjalankan kewajibannya. Tahun 2015 Pasar Tungal Asean akan dimulai sehingga suka tidak suka Indonesia wajib berbenah agar negeri ini tidak menjadi tempat penampungan akhir dari barang-barang yang akan mengalir dari China, melewati Vietnam, Thailand dan landing di Tanjung Priok atau pelabuhan lain di Indonesia.

Pemimpin baru Indonesia yang kita harapkan adalah sosok realistik yang mampu melihat realitas lapangan dan kemudian memastikan bahwa APBN/APBD atau sumber dana lainnya akan dialokasikan untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat dan daya saing bangsa. Para elit politik yang nanti terpilih apakah sebagai anggota DPR/DPD/DPRD dan terpilih sebagai presiden dan wakil presiden, kita harapkan perilakunya berubah. Artinya waktu, pikiran dan tenaganya harus sepenuh hati diabdikan untuk kepentingan bangsa dan negara.

John F Kenedy pernah berujar bahwa “jangan tanyakan apa yang bisa diberikan negaramu padamu tetapi apa yang bisa kamu berikan pada negaramu”. Ungkapan ini baik dan memang sepantasnya bagi siapapun harus bersikap ketika terpilih sebagai para pemimpin.

Catatan kritisnya adalah bahwa negara ini tidak boleh lagi dijadikan mainan politik konyol dan jorok yang bisa membangkrutkan negara karena APBN/APBD-nya dipakai buat bancaan untuk kepentingan politik melalui KKN. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS