Indonesia, Negeri yang Salah Urus

Loading

IMG_20151006_100846.jpggggg

Oleh: Fauzi Aziz

 

SELAMAT pagi dan selamat beraktifitas Indonesia. Kini Senen,11 Juli 2016 adalah hari pertama kita beraktifitas kembali dengan suasana baru dan harapan baru, Indonesia menjadi lebih baik. Awal kita beraktifitas dimulai dengan kemenangan timnas sepakbola Portugal yang berhasil mengalahkan timnas Perancis dengan skor 1-0.

Tangis pilu buat Perancis dan suka cita bagi warga Portugal. Kita tidak mulai dari nol mengawali aktifitas Senen pagi ini, banyak catatan yang dapat disampaikan setelah sepekan libur bersama. Pertama, ekonomi konsumsi pasti melejit dalam sepekan. Apalagi BI menggelontorkan likuiditas sekitar Rp 160 triliun.

Yang menikmati belanja konsumsi masyarakat sebagai sumber penerimaan adalah perusahaan jasa angkutan, baik darat, laut dan udara. Pengelola hotel, penginapan atau losmen. Pedagang kuliner dan pengelola jalan tol, khususnya di Jawa, serta pengelola SPBU.

Ledakan ekonomi konsumsi cukup lumayan sebagai penggerak PDB hingga kini. Pusat-pusat kunjungan wisata juga menjadi perhatian para pemudik. Kerumunan manusia membludak dan sampah berserakan.

Kedua, suasana baru ini juga menjadi momen bagi kebangkitan optimisme untuk semakin fokus untuk terus berbenah. Membahas masalah tidak akan pernah selesai. Bekerja untuk mengatasi masalah adalah hal utama penting dikerjakan oleh pemerintah bersama dunia bisnis dan masyarakat agar rumput yang kering kembali menghijau.

Padi yang menguning mulai bisa dipanen. Dan pabrik-pabrik mulai aktif bekerja maksimal karena ekonomi konsumsinya akan terus tumbuh di dalam negeri, di kawasan regional dan global.

Demand and market driven yang tumbuh adalah penggerak ekonomi riil dan ekonomi finansial di setiap negara di dunia, termasuk Indonesia. Jika demand driven dan market drivennya lunglai, maka pertumbuhan investasi dan produksi pasti akan susut.

Suasana baru ini, bagi pemerintah harus memberi perhatian penuh agar ekonomi konsumsi di dalam negeri tidak mengalami pelambatan yang cukup dalam.

Ketiga, Indonesia harus lebih kompak. Tak perlu menoleh masa lalu dan mencari kambing hitam bahwa masalah hari ini adalah peninggalan masa lalu. Celotehan ini benar, tetapi lebih tepat kalau kita memang harus melakukan estafet menyelesaikan masalah yang dihadapi Indonesia dewasa ini.

Menyelesaikan masalah tanpa masalah adalah yang harus kita kerjakan bersama dalam mengurus negeri ini. Di banyak negara yang banyak salah adalah salah urus. Sebab itu, dimana-mana selalu ditekankan agar peroalan tata kelola yang baik harus selalu dihadirkan dalam setiap proses pengambilan keputusan di segala bidang. Sekali tata kelolanya buruk, maka buruklah hasil yang dicapai.

Mengelola input dan proses, serta mengelola output dalam satu sistem tata kelola adalah hal yang paling utama dan penting. Keempat, suasana baru lain yang harus menjadi fokus perhatian pemerintah adalah pembangunan dan pembenahan infrstruktur. Ini sudah berjalan dan semoga pada akhir tahun 2019, hasilnya sebagian sudah dapat dinikmati  seluruh masyarakat. Fokus lainnya adalah industrialisasi, dalam arti luas.

Di dalamnya bisa mencakup industrialisasi pertanian dalam arti luas, industrialisasi sektor tambang dan mineral dengan mengubah mindset ekstratif  ke proses industry dan secara fokus mengembangkan manufaktur unggulan dimana sumber daya nasionalnya cukup kuat.

Industri pariwisata dan industri kreatif sebagai mesin pertumbuhan ekonomi baru juga harus didukung oleh kebijakan yang tepat. Kelima, pengembangan pendidikan, kesehatan dan kewirausahaan adalah merupakan satu paket progam yang harus dikelola dengan baik yang muaranya adalah tumbuhnya start-up company di negeri ini.

Indonesia tidak akan mampu membangun kemandirian ekonomi tanpa hadirnya wirausaha baru dan start-up company. Industrialisasi tidak akan berjalan tanpa diperkuat oleh aspek kewirausahaan selain penguasaan teknologi dan pembiayaan. Keenam, dalam lingkungan yang serba tidak pasti, maka sikap kita harus selalu waspada terhadap setiap perubahan yang bisa terjadi sesaat. Setiap perubahan ini harus cepat direspon dengan tepat.

Yang berdampak negatif  perlu segera dimitigasi agar tidak menimbulkan kerugian lebih meluas sehingga pembentukan cadangan menjadi penting. Negara harus selalu memiliki stok yang managable atas pangan dan energi agar jika terjadi kekosongan pasokan di pasar dapat segera diisi. Yang penting barangnya ada. Soal harga sangat relatif, meskipun stabilitas harga tetap penting.

Jangan sampai terjadi ketika barang di pasar kosong, kita baru sibuk mencari barang kemana-mana. Stabilitas pasokan dan harga menjadi terganggu karena kelambatan memitigasi akibat lamban dalam pengambilan keputusan.

Ketujuh, akhirnya dari keseluruhan isu apapun yang banyak terjadi di negeri ini, persoalan pokoknya terletak pada bagaimana sistem manajemen dapat dibenahi. Indone sia banyak menghadapi salah urus. Negeri ini perlu memiliki perencanaan yang baik, pengorganisasian yang baik, pelaksanaan dan pengawasan yang baik agar kita tidak terjebak pada persoalan salah urus.

Jadi kalau mau mengatakan siapa yang salah, yang salah adalah karena kita salah urus. Kita setuju efisiensi dan produktifitas. Kita setuju, Indonesia harus segera bangkit. Namun semuanya itu tergantung dari tata kelolanya. Di tingkat makro perlu tata kelola yang baik, begitu pula di tingkat mikronya.(penulis adalah pemerhati masalah sosial ekonomi dan industri).

CATEGORIES
TAGS