Tukang Cukur dan Langganannya

Loading

Oleh: Eko Issoliyanto

Ilustrasi

SUATU hari, seorang tukang cukur yang praktek di bawah pohon asam dekat sebuah alun-alun kota, terlihat asyik berbincang dengan pelanggannya sambil tangannya terus mencukur. Perbincangannya cukup menarik untuk disimak dan menjadi tambahan informasi buat kita yang sungguh percaya pada adanya Tuhan.

Sambil mencukur pelanggannya, tukang cukur berkata bahwa menurutnya Tuhan itu tidak ada. Pelanggannya langsung merespon dengan berkata, “Lho, kok begitu?” Tukang cukur dengan tenang sambil tangannya terus bekerja menjawab, “Lha kalau Tuhan itu ada, mengapa itu di pinggir alun-alun kok ada gelandangan kumuh, baju dan celananya sobek-sobek, rambutnya awut-awutan, sedangkan orang yang naik mobil sedan mengkilat, pakai dasi, rambut rapi potongan orang kaya. Kalau Tuhan itu ada, semestinya tidak seperti itu pemandangannya.”

Pelanggan tukang cukur terdiam, tidak dapat memberi komentar tentang apa yang diutarakan tukang cukur yang nampaknya dari pengalaman kehidupan yang dialaminya membuat ia berkesimpulan bahwa Tuhan itu tidak ada. Tidak berapa lama dari depan kaca yang dipakai tukang cukur itu tampak gelandangan yang tadi disebutkan lewat di samping mereka, memang rambutnya awut-awutan.

Pelanggan tukang cukur mendapat inspirasi dari keadaan gelandang yang berlalu menyeberangi alun-alun, dan ia pun berkata, “Sebetulnya tukang cukur itu juga tidak ada.” Tukang cukur tersebut kaget dengan pernyataan pelanggannya yang tidak mengakui eksistensinya sebagai tukang cukur, kemudian dia berkata lagi, “Lha saya ini kan tukang cukur!” Pelanggannya ganti menjawab, “Kalau tukang cukur itu ada, itu gelandangan kok rambutnya awut-awutan tidak karuan!” Si tukang cukur menimpali lagi dengan berkata, “Lha salahnya sendiri tidak mau datang pada tukang cukur untuk mencukur dan merapikan rambutnya.”

Kalimat tukang cukur ini, kemudian menjadi jembatan si pelanggan menjelaskan bahwa Tuhan itu ada dan akan selalu memberikan pertolongan, perlindungan, penghiburan bagi umat-Nya yang datang kepada-Nya. Bagi yang hidupnya sengsara, tidak bahagia, itu karena mereka tidak mau datang kepada-Nya, seperti halnya gelandangan yang berambut awut-awutan yang tidak mau datang untuk minta tolong kepada tukang cukur merapikan rambutnya.

Demikian percakapan tukang cukur dengan pelanggannya. Kita yang sungguh percaya kepada Tuhan telah mengetahui bahwa Tuhan Maha Penolong, Penghibur umat-Nya yang percaya dan taqwa kepada-Nya. Walaupun Tuhan itu sayang dan tidak tega kepada umat-Nya, akan tetapi Tuhan itu Mahaadil, oleh karena itu, setiap umat tidak dapat lepas dari Hukum Abadi Tuhan yaitu: Bagi siapa pun yang berbuat kejahatan tetap akan menuai hasilnya berupa penderitaan hidup, sedangkan bagi yang berbuat baik akan menerima pahala.

Hanya saja, hamba-Nya yang sedang menderita, kalau mau datang menghadap, mohon pengampunan/bertobat dan mohon pertolongan-Nya, Tuhan akan melimpahkan berkah-Nya untuk meringankan beban hidupnya yang berat. Semoga kita termasuk hamba-hamba yang taqwa dan diberkahi-Nya. ***

Penulis tinggal di Semarang

CATEGORIES
TAGS