Tahun 2013 Pertumbuhan Ekonomi 6,8 – 7,2 %

Loading

Oleh: Fauzi Azis

Ilustrasi

Ilustrasi

JUDUL tulisan ini merupakan pernyataan Menteri Keuangan Agus DW Martowardoyo yang dilansir berbagai media pagi ini, Selasa 5 Mei 2012. Pertumbuhan tersebut diperkirakan akan menciptakan lapangan kerja baru bagi sekitar 2,5-2,7 juta orang. Realistikah target tersebut?

Kalau dalam kondisi normal, target tersebut cukup realistik. Tapi dalam kondisi yang tidak normal, bisa dinilai ambisius. Cita-cita memang harus setinggi langit. Ekonominya Indonesia memang layak tumbuh tinggi untuk bisa menghidupi 240 juta penduduknya yang butuh pangan, energi, sandang papan, pendidikan dan kesehatan.

Pertumbuhan tinggi seperti sebelum krisis tahun 1998 dan industri manufakturnya bisa tumbuh melejit di atas pertumbuhan ekonomi yaitu sekitar 13 persen. Dari sektor tradable, seperti apa postur target pertumbuhannya. Mampukah sektor pertanian dalam arti luas tumbuh spektakuler 6 persen atau lebih? Bisakah sektor pertambangan melejit pertumbuhannya di sekitar angka itu. Dan mampukah sektor industri pengolahan non migas tumbuh 8-9 persen?

Ketiga sektor ini secara agregat selama ini hanya mampu tumbuh rata-rata sekitar 4 persen, jauh lebih rendah dari pertumbuhan rata-rata sektor non tradable/jasa-jasa yang tumbuh 7 persen lebih. Asumsi dasarnya kalau semua ceteris paribus dalam pengertian kondisi semua faktor pendukungnya yang bersifat eksternal dan internal bagus, everything is ok.

Tahun 2011 lalu, pertumbuhan ekonomi mencapai 6,5 persen yang disumbang pertumbuhan ekspor sebesar 13,6 persen, impor 13,3 persen, PMTB 8,8 persen, pengeluaran konsumsi rumah tangga 4,7 persen dan pengeluaran pemerintah 3,2 persen.

Nah, kalau angka pertumbuhan dipatok 7,2 persen, maka sumbangan pertumbuhan dari kelima sektor tersebut secara agregat harus tumbuh di atas tahun 2011. Bisakah PMTB tumbuh 9-10 persen, ekspor tumbuh lebih besar dari impor? Katakanlah 15 persen atau lebih, pengeluaran konsumsi rumah tangga 5-6 persen dan belanja pemerintah juga di sekitar itu.

Semuanya berpulang kepada kita dan tergantung dari keseriusan kita bersama untuk berbenah agar kita bisa bergerak maju. Ada beberapa catatan yang harus bisa kita jawab sendiri sebagai problem. Tanpa menyelesaikan tugas utama kita, agak repot kita melangkah dengan kecepatan tinggi.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi nonsense bisa dicapai dengan efisiensi dan produktivitas yang rendah. Salah satu penyebab inflasi tinggi adalah rendahnya efisiensi dan produktifitas dan pada gilirannya high cost. Logistic cost di Indonesia masih sekitar 17 persen dari biaya produksi.

Di Jepang hanya 5 persen, di negara-negara Asean lainya juga rata-rata hanya sekitar 7 persen. Biaya untuk memulai bisnis di Indonesia, juga masih tinggi sekitar 22,3 persen. Kita hanya unggul terhadap Kamboja yang masih sekitar 128 persen dan Filipina sekitar 30 persen. Suku bunga kredit di negeri ini juga masih amat tinggi sekitar 10-13 persen. Bandingkan dengan negara Asia lainya yang rata-rata hanya sekitar 5-7 persen.

Kalau mau disederhanakan, maka penyebab high cost tersebut ada di tiga wilayah besar yaitu infrastruktur, regulasi dan pelayanan publik serta pembiayaan. Siapa yang sanggup memberesin ini semua, mari kita pilih wakil rakyat dan presiden tahun 2014.

Kepemimpinan nasional yang sekarang dan akan berakhir dua tahun lagi, mudah-mudahan hanya meninggalkan PR tambahan yang memang tidak /belum bisa dirampungkan. Legacy yang menjadi harapan kita adalah semoga target pertumbuhan ekonomi tahun 2013 bisa mencapai 7,2 persen dan di tahun 2014 bisa mencapai 8,5 persen. Semoga total nilai hutang negara terhadap PDB-nya tidak bertambah menjadi 40 persen lebih. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS