Revolusi Industri 4.0 Buka Peluang Dongkrak ‘Skill’ SDM

Loading

FOTO BERSAMA – Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto (ketiga kiri) didampingi Direktur Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) Kementerian Perindustrian, I Gusti Putu Suryawirawan (kiri) berfoto bersama dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan (kedua kanan), Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara (kedua kiri), Founder and Executive Chairman of the World Economic Forum Klaus Schwab (ketiga kanan) serta Head of Asia Pacific, Member of the Executive Committee, World Economic Forum Mr. Justin Wood (kanan) ketika menghadiri World Economic Forum (WEF) on ASEAN di Hanoi, Vietnam, 12 September 2018.-ist

 

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Era revolusi industri 4.0 membuka kesempatan bagi sumber daya manusia (SDM) di sektor manufaktur untuk memiliki keahlian yang sesuai dengan perkembangan teknologi terkini.

Untuk itu, diperlukan pelaksanaan program peningkatan keterampilan (up-skilling) atau pembaruan keterampilan (reskilling) para tenaga kerja berdasarkan kebutuhan dunia industri saat ini.

“Di dalam roadmap Making Indonesia 4.0, salah satu program prioritasnya adalah peningkatan kualitas SDM. Sebab, talent menjadi kunci atau faktor penting untuk kesuksesan implementasi industri 4.0,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Sabtu (15/9).

Merujuk arah peta jalan tersebut, Indonesia berencana untuk merombak kurikulum pendidikan dengan  lebih menekankan pada bidang Science, Technology, Engineering, Arts dan Mathematics (STEAM).

Selain itu, fokus meningkatkan kualitas unit pendidikan vokasi seperti Sekolah Menengah Kejuruan  (SMK) dan Politeknik.

“Kami meyakini, generasi muda Indonesia merupakan penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional di masa depan, sesuai dengan bonus demografis yang dimiliki Indonesia dalam 10 tahun ke depan,” ujar Airlangga.

Oleh karena itu, pemerintah telah mengambil langkah strategis untuk mengumpulkan bakat-bakat SDM yang dibutuhkan dalam membangun ekonomi digital.

Misalnya, Kementerian Perindustrian meluncurkan program pendidikan vokasi yang mengusung konsep link and match antara SMK dengan industri di berbagai daerah di Indonesia.

“Kemudian, kami sudah menjalin kerja sama dengan Swiss untuk pengembangan Politeknik. Selain itu, menjalankan program silver expert dalam rangka melibatkan tenaga ahli dari sektor industri sebagai instruktur,” tuturnya.

Bahkan, guna mendorong percepatan implementasi industri 4.0 di Indonesia, Kemenperin menggandeng lembaga riset terkemuka dari Jerman, Fraunhofer IPK.

“Kami akan melakukan kerja sama dalam upaya peningkatan kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang) di Indonesia,” katanya. (ril/sabar)

 

CATEGORIES
TAGS