Pertumbuhan Industri Diprediksi Masih Lemah
JAKARTA, (tubasmedia.com) – Pertumbuhan industri nonmigas sampai akhir tahun diprediksi masih lemah. Hal ini karena, belum banyak penambahan insentif yang dampaknya bisa dirasakan langsung oleh industri.
“Kalau mau optimis mungkin sampai akhir tahun pertumbuhan industri berkisar di angka 5,5 persen,” demikian Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Syarif Hidayat di Jakarta, Jumat (13/11).
Syarif menjelaskan, pada awal 2015 Kementerian Perindustrian menargetkan pertumbuhan industri bisa mencapai 6,8 persen. Namun, seiring dengan terjadinya perlambatan ekonomi global maka target tersebut akan sulit dicapai.
Meski kondisi perekonomian sedang lesu, Kementerian Perindustrian dinilainya tetap berupaya agar industri terus bergerak. Salah satunya dengan adanya paket-paket kebijakan yang berpihak pada industri diantaranya penurunan harga gas dan pemberian diskon tarif listrik.
Selain itu, adanya pemberian insentif bagi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), mulai dari pembebasan PPN dan PPnBM importasi, kepabeanan, ketenagakerjaan, pertanahan, dan perizinan. Namun, menurut Syarif, kebijakan tersebut tidak bisa langsung dirasakan dalam waktu jangka pendek.
“Kita sudah melakukan effort dari dalam saja masih susah ngangkatnya,” kata Syarif.
Kementerian Perindustrian juga tengah melakukan perencanaan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang di tujuh kawasan industri dan penyusunan DED di enam kawasan industri di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Penyusunan tersebut saat ini sudah mencapai 75 persen. Hal yang sama juga dilakukan untuk enam kawasan industri di wilayah Papua, Maluku, dan Sulawesi.
Sementara itu disebutkan pertumbuhan Industri Non Migas pada TW III Tahun 2015 sebesar 5,21%, atau mengalami pelambatan apabila dibandingkan dengan TW III Tahun 2014 sebesar 5,73%. Pertumbuhan industri Non Migas ini lebih besar dari pertumbuhan ekonomi TW III Tahun 2015 sebesar 4,73%.
Pertumbuhan cabang industri non migas pada TW III Tahun 2015 yang tertinggi dicapai oleh Industri Mesin dan Perlengkapan sebesar 14,98%, Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional sebesar 10,21%, Industri Pengolahan Tembakau sebesar 8,86%, serta Industri Pengolahan Lainnya sebesar 8,52%.
Kontribusi terbesar pada pembentukan PDB nasional TW III Tahun 2015 diberikan oleh sektor Industri Pengolahan sebesar 20.41% dimana Industri non migas memberikan kontribusi sebesar 17.82% .
Kontribusi terbesar pada pembentukan PDB sektor Industri diberikan oleh cabang Industri Makanan dan Minuman sebesar 5,60%, diikuti oleh Industri Barang Logam sebesar 1,91%, Industri Alat Angkutan sebesar 1,87% dan Industri Kimia;Farmasi dan Obat Tradisional sebesar 1,79%.
Nilai investasi PMDN sektor industri pada TW III Tahun 2015 sebesar Rp 20,05 triliun atau tumbuh sebesar 7,45% dibanding TW III Tahun 2014 sebesar Rp 18,66 triliun . Investasi sektor industri memberikan kontribusi sebesar 41,92% dari total investasi PMDN pada TW III Tahun 2015 sebesar Rp 47,83 triliun.
Nilai investasi PMA sektor industri pada TW III Tahun 2015 mencapai US$ 3,15 miliar atau menurun sebesar 8,52% dibandingkan TW III Tahun 2014 sebesar US$ 3,44 miliar. Investasi PMA sektor industri memberikan kontribusi sebesar 42,50% dari total investasi PMA TW III Tahun 2015 sebesar US$ 7,40 miliar.
Ekspor produk industri hingga Agustus tahun 2015 sebesar US$ 72,21 miliar turun sebesar 7,36% dibandingkan periode yang sama tahun 2014 sebesar US$ 77,95 miliar. Ekspor produk industri ini memberikan kontribusi sebesar 70,44% dari total ekspor nasional yang sebesar US$ 102,52 miliar.
Impor produk industri shingga Agustus tahun 2015 sebesar US$ 72,48 miliar turun sebesar 11,75% dibandingkan periode yang sama tahun 2014 sebesar US$ 82,13 miliar.
Neraca ekspor-impor Hasil Industri Non Migas s.d Agustus tahun 2015 adalah USD -0,27 miliar (neraca defisit). Bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu mengalami defisit sebesar 4,17 miliar, neraca ekspor-impor ini mengalami perubahan sebesar 93,5%
Perencanaan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang di tujuh Kawasan Industri dan penyusunan DED di enam Kawasan Industri wilayah Sumatera dan Kalimantan telah mencapai 75%.
Fasilitasi Pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei: meliputi pembangunan tangki timbun telah mencapai 7%, pembangunan dry port telah mencapai 17%, pembangunan jalan poros telah mencapai 11%, dan pembangunan jalan kereta api baru mencapai tahap land clearing.
Perencanaan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang di 6 (enam) Kawasan Industri dan penyusunan DED di 5 (lima) Kawasan Industri wilayah Papua, Maluku, dan Sulawesi telah mencapai 75%.
Fasilitasi Pembangunan Kawasan Industri Palu: meliputi pembangunan jalan poros dan sarana kantor pengelola baru mencapai tahap land clearing.
Fasilitasi Pembangunan Kawasan Industri Bitung: meliputi pembangunan jalan poros dan sarana kantor pengelola baru mencapai tahap land clearing.
Fasilitasi Pembangunan Kawasan Industri Buli: meliputi pembangunan Training Centre Building dan Workshop baru mencapai tahap land clearing;
Peresmian Kawasan Industri Morowali, smelter nikel PT. Sulawesi Mining Investment dan pembangunan Gedung Pusat Inovasi Logam dan Gedung Politeknik Industri di Kawasan Industri Morowali. (sabar)