Pengusaha asal China Tertarik Buka Industri Daur Ulang Plastik di Batam

Loading

BATAM, (tubasmedia.com) – Kebijakan Pemerintah China menghentikan impor bahan baku plastik ke negaranya berpotensi mendorong investor merelokasi pabrik ke negara lain, seperti di Batam. Apalagi BP Batam membuka ruang untuk investor tersebut membangun pabrik di kota ini.

Sebanyak 26 investor yang tergabung dalam China Scrap Plastics Association (CSPA) menjajaki kemungkinan berinvestasi di Batam. Mereka diundang Kadin Kepri untuk mengunjungi BP Batam.

Ketua Kadin Kepri, Maaruf Maulana mengatakan kedatangan calon investor tersebut ingin mempertanyakan kemudahan dan aturan-aturan berinvestasi di Batam. Kadin berharap dengan kedatangan investor ke BP Batam menambah keyakinan segera merealisasikan rencana investasi.

“Banyak yang ditanyakan tadi, ada terkait upah buruh, sewa tenant dan juga listrik. Mudah-mudahan dalam waktu dekat para investor tersebut bisa berinvestasi,” kata Maaruf usai mendampingi investor di Marketing Centre BP Batam, Senin pekan silam.

26 investor itu bergerak di bermacam-macam bidang usaha. Ada yang membuat filter rokok, bahan baku baju, sepatu dan alas sepatu. Paling sedikit nilai investasinya rata-rata sekitar USD5 juta dan paling besar mencapai USD20 juta.

Menurut Maaruf, sudah ada enam investor menyatakan tertarik dan ingin segera merealisasikan investasi. Anggota CSPA juga meninjau seluruh kawasan industri.

Maaruf optimistis kedatangan 26 calon investor bisa mengerek pertumbuhan ekonomi Batam.

“Mereka datang ke sini pertimbangannya karena Batam berstatus FTZ (free trade zone). Itu kenapa kami berharap FTZ tetap dipertahankan oleh pemerintah pusat,” katanya,

Direktur Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) BP Batam Ady Soegiharto mengatakan ada beberapa perusahaan daur ulang yang akan masuk ke Batam.

BP menyambut baik kedatangan 26 investor yang bergabung dalam CSPA tersebut. Dalam kesempatan itu pihaknya menyampaikan terkait dengan regulasi yang ada di Batam. Pihaknya berharap Batam menjadi pilihan bagi para investor tersebut jika dibandingkan dengan negara-negara di Asia lainnya.

“Setelah mendapatkan data terkait tata cara berinvestasi di Batam akan dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Mana saja yang lebih unggul dalam memberikan kemudahan berinvestasi akan mereka pilih,” kata Ady.

Direktur Pemanfaatan Aset BP Batam Dendi Gustinandar juga menyambut baik rencana 26 investor asal China itu. Dendi dalam kesempatan kemarin memaparkan kemudahan perizinan investasi di Batam melalui Izin Investasi 3 Jam (I23J), Kemudahan Investasi Langsung Konstruksi (KILK) dan Online Single Submission (OSS).

Dendi menjelaskan investasi plastik dalam beberapa perizinan harus sesuai dengan perizinan yang ada di Indonesia, seperti perizinan impor sesuai dengan peraturan Menteri Perdagangan Tahun 2016 dimana yang diperbolehkan untuk industri plastik adalah residu dan scrap.

Serta harus memperoleh Angka Pengenal Impor dari BP Batam, izin lingkungan dari Pemerintah Daerah dan Provinsi, dan beberapa perizinan yang harus diperoleh dari pemerintah pusat. Namun dijelaskannya bahwa BP Batam akan membantu para investor jika nantinya saat sudah investasi di Batam menemui masalah di lapangan. (red)

 

CATEGORIES
TAGS