New Normal, Sudah Siapkah Kita ?

Loading

Oleh: Sabar Hutasoit

TATANAN normal baru atau new normal mulai digodok pemerintah. Maksudnya, sebelum keadaan kembali normal, kita masuk dulu ke kondisi normal baru atau belajar untuk masuk ke tahapan normal seutuhnya.

Pertanyaannya, sudah siapkah kita masuk ke dalam posisi normal baru ? Pertanyaan ini perlu dijawab sebab cukup banyak yang perlu dipersiapkan sebelum menginjak normal baru. Salah-salah atau kurang persiapan, bisa jadi berabe semuanya.

So, walaupun namanya normal baru, persiapan seluruh insan harus benar-benar prima dan jangan diabuat main-main atau uji coba. Resikonya cukup berat.

Kenapa ? penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) saja sebenarnya kalau mau jujur tidak maksimal dan jauh dari sempurna. Hampir sebagian besar warga masyarakat terlihat “enggan” mentaati seluruh aturan dan peraturan yang termaktub di dalam PSBB.

Apalagi nanti saatnya kita memasuki kehidupan normal baru, pemerintah sudah mencabut PSBB yang artinya akan ada kelonggaran peraturan kendati pada new normal itu kita diharuskan tunduk pada protokol kesehatan.

Bagaimana bisa tunduk ? Dengan masih berlakunya saja PSBB, warga tak tunduk lagi, apalagi tanpa PSBB, apa dasarnya memaksa warga tunduk pada protokol kesehatan. Mustahil.

Namun demikian, Presiden Joko Widodo (Jokowi) tetap yakin tatanan kehidupan baru ini bisa diterapkan berdampingan dengan wabah COVID-19.

Pasalnya memang seperti diutarakan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto alasan new normal diterapkan dipandang sangat perlu dari sisi ekonomi. Dia menerangkan saat ini mau tidak mau kehidupan memang harus beradaptasi dengan wabah COVID-19.

Dua Pilihan

Tidak bisa tidak, pemerintah memang dihadapkan pada dua pilihan konsentrasi tangani virus Corona atau membuka jaringan ekonomi agar roda ekonomi tidak macet ? Tidak ada yang bisa dipilih sebab jika fokus tangani virus Corona, ekonomi keteter dan jika fokus ke ekonomi si Corona terus mengancam.

Artinya lagi dua sisi mata uang tersebut yakni virus corona dan ekonomi tidak boleh tidak harus ditangani secara simultal, ya si virus Corona, ya juga si ekonomi.

Tiga bulan sudah diterapkan sistem work from home (WFH) atau ‘’dirumahsaja’’, awalnya biasa-biasa saja. Tapi kini sudah terasa dampaknya. Malah ada suara yang menyebut, tabungan sudah habis dan lain sebagainya dan jika ini tidak digubris, bisa bersiko besar, soalnya masalah perut.

Nah, kemudian muncullah istilah new normal, beberapa jalur ekonomi mulai akan dibuka untuk mencegah PHK yang berkepanjangan dan terjadinya resesi ekonomi.

Kehidupan di sektor industri-pun sedang dipersiapkan agar roda industri bisa kembali bergulir yang tentunya berpatokan ke protokol kesehatan.

Pemerintah, lanjut Airlangga, sudah membuat berbagi skenario untuk memperkuat penerapan protokol kesehatan serta penyesuaian kegiatan ekonomi. Dengan begitu diharapkan bisa menekan korban PHK.

Tujuannya agar kita bisa menekan korban dari COVID-19, di samping itu juga menekan korban dari pemutusan hubungan kerja dan me-restart sosial ekonomi.

Hanya itu tadi. Sudah siapkah kita memasuki kehidupan di era normal baru atau new normal sebab si virus Corona masih gentayangan di bumi persada NKRI. Buktinya jumlah warga yang terpapar setiap hari masih bertengger pada angka yang memprihatinkan. Keadaan ini semua hanya karena warga tidak disiplin dan tidak taat aturan.

Nah pada kehidupan normal nanti, seberapa jauh ketaatan masyarakat terhadap protokol kesehatan dimasud dan seberapa jauh aparat keamanan bertindak di lapangan mensukseskan new normal. (penulis, seorang wartawan tinggal di Jakarta)

 

 

CATEGORIES
TAGS