Merencanakan Masa Depan

Loading

Oleh: Wenny Sunar

Ilustrasi

Ilustrasi

PADA bulan Oktober 2012, berita yang sedang hangat di media adalah White Paper the Australia in the Asian Century (Buku Putih Australia dalam Abad Asia) yang diumumkan oleh Perdana Menteri (PM) Australia Ibu Julia Gillard. Dokumen ini berisi strategi Australia di abad Asia termasuk mengharapkan masyarakat Australia menjadi ‘melek’ Asia (menguasai bahasa dan budaya Asia).

Indonesia menjadi salah satu dari 5 negara di Asia yang dianggap berperan penting selain China, India, Jepang dan Korea Selatan. Ini mengingatkan saya juga akan strategi Presiden Amerika Bapak Barrack Obama di awal tahun ini tentang Pivot to Asia (Berputar balik ke Asia) karena menganggap posisi negara-negara Asia yang cukup penting dan akan sangat berpengaruh di masa yang akan datang terutama di abad 2, The Asian Century (Abad Asia).

Penelitian akan Kebangkitan Asia sudah dilakukan cukup lama dan menghasilkan berbagai prediksi (ramalan) di masa depan misalnya kebangkitan Indonesia (mulai sejajar dengan negara-negara maju) mulai 2020. Saat ini, Indonesia sudah menjadi negara ekonomi terbesar ke-16 di dunia dan pada tahun 2030, Indonesia diramalkan berpotensi menjadi negara dengan perekonomian terbesar ketujuh dunia, mengalahkan Jerman dan Inggris, tetapi masih berada di bawah China, Amerika Serikat, India, Jepang, Brasil dan Rusia (hasil penelitian McKinsey Global Institute, September 2012).

Terlepas dari adanya pro-kontra terhadap berbagai informasi dan hasil penelitian tersebut, fakta-fakta ini, termasuk meningkatnya peranan Indonesia di kancah internasional misalnya dalam forum ASEAN (beranggotakan 10 negara di Asia Tenggara) dan G-20 (forum yang beranggotakan negara-negara terbesar di dunia termasuk 19 negara dan Uni Eropa) meningkatkan semangat dan optimisme saya akan masa depan yang cerah bagi bangsa dan negara kita Indonesia.

Merencanakan Masa Depan

Menurut saya, planning (perencanaan) yang baik sangatlah perlu guna mempersiapkan diri menghadapi masa depan, mencapai cita-cita utama/tinggi dan luhur.

Sebagai contoh, seorang mahasiswa memiliki cita-cita lulus kuliah sarjana pada semester ke-7. Bagaimana mencapainya? Caranya, mahasiswa perlu merencanakan tahapan-tahapan yang akan ditempuh selama studi misalnya memahami persyaratan kelulusan, jumlah mata kuliah yang harus diambil setiap semester, berapa nilai yang diharapkan, bagaimana bisa enjoy (menikmati) waktu studi agar tidak stres serta bagaimana mengatur waktu dengan efisien (tidak belajar melulu, tetap bersosialisasi/berorganisasi/bergaul, memiliki hobi yang baik, tetapi tidak menghambat tercapainya cita-cita kita.

Sebagai anak bangsa, kita tentunya tidak diharapkan untuk ‘duduk saja’ dan ‘bermimpi di siang bolong’ tanpa berusaha dan berdoa. Dijelaskan Bapak Prof. Dr. Soemantri Hardjoprakoso dalam bukunya Arsip Sarjana Budi Santosa antara lain bahwa, Kemajuan proses belajar hanya dapat dicapai dengan 99% transpirasi (keringat, jerih payah) dan 1% inspirasi (sih anugerah Tuhan). Tetapi 1% inspirasi itulah yang mutlak, yang datangnya setelah ada 99% transpirasi”. Berarti Tuhan tidak akan merubah nasib suatu kaum apabila mereka sendiri tidak mau merubahnya.

Perencanaan yang baik akan membawa manfaat bagi diri kita, keluarga dan bangsa. PM Australia Ibu Julia Gillard juga menyatakan perlunya merencanakan masa depan. Menurutnya, “pilihan sebagai bangsa adalah hanyut saja mengikuti arus ke masa depan atau secara aktif membentuknya”. Perencanaan yang baik untuk masa depan sangatlah penting untuk dapat mempersiapkan diri menghadapi hambatan, tantangan, ancaman dan gangguan di masa yang akan datang. Semua problema yang sedang dan akan kita hadapi mungkin dapat menggoyahkan iman atau kepercayaan kita kepada Tuhan. Tetapi bagi orang yang, “percaya” adalah landasan utama karena Tuhan adalah penolong kita.

Bagaimana Apabila Kenyataan Tidak Sesuai dengan Rencana

Memang terkadang rencana vs kenyataan itu tidak sejalan karena cita-cita kita belum tentu selaras dengan kehendak Tuhan. Apalagi prediksi atau ramalan itu masih bersifat relatif (belum tentu benar). Jadi, jangan terlalu kecewa jika yang terjadi tidak sesuai dengan rencana ataupun cita-cita kita. Pikiran tetap harus positif, karena rasa positif adalah syarat mutlak untuk mencapai apa yang menjadi tujuan yang sebenarnya.

Dengan latihan yang terus menerus seseorang dapat memelihara rasa positifnya. (Ref.: Arsip Sarjana Budi Santosa, No.33) Proses latihan dan belajar dapat diibaratkan sebagai proses ditempa di kawah candradimuka kehidupan dan semua itu hanya untuk menjadi lebih baik. Oleh karena Tuhan mengetahui yang terbaik bagi kita. Hanya saja terkadang kita yang terlambat menyadarinya.

Kesiapan Menghadapi Masa Depan Bangsa dan Negara

Pemuda sebagai generasi penerus bangsa diharapkan memiliki jiwa yang kuat dan menjadi bunga bangsa. Hal ini juga sebagai bentuk bakti kepada tanah air. Jangan pesimis ataupun minder walaupun kita dianggap remeh orang lain. Asal kita melaksanakan tugas sebaik-baiknya sesuai petunjuk Tuhan, maka kita sudah pasti berperan untuk bangsa dan negara.

Profesi tukang sampah, tukang becak, petani, buruh atau profesi sekecil apa pun itu “besar” artinya. Segala sesuatu yang besar dimulai dari yang kecil. Bagi kita, yang terpenting jiwa kita besar, mental kita kuat “bukannya miskin moral”. Jika menjadi orang besar juga jangan menjadi sombong, kita harus senantiasa ingat bahwa semua itu karena sih dan karunia Tuhan. Mungkin memang kita diberi tugas sebagai orang besar untuk berperan lebih luas, termasuk membantu orang kecil. Akan tetapi kita juga diharapkan tidak meremehkan tugas yang kecil-kecil karena semua tugas yang bertujuan mulia adalah dari-Nya,maka Tuhan akan senantiasa menolong dan menuntun kita apabila kita sungguh percaya kepada-Nya.

Peran kita, anak bangsa untuk masa depan dan kesejahteraan bangsa dan negara Indonesia sangatlah diharapkan walau mungkin negara tidak bisa memberikan banyak hal terhadap kita. Bapak John F. Kennedy pada pidatonya ketika terpilih sebagai Presiden Amerika tahun 1961 menyatakan ”ask not what your country can do for you; ask what you can do for your country” (jangan bertanya apa yang bisa diberikan oleh negara kepadamu tetapi apa yang bisa kamu berikan kepada negaramu).

Akan tetapi, untuk berbakti kepada tanah air dan dalam rangka “mensejahterakan dunia”, kita juga hendaklah membina hubungan yang baik dengan negara-negara lain sebagaimana dinyatakan oleh Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan slogan “million friends and zero enemy” (banyak teman tanpa musuh).

Ingat, roda kehidupan selalu berputar. Dahulu peradaban yang pesat dimulai dari China, India dan Timur Tengah yang selanjutnya digantikan dengan era Western (Barat). Abad 21 dilaporkan berubah menjadi globalisasi yang lebih non-Western dimana pengaruh Amerika dan dunia barat semakin berkurang seiring kebangkitan dan menguatnya pengaruh Asia, di mana populasi penduduk dan tingkat konsumsinya yang semakin meningkat sangat berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi dunia. Masa kejayaan Asia termasuk nantinya Indonesia harus dimanfaatkan sebaik-baiknya dan jangan sampai membuat kita terlena atau lengah.

Dapat disimpulkan bahwa Tips dalam rangka menghadapi masa depan bangsa dan negara Indonesia terutama di ‘Abad Asia’ dan Abad setelahnya, yang dapat disingkat sebagai ‘MIAPAH’ adalah sebagai berikut:

Manfaatkan peluang: waktu, kesempatan dan sumber daya yang ada (termasuk sumber daya manusia Indonesia- populasi/jumlah penduduk berada di peringkat keempat di dunia pada tahun 2010 dan kini telah mencapai lebih dari 240 juta jiwa) hendaklah dimanfaatkan optimal, dengan sebaik-baiknya secara bijaksana dan dengan memperhatikan keseimbangan alam.

Insan Indonesia berwatak utama: memiliki nasionalisme tinggi, cinta bangsa negara, berjiwa kuat (watak utama), tetap mempertahankan identitas diri sebagai bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila (ideologi dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia).
Ajaran Tuhan: berpegang teguh pada ajaran Tuhan; taat melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Perencanaan: perencanaan yang baik, cerdas sekuat tenaga dan senantiasa berdoa.

Awas: dalam artian tetap waspada terhadap berbagai Hambatan Tantangan Ancaman dan Gangguan baik dari dalam maupun dari luar, misalnya segala sesuatu yang menimbulkan perpecahan bangsa.

Hamemayu Hayuning Bawana: sering kita sebut dengan “Memayu Hayuning Bawana” yang berarti memperindah, mengayomi dunia yang indah dan lestari sehingga dapat menjadi rahmat seluruh alam semesta.*** (penulis mahasiswa Malang yang sedang berada di Brisbane)

CATEGORIES
TAGS