Mencintai Tanah Air, Bukan Perkara Mudah

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

ilustrasi

ilustrasi

KITA ditakdirkan untuk bisa saling mencintai, baik untuk mencintai dirinya sendiri maupun sampai pada upaya agar dapat mencintai orang lain. Dalam urusan cinta-mencintai, opini ini tidak akan mengulas tentang topik yang bersifat pribadi di sekitar kisah kasih seperti cintanya antara Adam dan Hawa atau antara Muhsin dan Titik Sandora. Yang ingin sedikit diulas adalah seputar “Mencintai Tanah Air”.

Ada pendapat yang mengatakan bahwa Cinta Tanah Air adalah bagian dari iman. Kalau begitu, maknanya bisa mendalam karena berkaitan dengan nilai kerohanian. Mencintai Tanah Air berarti soal spiritual, hal-ihwal yang bersinggungan dengan soal hati nurani, di samping tentu akan berkaitan dengan hal-hal yang bersifat fisik.

Orang kebanyakan mengatakan bahwa mencintai itu tidak bisa datang tiba-tiba. Mencintai itu membutuhkan proses yang panjang, apalagi mencintai Tanah Air yang kontennya bernilai semangat kebangsaan atau semangat ke-Indonesia-an yang memiliki berbagai karakter. Karena itu, untuk mengajak seluruh komponen bangsa dari anak-anak sampai orang dewasa apa pun kedudukan dan profesinya agar dapat mencintai Tanah Air bukan perkara mudah kalau tidak mau disebut rumit.

Pertama, kita harus tahu persis apa itu Tanah Air. Ada apa memangnya kita harus mencintai Tanah Air. Apa untungnya mencintai Tanah Air, dan sederet pertanyaan lain yang harus bisa dijawab dengan meyakinkan.

Kedua, mencintai Tanah Air dengan demikian membutuhkan proses pembelajaran, pencerahan yang melembaga secara paripurna. Melembaga secara spiritual, emosional, material, intelektual, dan sistemik. Memerlukan contoh, keteladanan, role model, dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka berbangsa dan bernegara.

Ketiga, karena ada pandangan bahwa Mencintai Tanah Air adalah bagian dari iman, maka mencintai Tanah Air menjadi bersifat mengikat, mandatory bagi seluruh komponen bangsa tanpa kecuali. Menjadi wajib hukumnya bagi seluruh komponen bangsa, dan karena itu menjadi kewajiban bagi kita semua untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab mencintai Tanah Air dalam kondisi apa pun.

Proses pengajaran dan pendidikan tentang mencintai Tanah Air menjadi penting dan seharusnya juga bersifat mandatory, serta harus masuk dalam kurikulum dari TK sampai dengan perguruan tinggi.Tidak bisa hanya dislogankan dengan teriakan nyaring melalui media TV, seperti ajakan ” Aku Cinta Indonesia” dan sebagainya.

Keempat, Mencintai Tanah Air butuh perjuangan semesta dari kita semua karena secara geopolitik dan geoekonomi ternyata banyak bangsa lain yang juga mencintai Tanah Air kita. Mereka tertarik untuk melakukan kerja sama, bahkan sampai ada yang ingin menguasai Tanah Air untuk mencukupi kebutuhannya.

Sains dan Teknologi

Menjadi aneh dan naif, kalau kemudian kita sendiri tidak berusaha untuk mencintai Tanah Air kita sendiri. Atau tidak pernah merasa ikut memiliki Tanah Air yang menjadi milik kita bersama. Kita harus bisa menjadi bangsa yang militan ketika Tanah Air hendak dikuasai oleh bangsa lain. Caranya tidak harus melawan dengan kekuatan senjata, tapi harus kita lawan dengan kekuatan dan kemampuan bangsa di bidang penguasaan sains dan teknologi agar kekayaan alam yang kita miliki diolah dan diproses untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Hasilnya, sebagian diekspor kepada bangsa lain sebagai wujud kepedulian bangsa Indonesia terhadap kesejahteraan bangsa lain di dunia yang membutuhkannya. Kita hidup dalam masyarakat yang terbuka (open society) atau hidup dalam sistem ekonomi terbuka (open economy). Ketika demikian kondisinya, maka sikap yang paling baik dan bijaksana adalah bahwa selain kita harus mencintai Tanah Air kita sendiri, maka kita juga patut dapat mencintai bangsa lain. Kita tidak boleh saling menginfiltrasi, tetapi seyogianya saling membantu dan saling bekerja sama untuk menjaga, memelihara, dan mengamankan aset Tanah Air masing-masing atas nama perdamaian abadi.

Sebagai catatan akhir hanya ada satu kesimpulan,yaitu cintailah Tanah Air. Kita tidak boleh lelah untuk terus berusaha mencintai Tanah Air. Kita pun tidak boleh sampai gagal untuk mencintai Tanah Air, karena dengan kegagalan itu berarti kita akan menjadi bangsa yang merugi. Hanya akan menjadi penonton dan tidak bisa menjadi bangsa yang patut ditonton dan menjadi tuntunan bagi bangsa lain, karena presatasi dan karya-karya besar yang dihasilkan di berbagai bidang.

Gagal mencintai Tanah Air berarti sama gagal membangun peradaban Indonesia.Tidak mudah membangun karakter untuk mencintai Tanah Air, karena ancaman, tantangan, hambatan dan gangguannya cukup beragam, karena Indonesia telah menyatakan diri menjadi bagian dari masyarakat internasional yang bersifat terbuka. Hidup dalam alam yang demokratis yang sebagian nasionalismenya sudah tercangkok dalam nasionalisme global. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS