Memperbaiki Produk, BDI Harus Bersinergi dengan IKM

Loading

Laporan: Redaksi

Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian Euis Saedah

Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian Euis Saedah

BANDUNG, (tubasmedia.com) – Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian Euis Saedah mengatakan Balai Diklat Industri (BDI) harus bersinergi dengan IKM untuk meningkatkan keberadaan produk-produk IKM. Hal itu dikatakan Euis Saedah menjawab wartawan di Bandung, Sabtu.

Peningkatan keberadaan produk-produk IKM menurutnya selain berkaitan dengan mensukseskan program P3DN (Peningkatan penggunaan produk dalam negeri), juga mengantisipasi masuknya produk-produk IKM asing ke Indonesia pascah Pasar Tunggal ASEAN (PTA) 2015.

Tidak dapat dipugkiri katanya, mengamankan P3DN tidak cukup hanya dengan himbauan dan gelaran-gelaran iklan yang bertubi-tubi. Akan tetapi harus dibarengi dengan perbaikan mutu dan desain seluruh produk yang dihasilkan sektor IKM.

Jika mutu dan penampilan produk IKM dalam hal ini produk dalam negeri sudah bisa bersaing, tanpa diimbau-pun, masyarakat Indonesia akan segera pula membeli produk lokal.’’Intinya, Indonesia harus menghadilkan produk-produk bemutu,’’ katanya.

Maka itu tambah Euis, dipandang perlu diadakan kerjasama antara IKM dengan BDI dengan harapan melalui kerjasama tersebut, keberadaan IKM akan semakin membaik sehingga tujuan agar supaya Indonesia ngebrand, bisa segera terwujud.

Dalam kerjasama dengan BDI tersebut, kata Euis, para pelaku industri sektor IKM akan mendapat pendidikan dan pelatihan yang berbasis kompetensi. Sehubungan dengan itu katanya, IKM sudah punya Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) nabati, tenun dan rotan.

Menjawab pertanyaan sekitar PTA 2015, Euis mengatakan kalau pasar bebas itu tidak dapat ditutup dan Indonesia tidak bisa mengelak. Karena itu, langkah konkret yang harus dilakukan hanyalah perbaikan mutu dan produk dan satu lagi, Indonesia harus punya brand sendiri. ‘’Saya selalu istilahkan bahwa Indonesai perlu ngebrand. Tanpa itu kita akan tetap sulit di pasar tunggal tersebut karena tidak ada brand yang kita jagokan,’’ katanya. (sabar)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS