Produksi IKM di Aceh Naik Dua Kali Lipat

Loading

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) proaktif untuk terus meningkatkan kinerja sektor industri kecil dan menengah (IKM) agar semakin produktif dan berdaya saing.

Upaya strategis ini salah satunya dilakukan melalui peran Unit Pelayanan Teknis (UPT) di bawah Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI), dengan optimalisasi pemanfaatan teknologi industri dan pelayanan jasa industri.

“Untuk mewujudkan sasaran tersebut, kami memiliki kegiatan pendampingan yang dibiayai dari program Dana Kemitraan Teknologi Industri (DAPATI),” ungkap Kepala BSKJI Kemenperin Doddy Rahadi di Jakarta, Minggu (18/6).

Doddy menjelaskan, pelaksanaan program DAPATI dapat bermafaat bagi pelaku IKM karena melalui kegiatan konsultansi dan bimbingan dalam pemanfaatan optimalisasi teknologi, yang bertujuan dapat meningkatkan efisiensi proses dan produktivitasnya.

“Sehingga diharapkan ke depannya akan menghasilkan produk berkualitas dengan nilai tambah lebih tinggi yang berujung pada peningkatan daya saing industri dan produknya, termasuk sektor IKM,” terangnya.

Apalagi, para pelaku IKM telah berkontribusi besar dalam upaya mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional pada masa pandemi Covid-19. “Saat ini, para pelaku IKM Indonesia yang berjumlah hingga 4,4 juta unit usaha telah menjadi tulang punggung bagi pertumbuhan ekonomi nasional dan penyerap tenaga kerja yang sangat banyak,” tutur Doddy.

Dalam implementasi program DAPATI, salah satu yang telah terealisasi adalah membantu PT. Rayeuk Aceh Utama dengan merancang peralatan pemasak sekaligus pendingin saus cabe menggunakan konsep “water jacket”. Cara kerja dari peralatan pemasak sistim water jacket ini adalah dengan mengalirkan air dingin  di sekeliling dinding wajan pemasak.

Air dingin tersebut akan menyerap panas dari diding wajan sehingga panas dari saus cabe juga akan mengalir ke dinding wajan. Hal ini akan menyebabkan proses pendinginan saus cabe dapat dipercepat dari 8 jam menjadi rata-rata 4,2 jam saja.

“Sebab, kendala yang dihadapi oleh PT. Rayeuk Aceh Utama dalam memproduksi saus cabe adalah di bagian produksinya, terutama di proses pendinginan saus cabe yang memerlukan waktu lama mencapai lebih dari 7-8 jam per proses. Lamanya waktu tunggu untuk proses pendinginan ini berpengaruh terhadap jumlah produksi hariannya,” ungkap Ketua Tim DAPATI tahun 2022, Mahlinda.(sabar)

 

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS