Membuat Sejarah
Oleh: Fauzi Azis
MEMBUAT sejarah? Boro-boro. Membaca atau mempelajari sejarah saja ogah, malas dan tidak menarik karena mempelajari sejarah barangkali hanya buang-buang waktu, nggak ada gunanya. Yang penting saat ini adalah soal masa depan. Sementara itu, sejatinya masa depan itu sendiri adalah sesuatu yang tidak pasti, sehingga sebagian orang berpandangan bahwa boleh saja kita membuat prakiraan tentang masa depan, tapi jangan lupa prediksi masa depan tersebut hampir tidak mungkin dapat dilakukan dengan mengabaikan keadaan masa lalu dan masa kini.
Mengulang masa lalu memang hampir tidak mungkin. Tetapi melupakan masa lalu begitu saja, juga sangat tidak bijaksana. Oleh karena itu, tidak salah, presiden pertama kita Bung Karno pernah menyatakan, Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah (Jasmerah). Pernyataan ini tentu bukan sekedar orasi politik saja, tetapi mengandung makna dalam, baik berkaitan dengan kebaikan atau keburukan.
Ukuran baik dan tidak baik, sukses atau gagal, pasti ada parameternya. Parameter ini dalam sebuah negara bisa kita sebut misalnya, berkurangnya kemiskinan, meningkatnya kesejahteraan, meningkatnya keamanan dan rukunnya sesama warga. Maka dari itu, setiap pemimpin dan para manajer selalu dituntut untuk berkarya dan berprestasi secara spektakuler dalam karya-karya besar yang bermanfaat bagi kepentingan masyarakat, negara dan bangsa.
Tokoh seperti Deng Xiaoping, Jang Zemin dan Hu Jintao dapat kita anggap sebagai tokoh dunia yang berhasil membuat sejarah perubahan di Cina. Mereka mampu mengubah Cina dari negara primitif dan tidak bersemangat menjadi negara yang ekonominya menjadi terbesar di dunia dan terus melaju.
Partai komunis tidak merugikan tapi justru bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat Cina. Perencanaan jangka panjang dapat dijalankan tanpa distraksi dan disrupsi pemilihan umum yang menjadi ciri demokrasi barat. Cina tidak terbelah oleh rivalitas politik dan tidak diperlambat oleh perubahan tiba-tiba dalam perjalanannya, tetapi tetap selaras dengan sasaran-sasaran utama yang ditetapkan sejak awal reformasi.
Inilah big bang, inilah legacy bagi bangsa Cina. Inilah karya besar para pembuat sejarah peradaban Cina dan karya-karya ini pada masanya akan memiliki nilai kesejarahan yang tinggi. Nilai kesejarahan tersebut tidak hanya untuk dikenang, tetapi sekaligus menjadi sebuah pengetahuan tentang sejarah membangun peradaban bangsa yang dianggap berhasil dan dapat menginspirasi tokoh di belahan dunia lain yang hidup pada zamannya.
Mengutip pendapat pengamat politik Soegeng Saryadi, seorang pemimpin atau CEO negara jangan mudah didikte oleh keadaan, tapi harus bisa mendikte keadaan. Artinya, yang bersangkutan harus menjadi tokoh sentral perubahan. Perubahan di segala bidang, baik ekonomi, politik, sosial dan budaya, tanpa harus mengorbankan nilai-nilainya sendiri yang hidup di bangsa kita yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.
Catatan-catatan sejarah menjadi sangat penting untuk kita pelajari. Catatan sejarah tentang Indonesia adalah sebuah ilmu pengetahuan yang nilainya tinggi. Dan ini sangat bermakna kalau kita mau menjadi tokoh “pembuat sejarah”, pencetak sejarah atau making of the history bagi kehidupan masyarakat, negara dan bangsa.
Siapa pun pemimpin negara di dunia pada dewasa ini, harus dapat menjadi tokoh pembuat sejarah kalau tidak mau dibilang gagal dalam menjalankan tugas kepemimpinannya. Kawah Candradimuka atau laboratorium untuk dapat menjadi tokoh dunia pembuat sejarah, cukup banyak tersedia dalam kehidupan yang nyata di bumi.
Globalisasi dan sistem ekonomi liberal adalah salah satu contoh Kawah Candradimuka tempat para pemimpin dunia melakukan eksperimen perubahan untuk menyelaraskan kehidupan ekonomi yang lebih beradab dan menjamin kehidupan yang adil. Mohammad Yunus, pendiri Grameen Bank bisa kita kasih predikat tokoh dunia yang berhasil mengembangkan sistem keuangan mikro di saat dunia sedang gegap gempita dengan ekonomi liberalnya.
Isu pangan dan energi adalah sisi lain yg dapat menjadi perselancaran pemimpin dunia calon pembuat sejarah dalam mengatasi soal rawan pangan dan energi. Persoalan lingkungan hidup, perubahan iklim adalah juga laboratorium yang sangat berharga bagi para pemimpim dunia atau calon pemimpin masa depan untuk mencetak sejarah melalui berbagai kebijakan dan progam yang dapat menjawab persoalan lingkungan hidup dan perubahan iklim.
Semua pemimpin pasti punya obsesi untuk membuat sejarah dalam hidupnya dan berdasarkan ulasan tadi, memerlukan sejumlah prasyarat antara lain: seorang pemimimpin harus visioner dan memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan. Menjadi pembuat sejarah harus berpengetahuan luas dan memahami sejarah masa lalu serta mengerti tentang permasalahan negara dan bangsa secara riil, dapat memberikan solusi tepat pada saat diperlukan. Pencetak sejarah adalah risk taker, para pembuat big bang dan mampu menjadi dirigent yang brilian. Akhirnya pemimpin pembuat sejarah tidak terlibat dalam persoalan conflict of interest, jujur dan bertanggung jawab. ***