Landasan Struktur yang Kropos

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

Fauzi Aziz

Fauzi Aziz

DEKADE sekarang, fenomena pertumbuhan ekonomi tetap menjadi isu besar di negara manapun karena pertumbuhan ekonomi dianggap sebagai dewa penyelamat dari kerterpurukan ekonomi. Kalau dilihat dari strukturnya, pertumbuhan ekonomi dihasilkan oleh dua variable utama, yakni, tumbuhnya sektor tradable (sektor pertanian,industri dan pertambangan), serta tumbuhnya sektor non tradable/jasa (properti, perhotelan, restoran, perdagangan, keuangan dsb).

Realitasnya, hampir semua negara di dunia, peran sektor non tradable/jasa yang menjadi mesin penggerak pertumbuhan. Indonesia termasuk negara yang kena pengaruh magnitude pertumbuhan yang digerakkan oleh sektor jasa. Akibatnya, 1) Pertumbuhan sektor tradable yang relatif banyak menyerap tenaga kerja jauh tertinggal dari pertumbuhan sektor non tradable yang relatif sedikit menyerap tenaga kerja.

Dalam 10 tahun terakhir, secara kumulatif, sektor tradable hanya tumbuh rata-rata 4%/tahun. Sedangkan sektor non tradablenya bisa tumbuh antara 7-8%/tahun. Jangan kaget kalau pemerintah di setiap saat mengumumkan kinerja ekonomi selalu melahirkan paradoks, yakni angka pengangguran, kemiskinan dan kesenjangan masih relatif tinggi.

2) Pengeluaran belanja konsumsi rumah tangga tetap menjadi primadona pertumbuhan dibandingkan dengan pengeluaran belanja untuk investasi dan ekspor. Peran sektor perbankan sangat dominan berkontribusi dalam membentuk besarnya pengeluaran belanja konsumsi rumah tangga dibandingkan dengan pembentukan besarnya pengeluaran belanja untuk investasi.

Panduan kebijakan ekonomi yang dijalankan oleh pemerintah sejak krisis 1998 sesungguhnya telah melahirkan pertumbuhan dengan landasan struktur yang kropos atau tidak berimbang karena magnitude ekonominya “memaksa” Indonesia masuk dalam arus perputaran ekonomi global yang mengandalkan sektor jasa keuangan sebagai mesin penghela pertumbuhan.

Pemerintah lebih risau dan galau kalau indeks harga saham anjlok, nilai tukar rupiahnya jeblok, inflasi naik dan neraca pembayarannya terancam defisit. Kurang sensintif kalau ada industri atau pabrik kesulitan bahan baku, kesulitan mendapatkan tambahan modal atau didera oleh masalah ekonomi biaya tinggi yang mengancam pertumbuhannya.

Sesuai pengumuman BPS, tahun 2012 ekonomi tumbuh 6,23%, lebih rendah dari target 6,5%. Berapapun capaiannya, secara struktural belum menghasilkan pergeseran yang berarti dalam kualitas pertumbuhan. Pertumbuhan ekonomi tetap saja bertumpu pada tingginya pertumbuhan sektor non tradable dibandingkan dengan tumbuhnya sektor tradable.

Buktinya sektor pengangkutan dan komunikasi bisa tumbuh 9,98% (keduanya merupakan bagian dari kelompok sektor non tradable). Sektor pertambangan dan penggalian hanya tumbuh 1,5%, sektor industri pengolahan hanya sekitar 6% (sudah ngos-ngosan karena tumbuh dengan biaya input yang relatif mahal).

Bandingkan sebelum krisis 1998, tingkat laju pertumbuhan rata-rata tahunan di sektor industri pada tahun 1965-1980 sebesar 12% dan menjadi 12,7% pada periode 1980-1989. Tumbuh di atas rata-rata laju pertumbuhan ekonomi pada periode waktu yang sama yaitu 7% dan 5,3%.

Dewasa ini, pemerintah terperangkap pada fenomena ekonomi yang bercirikan pertumbuhan untuk pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi sebagai satu-satunya tujuan dari setiap langkah kebijakan ekonomi yang dijalankan pemerintah, sehingga nyaris tidak bisa mengatasi problem kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan.

Karena itu, tidak mengagetkan jika 57,51% PDB tahun 2012 disumbang Pulau Jawa (DKI Jakarta, Jawa Iimur dan Jawa Barat). Tahun 2013 pertumbuhan ekonomi ditargetkan 6,8% tapi basis pertumbuhannya secara struktural diduga tidak akan mengalami perubahan yang berarti. Artinya masih bercirikan pertumbuhan untuk pertumbuhan ekonomi.

Sebagai pengingat, khususnya kepada pemerintah dan DPR, baik kepada rezim yang sekarang maupun yang akan datang bahwa yang diperintahkan oleh pasal 33 UUD 1945 yang terkait dengan masalah ekonomi, tema besarnya adalah “perekonomian dan kesejahteraan sosial”.

Berarti bukan pertumbuhan untuk pertumbuhan ekonomi.Semoga bermanfaat dan jangan sampai digugat bahwa kebijakan ekonomi yang dijalankan dituduh melenceng dari pakemnya. ***

CATEGORIES

COMMENTS