Kembangkan Industri Bahan Baku Lokal

Loading

Laporan: Redaksi

ilustrasi

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Untuk meningkatkan kontribusi sektor industri terhadap produk domestik bruto (PDB) harus dikembangkan industri yang punya nilai tambah tinggi, utamanya yang mengolah bahan baku lokal. Misalnya, industri yang mengolah bahan tambang dan hasil pertanian. Selain itu, harus dikembangkan kemampuan mendesain dan engineering dalam negeri. Terkait dengan itu diperlukan kebijakan pemerintah yang mendorong kemampuan desain dan engineering.

Hal itu dikemukakan Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Noegardjito, menjawab pertanyaan tubasmedia.com di Jakarta, baru-baru ini, berkaitan dengan pernyataan, bahwa salah satu syarat Indonesia menjadi negara maju adalah sumbangan sektor industri terhadap ekonomi nasional 40 persen. Saat ini, baru 23 persen. Secara hitungan di atas kertas, dibutuhkan 15 tahun lagi untuk mencapai kategori tersebut. Pernyataan itu disampaikan Dirjen Kerjasama Industri Internasional, Kementerian Perindustrian, Agus Tjahajana, seusai rapat koordinasi dengan Kementerian Perdagangan di kantor Kemenperin, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Senin (18/8/2014).

Berkaitan dengan kontribusi industri nasional terhadap PDB itu, juga diwawancarai Ketua Koperasi Industri Komponen Otomotif (KIKO) Indonesia, M. Kosasih, yang antara lain berpendapat perlunya kecukupan bahan baku dan bahan penolong untuk industri dalam negeri. Dengan demikian ketergantungan pada bahan baku dan bahan penolong impor dapat dilepaskan.

Menurut Noegardjito, kemampuan kita untuk mendesain barang harus ditingkatkan. Untuk itu, perlu diperbanyak pendidikan teknik desain, baik di tingkat sekolah menengah, politeknik, maupun universitas.

“Porsi nilai desain dalam suatu barang cukup besar, khususnya dalam engineering product, seperti kapal, kendaraan bermotor, mesin peralatan, alat listrik dan elektronik. Produk engineering tersebut sudah dapat dibuat di dalam negeri, tapi kandungan lokal dan nilai tambahnya masih kecil,” katanya.

Ia juga mengemukakan, balai latihan kerja (BLK) sangat penting. Namun, ke depan kurikulum dan peralatannya perlu disempurnakan mengikuti pola yang dipakai oleh negara-negara yang industrinya sudah maju. Dengan begitu, BLK akan lebih mampu melatih desainer.

Peningkatan SDM

Sementara itu, M. Kosasih mengatakan, peningkatan sumber daya manusia untuk industri nasional hendaknya diprioritaskan. Dalam hal ini, peningkatan tersebut menyangkut attitude, bukan hanya skil dan knowledge, supaya kompetensinya sesuai dengan bidang yang dikuasai.

Dikatakan, pengembangan industri agar negara kita tergolong negara maju sangat bergantung pada keberpihakan semua pihak. Umpamanya, pemerintah mendorong dengan mengeluarkan kebijakan memajukan industri, pelaku usaha menjalankannya dengan aman, dan akademisi mendukung SDM yang tersertifikasi sesuai kebutuhan industri.

Menurut Kosasih, masalah utama dalam pengembangan industri nasional menyangkut infrastruktur yang memudahkan pergerakan bisnis sampai ke pelosok Nusantara.

Kemudian, industri kita masih dihadapkan pada masalah bahan baku dan bahan penolong, yang sebagaian masih harus diimpor. Untuk meningkatkan daya saing industri dalam negeri harus dikembangkan industri yang memproduksi bahan baku dan bahan penolong. “Selama kita belum memilikinya, sulit untuk bersaing,” katanya. (ender)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS