Industri Manufaktur Harus Diprioritaskan

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

Ilustrasi

JAKARTA, (Tubas) – Pemerintah harus memanfaatkan momentum tingginya minat korporasi global untuk berinvestasi di Indonesia. Sektor industri manufaktur mesti diprioritaskan lantaran berdampak signifikan terhadap perekonomian dan mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.

Pengamat ekonomi Universitas Atma Jaya Jakarta A Prasetyantoko mengungkapkan, investor asing dan korporasi global membidik Indonesia lantaran memiliki pasar yang besar. “Mereka masuk untuk memenuhi kebutuhan konsumsi domestik. Mereka tahu ekonomi kita ditopang konsumsi masyarakat yang besar,” ungkap Prasetyantoko di Jakarta pekan silam.

Kebutuhan konsumsi dalam negeri tidak hanya produk, tapi juga jasa. Seperti diberitakan, sejumlah korporasi global berencana menanamkan modal dalam jumlah besar di Indonesia. Produsen ban terbesar asal Korea Selatan, Hankook, misalnya sedang membangun pabrik di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, dengan nilai investasi US$ 1,1 miliar.

Selain Hankook, dari Korea Selatan ada pula Pohang Steel Corporation (Posco) yang menggandeng Krakatau Steel untuk membangun pabrik pelat baja dan Lotte Group. Nama besar lainnya adalah Mitsubishi, Microsoft, dan Google. Ada pula prinsipal mobil, PT Nissan Motor Indonesia (NMI), yang siap menggelontorkan dana sekitar US$ 312,5 juta untuk berinvestasi di Indonesia.

Mereka berencana membangun perakitan mesin dan memperluas pabrik, sehingga nanti mampu meningkatkan kapasitas produksi dari 50.000 unit saat ini menjadi 180.000 unit pada 2013. Prasetyantoko mengatakan, besarnya ketertarikan korporasi global terhadap Indonesia harus dimanfaatkan secara maksimal.

Salah satunya memprioritaskan investasi di sektor industri manufaktur yang diyakini berdampak cukup signifikan terhadap aktivitas perekonomian dalam negeri. Dia menambahkan, pemerintah mesti menyambut minat investasi itu dengan memperbaiki sarana dan prasarana pendukung seperti infrastruktur.

Jika pemerintah memprioritaskan sektor manufaktur, pekerjaan rumah untuk menyediakan infrastruktur berkualitas harus dituntaskan. Terlepas dari itu, dia menilai secara umum prospek iklim investasi di Indonesia untuk jangka pendek dan jangka panjang masih positif.

Terlebih jika Indonesia sudah mengantongi investment grade dari lembaga pemeringkat internasional. Hal itu diyakini akan semakin mendorong minat dan ketertarikan investor global untuk menanamkan modalnya di Indonesia. “Dilihat dari kondisi ekonomi global, tidak ada tempat yang lebih baik untuk berinvestasi, selain negara berkembang,” ujarnya.

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Kebijakan Publik, Fiskal Moneter, dan Perpajakan Haryadi Sukamdani optimistis iklim investasi di dalam negeri masih positif lantaran Indonesia memiliki potensi kekayaan alam dan sumber daya manusia (SDM) yang besar dan potensial.

“Terlebih tren pertumbuhan ekonomi dari waktu ke waktu semakin baik,” katanya. Pengaruh pemberian stimulus fiskal berupa keringanan pajak tidak terlalu besar. Korporasi global lebih melihat besarnya potensi pasar dalam negeri dan tingginya tingkat konsumsi masyarakat.

Menurutnya, insentif memang memberikan sedikit dorongan untuk ketertarikan, namun yang paling memengaruhi adalah persepsi asing terhadap kondisi ekonomi Indonesia yang baik. Dia menilai besarnya minat perusahaan global untuk berinvestasi di dalam negeri perlu disambut.

Terlebih jika investasi ingin diarahkan ke sektor manufaktur yang banyak menyerap tenaga kerja. Salah satunya dengan kemudahan perizinan dan proses penanaman modal, yang umumnya di tingkat pemerintah daerah banyak dikeluhkan. (sabar)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS