Psywar

Loading

Oleh: Fauzi Azis

Ilustrasi

Ilustrasi

SALING ledek, saling berolok-olok, saling mengaku timnya paling siap untuk bertanding, apakah yang demikian itu bisa dikatakan sedang melakukan psywar (perang urat syaraf)? Bisa jadi ya. Apakah psywar itu ada batas akhirnya, mestinya juga ya, karena istilah psywar tersebut lebih menyerupai semacam strategi dan taktik sebelum peperangan atau pertandingan dimulai untuk antara lain mengganggu konsentrasi lawan.

Setelah peperangan/pertandingan sebenarnya dimulai, maka pada akhir waktunya pasti ada pihak yang menang dan kalah. Seusai itu, biasanya psywar juga berakhir dan kalau nilai-nilai fairplay dijunjung tinggi, masing-masing pihak yang menang dan kalah akan bersikap legowo. Jadi psywar dibatasi oleh waktu dan manakala akan ada pertandingan atau bahkan peperangan “baru”, biasanya psywar akan terjadi lagi dan ini adalah bagian dari strategi dan taktik.

Dari pendekatan strategis dan taktis, psywar adalah hal yang jamak dalam arti bukan sesuatu yang dianggap salah dalam suatu sistem karena perilaku psywar tidak diatur dalam hukum formal. Namun bila psywarnya keterlaluan, misal mencemarkan nama baik, boleh jadi psywar dapat dianggap melanggar etika atau bahkan hukum formal dan atas tindakannya itu dapat dituntut secara hukum.

Dalam konteks gerakan yang bersifat politik apakah psywar juga dilakukan? Rasanya ya. Misal jelang pemilu legislatif, pilpres dan pemilukada, masing-masing partisan biasanya melakukan psywar untuk secara langsung atau tidak, mempengaruhi konstituennya, terutama bagi pemilih pemula atau para golput.

Apa yang dilakukan Nazaruddin dari “pengasingannya”, juga dapat diklasifikasikan sebagai langkah psywar ke partainya atau juga kepada para sebagian penegak hukum yang dianggap “terlibat” dalam tindakan “korupsi” yang ditersangkakan pada dirinya. Dalam kasus politik demikian, seharusnya psywar dalam ranah politik harus ada akhirnya dan harus bisa diakhiri. Kalau tidak, bisa menimbulkan “gangguan politis”, “stabilitas politik” dan bahkan bisa menimbulkan gangguan “keamanan”.

Psywar di bidang politik semacam ini sangat tidak sehat bagi pendidikan politik buat siapa pun, karena itu, harus segera dihentikan. Apalagi masalahnya telah masuk ke ranah hukum dan sebagai negara hukum, maka hukum harus ditegakkan dan hukum harus menjadi panglima, bukan psywar politik yang menjadi panglima.

Seperti telah banyak disampaikan oleh berbagai kalangan, semua pihak berharap banyak agar aparat penegak hukum dapat segera bertindak secara profesional, tidak ikut-ikutan melakukan psywar. Yang kita butuhkan adalah kepastian hukum bukan ketidakpastian. Yang kita perlukan penegakan hukum yang transparan, akuntabel dan berkeadilan, bukan melakukan psywar di bidang hukum.

Runyam nanti negeri ini kalau semua persoalan kehidupan politik dan hukum dicampuradukkan dan harus di-psywar-kan dulu sebelum diproses dan ditegakkan. Dengan segala kekurangannya aturan hukum yang harus dijadikan landasan untuk melakukan penindakan, sekali lagi hukum harus ditegakkan agar kita semua sebagai orang awam tidak bingung dan bahkan ikut-ikutan melakukan psywar pula, ikut berolok-olok, ikut menghakimi dan mengadili dengan caranya sendiri.

Tindakan semacam ini harus dicegah dan tidak boleh terjadi. Penegakan hukum memerlukan kesungguhan dan keteladanan (bukan hanya diucapkan tetapi juga dilakonkan). Psywar tidak salah kalau hal ini dilakukan sekadar/sebatas bagian dari strategi atau taktik. Tapi bisa menjadi suatu tindakan yang salah manakala tindakan tersebut ujungnya mengarah ke arah tindakan yang bersifat destruktif, ke arah pertengkaran antargolongan dan pertikaian antarwarga.

Tidak boleh hal ini terjadi. Bertengkar, bertikai itu semuanya jelek, sangat destruktif. Bertengkar, bertikai dan menjurus ke perpecahan bukan harus diterima begitu saja, tetapi harus diselesaikan dengan melakukan introspeksi bersama. Psywar dalam prespektif politik harus dibaca dan difahami dalam konteks karena adanya perbedaan pendapat dan perbedaan pendapat harus tetap berada dalam koridor hukum yang berlaku dan menjunjung tinggi etika moral, etika politik dan etika hukum, agar psywar tidak menghasilkan “peperangan”.

Psywar dalam bidang apapun seyogyanya bermuara pada kemenangan yang jujur dan adil. Psywar dalam kehidupan apapun sebaiknya harus bermuara kepada kebaikan dan kebenaran. Psywar dalam kehidupan bermasyarakat harus bisa digunakan sebagai instrumen untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, kejujuran, keamanan dan menegakkan kebenaran.

Psywar pada realitasnya memang harus mencapai kemenangan yang paling hakiki, yaitu menang memerangi kezaliman, menang terhadap tindakan korupsi dan menang karena kita semua terbebas dari segala bentuk pertikaian yang akan membuat kehidupan menjadi hancur berantakan dan meluluhlantakkan hakekat hidup dan kehidupan yang hakiki, yaitu kebaikan, kejujuran, kebenaran, keadilan, kebersamaan dan keteladanan. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS