Dehumanisasi Membangun Manusia Indonesia Seutuhnya

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

ilustrasi

ilustrasi

PERADABAN yang telah sampai pada tahap membawa manusia kepada kemudahan berinteraksi akibat kemajuan teknologi informasi, menimbulkan kompleksitas masalah dan tantangan kehidupannya sendiri di muka bumi. Pancaindra manusia menjadi berfungsi secara optimal hampir 24 jam penuh untuk menangkap berbagai informasi dan kejadian penting dan yang tidak penting di seantero jagad dunia.

Ancaman,tantangan,hambatan dan gangguan (ATHG) pasti akan selalu datang dan pergi silih berganti di setiap kehidupan manusia secara individu maupun kelompok dalam berbagai bentuknya. Nalar dan nuraninya juga tiada putus bekerja untuk merespon berbagai macam bentuk dan ragam fenomena kehidupan baik dalam keadaan sadar maupun dalam keadaan yang menyebabkan batas kesadarannya menurun akibat nalar dan nuraninya “kelelahan”.

Artinya di saat seperti ini eksistensi rasa kemanusiaan manusia bisa mengalami gangguan sehingga pola pikir dan pola tindaknya bisa tidak proporsional lagi. Nalar dan nurani bisa dikalahkan oleh nafsu, sehingga rasionalitas, etika dan kearifannya menjadi korban pertama dari keganasan nafsu duniawi yang menyelimuti kehidupan manusia.

Manusia menjadi terkesan tidak memiliki alat kontrol atau sistem kekebalan spiritualitasnya terganggu dan nyaris tak berfungsi. Sehingga manusia gagal untuk bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Dehumanisasi menjadi salah satu progam yang bisa mengatasi segala macam problem kemanusiaan yang dihadapi oleh manusia di muka bumi.

Puasa menjadi salah instrumen yang dapat digunakan untuk mendukung jalannya progam dehumanisasi sepanjang puasa tersebut dari awal sudah diniatkan untuk memperbaiki harkat martabat kemanusiaan agar bisa mendapatkan kemuliaan di sisi Tuhannya dan untuk saling memuliakan antar sesama manusia dan antar manusia dengan mahluk hidup yang lain dan lingkungannya.

Selain puasa, tentu banyak lagi progam dehumnaisasi bisa dijalankan dan yang paling penting adalah pendidikan dan pelatihan untuk membentuk kepribadian unggul yang berkarakter dan berahlak mulia. Dalam konteks ke-Indonesiaan,negeri ini sejatinya telah memiliki instrumen yang bersifat idiologis yaitu Pancasila.

Jika kita pandai “mengulitinya” dengan cermat maka dalam pandangan penulis dehumanisasi manusia Indonesia esensinya terletak pada sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Menjadikan manusia agar adil dan beradab, jika manusia Indonesia mengimani dan taqwa kepada Tuhannya Yang Esa dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala macam bentuk larangan-Nya.

Kekuatan ini yang akan bisa menyatukan seluruh manusia mau bersatu demi kemanusiaan yang adil dan beradab. Mampu mendorong iklim kerja berlandaskan azas musyawarah untuk mufakat di saat bangsa ini mengalami berbagai masalah yang dihadapi untuk mewujudkan keadilan sosial yang berkelanjutan bagi manusia Indonesia seluruhnya.

Progam dehumanisasi manusia Indonesia harus terpimpin dengan baik dan dipimpin oleh sosok pemimpin yang humanis. Bukan dipimpin oleh pemimpin yang tidak menjunjung tinggi nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, alias tidak adil dan “biadab”. Selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang melaksanakannya. ***

CATEGORIES
TAGS