Api Tak Pernah Kunjung Padam

Loading

images

Oleh: Fauzi Aziz

 

BENARKAH demikian ? Jawaban ini ada pada diri kita masing- masing tentang hal ihwal “api tak pernah kunjung padam”.Api secara positip dapat dipandang sebagai sum ber energi.Di pabrik peleburan baja, pabrik semen dan lain-lain, kita akan selalu melihat barak api yang membara.api, tak pernah kunjung padamtak padam,

Tanpa ada api, pabrik-pabrik tersebut tidak akan pernah beroperasi memproduksi pelat baja dan semen yang diperlukan untuk pembangunan infrastruktur. Berhenti beroperasi berarti akan banyak terjadi pengangguran karena sebagian warga bekerja mencari nafkah sebagai pekerja dan buruh pabrik baja, semen dan sebagainya.

Dengan demikian, api selain berfungsi sebagai energi, juga berfungsi sebagai sumber penopang kehidupan manusia di dunia ini. Dalam sisi kehidupan yang lain, api dapat menjadi penyebab terjadinya bencana alam dan sosial ketika terjadi kebakaran hutan dan terjadi bakar-bakaran karena ada huru-hara yang bermain-main dengan api.

Dan dalam kehidupan yang lain, ketika kiamat datang, kita akan ketemu api lagi yang membara, yakni api neraka. Dalam dua perspektif singkat pada kehidupan ini, dapat dijustifikasi bahwa api memang tak pernah kunjung padam. Meskipun dalam fenomena yang kedua, api bisa dipadamkan disiram dengan air, pemadaman itu cenderung tidak bisa permanen.

Pada suatu peristiwa, nyala api bisa berpotensi membara kembali baik dalam arti yang sebenarnya maupun hanya sekedar kiasan. Api neraka tidak pernah bisa dipadamkan karena merupakan media yang diciptakan oleh Sang Maha Pencipta untuk menghukum semua mahluknya yang bernama manusia, tanpa kecuali yang pernah melakukan perbuatan dosa dan keji ketika hidup di alam dunia.

Api sifatnya panas, sehingga dalam kiasan sering digunakan istilah jangan suka bermain api, nanti terbakar atau malah saling bakar-bakar an.  Api oh api, manusia sangat merindukanmu karena engkau adalah sumber energi yang diperlukan untuk menopang kehidupan seluruh umat manusia di muka bumi.

Tapi aku juga takut kepadamu ketika hutan terbakar habis karenamu dan apa saja bisa engkau musnahkan karena manusia lalai mematikan kompor atau lupa melepas colokan setrika-an, mencuri saluran listrik sehingga beban daya di gardu tidak berimbang, yang akhirnya menimbulkan bencana kebakaran. Api datang tidak diundang, tetapi ia datang karena kita lalai, ceroboh dan tidak disiplin.

Dalam dunia kiasan, ada titik api yang bersemi dalam nafsu angkara murka pada manusia, yakni ketika manusia menjadi pemarah sebagai contoh paling sederhana. Pada saat marah tak berujung, hati manusia yang bersih bisa berubah menjadi kotor dan panas sehingga kemarahannya menjadi pembuka jalan terjadinya konflik sosial.

Konflik ini bisa terjadi dalam lingkungan manapun, dari yang terkecil di lingkungan keluarga, masyarakat maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Konflik sosial penuh dengan bibit “api” yang jika tidak bisa dikendalikan bisa menimbulkan bencana  yang dahsyad.

Bibit api kemarahan karena kemurkaan bisa berdampak menjadi api beneran ketika manusia kehilangan akal sehatnya dan nuraninya tertutup nafsu angkara murka, sehingga bencana alam dan kemanusiaan bisa terjadi dimana- mana di belahan dunia manapun.

Kehidupan yang panas dan seringkali dipanas-panaskan, semisal dalam kehidupan politik seperti yang sering terjadi di negeri ini, bisa menyulut perpecahan. Peristiwa bakar- bakaran tanpa harus diurai satu persatu, kita bisa lihat sendiri peristiwa bakar-bakaran karena manusia suka “bermain api” dalam pikiran, ucapan dan tindakan.

Tata kelola api supaya tidak mudah membakar pada kehidupan manusia dan lingkungannya perlu diciptakan sistem pengendalian dan pengawasannya agar jangan sampai mendatangkan mara bahaya dan kehancuran kehidupan di muka bumi.

Bagainapun api kita perlukan karena ia sumber energy, api itu juga indah ketika nyalanya seperti dalam lilin dan ketika terjadi pesta kembang api. Tetapi karena manusia ceroboh, sembrono dan pemarah, maka api bisa menjadi sumber bencana.

Sebab itu, api adalah tetap api yang sifatnya panas. Kita jangan sering bermain api dalam kehidupan ini, baik disengaja maupun tidak disengaja.  Api tak pernah kunjung padam sesuai sifat hakikinya. (penulis adalah pemerhati sosial ekonomi).

CATEGORIES
TAGS