Anak Kost Dimanjakan, Anak Sendiri Ditelantarkan

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

Fauzi Aziz

Fauzi Aziz

DALAM kehidupan yang telah semakin diwarnai semangat individualistik akibat kemajuan teknologi informasi dan globalisasi serta kehidupan yang makin demokratis, perilaku dan gaya hidup manusia telah mengalami banyak perubahan. Manusia sebagai individu berdasarkan kompetensi yang dikuasainya berfikir dan bertindak berdasarkan naluri kebisaannya yang ada pada dirinya.

Makna kebisaan yang berbasiskan pada kompetensinya itu, secara profesional dia pertaruhkan apa yang dia mampu perbuat melalui karya sesuai bidang yang ditekuninya sebagai kendaraan untuk mengangkat derajad hidupnya sebagai mahluk sosial.

Ego dan kreatifitasnya bergerak dan digerakkan oleh semangat bahwa bakat dan keahlian yang berbasis kompetensi tadi adalah aset miliknya dan akan dikapitalisasi untuk mensejahterakan diri dan keluarganya sebagai misi utamanya. Faktor kebisaan individu berbasis kompetensi ini pada sisi yang lain adalah sebuah aset bangsa dan juga sebagai aset negara.

Jika bangsa dan negara dapat mengelolanya dengan baik dan bisa diorganisir dengan tepat akan menjadi sumber penggerak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di negeri ini. Mereka kalau bisa diorganisir dengan efektif akan menjadi sebuah pelangi yang indah dan sekaligus dapat menjadi energi positif bagi kemajuan bangsa dan negara.

Karena itu, ke depan, negeri ini memerlukan seorang pemimpin yang berkemampuan tinggi untuk ngemong dan mengelola mereka untuk menggerakkan roda pembangunan di negeri ini dari Sabang hingga Papua. Ego, kebebasan, kreatifitas dan kompetensinya jangan ditempatkan posisinya hanya sebagai para pekerja profesional yang mengabdi kepada para juragan asing.

Namun para pemimpin dan para pengambil kebijakan strategis di negeri ini harus menempatkan mereka pada posisi sebagai para wirausahawan nasional. Sebagai penggerak dan pengola aset nasional di sektor pertanian dalam arti luas, industri dan sektor-sektor lainnya yang bersifat produktif.

Nilai tukar rupiah mudah terpuruk, neraca transaksi berjalan rentan defisit karena negeri ini salah urus dan salah kelola. Salah urus karena lebih senang mengelola anak kost daripada mengurus anak sendiri. Misi kita bersama ke depan adalah mengoptimalkan kerjasama yang baik dan efektif di lapangan antara organisasi publik, organisasi bisnis dan organisasi nirlaba untuk membuat indah negeri ini dilihat dari sudut pandang manapun.

Indahnya Indonesia hanya bisa dilakukan dengan cara dan pendekatan yang seperti itu. Kita pengemban amanah falsafah Pancasila dan amanah konstitusi UUD 1945 memiliki kewajiban yang sama untuk membuat negeri ini indah di mata kita sendiri dan di mata dunia. Indah secara politis, secara sosial, ekonomi dan kultural.

Semangatnya adalah rukun agawe sentoso. Gemah ripah toto tentrem karto raharjo. Sekarang ini posisi kita masih nafsi-nafsi. Masing-masing asyik sendiri di dunia masing-masing sehingga disana-sini mudah “dikerjain” pihak asing yang berniat ingin menguasai Indonesia. Kesentosaan, ketentraman, kerukunan menjadi gampang terusik karena karya kita tidak diewongke di negerinya sendiri.

Peraturan dan kebijakan di bidang ekonomi dibuat oleh penguasa hanya untuk membuat sentosa dan menentramkan kehidupan asing di negeri ini. Nilai kemanusiaan dari kebijakan yang dibuat lebih cenderung memuliakan kepentingan asing karena mereka dipandang lebih bisa mewujudkan cita-cita para pendiri bangsa untuk membuat hidup kita sejahtera dan makmur.

Indahnya Indonesia pada akhirnya merekalah yang menikmati, bukan kita yang menciptakan pelangi-pelangi kehidupan di negeri zamrud khatuliswa. ***

CATEGORIES
TAGS