Ungkapan

Loading

Oleh: Edi Siswojo

Ilustrasi

Ilustrasi

TIDAK berlebihan kalau Indonesia menjadi surga bagi dunia binatang. Nama-nama fauna ditempatkan secara “istimewa” dalam ungkapan bahasa Indonesia. Nama burung “Garuda” ditetapkan dengan undang-undang sebagai lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Gambar burung yang di dadanya menempel perisai Pancasila dan kakinya mencengkeram “Bhineka Tunggal Ika” selalu bertengger di gedung-gedung pemerintah. Tidak hanya nama burung “Garuda” yang istimewa. Nama binatang lain juga beruntung, disebut-sebut dalam ungkapan sehari-hari yang hidup dan berkembang di masyarakat.

Di dunia pers, dikenal sebutan “Nyamuk Pers”. Biasanya, ungkapan itu ditujukan kepada wartawan yang selalu hadir–tanpa diundang–dalam setiap peristiwa di mana saja. Sebutan itu juga ditujukan untuk wartawan yang ingin mengubah–lewat tulisannya–dunia meski dirinya tidak mengalami perubahan yang berarti.

Ada juga ungkapan yang menyebut nama “Belut”, “Bunglon”, “Buaya”, “Alap-alap” dan masih banyak lagi deretan nama binatang yang meluncur dari mulut orang yang ditujukan kepada tersangka atau terdakwa koruptor. Para pengemplang Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang kabur ke luar negeri disebut “licin bagai belut”.

Ungkapan yang sama juga diberikan kepada Nunun Nurbaeti, tersangka kasus suap pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda Gultom yang hingga kini belung ketangkap. Juga untuk terdakwa koruptor Wali Kota Bekasi Mohtar Mohammad yang belum lama ini dinyatakan bebas oleh majelis hakim Pangadilan Tipikor Bandung.

Lain lagi ungkapan yang menumpuk di muka Muhammad Nazarudin, mantan Bandahara Umum Partai Demokrat yang kabur ke luar negeri dan ketangkap di Colombia. Banyak ungkapan yang melekat mulai dari koruptor kelas “Kakap”, “Kucing Garong”, “Alap-alap”, “Ular” sampai “Bunglon” karena mencla mencle (tidak bisa dipegang ucapannya).

Memang, orang Indonesia pandai membuat ungkapan untuk menggambarkan perilaku sesorang melalui nama-nama binatang. Gaya personifikasi itu kehadirannya telah memperindah dan memperhalus makna ungkapan.

Tak hanya itu, kahadiran ungkapan yang memberi tempat “istimewa” kepada nama-nama binatang juga telah memperkaya kosa kata ungkapan bahasa Indonesia. Sederet ungkapan itu perlu dipelihara dengan baik supaya tetap hidup dan berkembang dalam pergaulan hidup masyarakat. Semoga !*

CATEGORIES
TAGS