Terlahir Kembali

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

Ilustrasi

Ilustrasi

INI hanya sebuah ungkapan belaka. Namun demikian bila hal ini dapat terjadi dalam kehidupan kita, kenapa tidak? Kehidupan makin carut-marut, yang satu merasa paling hebat, paling kuat dan digdaya dan oleh karena itu, maka dia harus menjadi polisi dunia at all cost walaupun hutangnya makin menggunung.

Di sisi kehidupan yang lain, demi kekuasaan dapat kita saksikan bersama rivalitas politik picisan yang arah dan tujuannya nyaris tidak jelas, cenderung korup sehingga pikiran dan tindakannya cenderung mementingkan diri sendiri ketimbang berfikir dan bertindak untuk kepentingan orang banyak. Saben hari saben waktu kita lihat kehidupan makin brutal saja, sedikit-sedikit marah dan gampang tersinggung dan sesudah itu tawuran, begitu sengitnya seperti abai terhadap akibat yang ditimbulkannya.

Apakah ini suatu pertanda atau ciri masyarakat yang tidak berkepribadian atau lebih jauh dari itu, yaitu berperadaban rendah atau nilai kemartabatannya terdegradasi habis-habisan. Alangkah indah dan mulia hidup ini, kalau di satu pihak ekonomi kita yang potensial bisa menjadi mencorong dan di lain pihak kita memiliki landasan etika yang baik untuk mengelola kehidupan perekonomian yang berkembang dan tumbuh diatas landasan etika yang baik tersebut.

Kehidupan ekonomi tidak boleh bersikap ekploitatif dan cenderung bersifat kanibal, karena pasti akan mendatangkan perlawanan. Sebelum dunia menjadi rata karena ulah manusia, maka dengan kekuatan alam sadar, kita bersama sama dengan sekuat tenaga me-rebuild alam pikiran dan tindakan sepertinya kita terlahir kembali sebagai manusia yang suci dan kembali kefitrah manusia sebagai mahluk yang paling sempurna di bumi.

Akal dan nalar kita harus digunakan untuk berfikir dan bertindak secara produktif untuk kemaslahatan bersama. Akal dan nalar kita harus terus kita asah dan asuh yang landasan utamanya adalah nilai agama, moralitas dan nilai kehidupan itu sendiri yang mulia dan agung. Mengapa hal ini harus dikedepankan? karena di sepanjang sejarahnya manusia telah menghadapi banyak tantangan dan kekacauan.

Kita hidup di zaman globalisasi yang para ahli berpendapat bahwa itu adalah sebuah keniscayaan. Globalisasi adalah sesuatu yang kompleks dan sulit dihindarkan oleh umat manusia yang semakin terintegrasi dalam perkembangan alat-alat komunikasi dan transportasi modern. Dampak nyata dari proses ini kuatnya dominasi budaya konsumerisme, hedonisme dan materialisme pada diri setiap manusia.

Budaya semacam ini pelan tapi pasti memiliki kekuatan destruktif yang maha dahsyat yang mengarah kepada sebuah bentuk imperialime budaya. Kekuatan imperialisme budaya ini bisa meredusir kekuatan budaya lokal yang agung dan mulya di sisi kemanusiaan dan dikawatirkan bisa menggerus begitu derasnya nilai-nilai agama dan moralitas.

Tanpa melakukan proses re-birth di dalam proses berfikir dan cara bertindak manusia kefitrahnya yang agung dan mulia di sisi Tuhan dan kemanusiaan, maka dikawatirkan manusia akan makin terjauhkan dari norma-norma agama, moralitas dan norma budaya yang diyakini selama ini sebagai benteng kehidupan.

Terlahir kembali (re-birth) dalam tataran ini berarti adalah bahwa manusia harus mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengenal Tuhannya, mengerti dan memahami wahyu dan ajarannya dan kemudian mengamalkannya untuk kebaikan dan kemaslahatan bersama. Kita semua sebagai manusia lahir dan besar di bumi karena kita ini diadakan dan diciptakan oleh Tuhan sang pencipta mahluk dan alam semesta.

Kapan manusia dihidupkan dan dimatikan tergantung kekuasaan-Nya. Re-birth dengan demikian harus kita maknai sebagai upaya manusia untuk kembali ke jalan Tuhan, mengikuti petunjuk dan tuntunan-Nya, agar kita tidak mengikuti langkah-langkah setan yang terkutuk. Kita diberi kekuatan akal dan nalar untuk memanusiakan manusia, memuliakan sesama manusia di bumi bukan untuk saling mencelakakan.

Menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi adalah hak dan kewajiban seluruh umat manusia. Dalam konteks re-birth, maka penguasaan iptek harus didaya gunakan untuk membangun sebuah peradaban yang menjunjung tinggi nilai-nilai keberagamaan dan kemanusiaan, agar manusia tidak terperangkap dalam lingkaran setan kebingungan hidup yang tiada berujung pangkal.

Apa yang terjadi di lingkungan kita hidup pada dasarnya adalah akibat. Akibat dari manusia yang sudah terlalu kenyang terus dijejali cara berfikir dan bertindak pragmatis dan hedonis, untuk melahap apa saja, menikmati hidup, tanpa peduli apakah cara yang dilakukannya menghancurkan nilai-nilai moral/akhlak dan agama.

Konsep re-birth dalam pengertian tadi menjadi penting dan urgent untuk dijalankan agar kita dapat meraih kemenangan dari serbuan liberalisasi moral dan ahlak dan juga imprialisme budaya yang akan menghancurkan budaya kita sendiri.

Selain itu juga jangan sampai kita terkalahkan oleh proses penggusuran kultural dan ketergantungan budaya asing yang mana dia hadir terbungkus bersama dalam dinamika arus globalisasi. Oleh sebab itu, selama matahari masih terbit dari ufuk timur dan terbenam di ufuk barat, maka tiada jalan lain kita harus kembali kejalan Tuhan, agama dan moralitas seperti kita seolah-olah terlahir kembali dalam keadaan suci.***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS