Sutrisno: Elite PDIP Bungkam Melihat Aksi Keluarga Jokowi, Mundur Saja Kalau tidak Berani Bertindak…

Loading

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Pengurus DPD PDIP Sumut dan Medan tampaknya tidak berani mengambil sikap tegas terhadap Bobby Nasution yang secara blak-blakan mendukung Prabowo- Gibran.

‘’Kalau tidak berani menegakkan keadilan dan kebenaran, sebaiknya seluruh pengurus DPD PDI Sumut mundur,’’ ujar Sutrisno Pangaribuan, seorang Kader PDIP kepada tubasmedia.com di Jakarta, Kamis.

Sutrisno yang pernah jadi Juru Bicara Tim Kampanye Daerah Jokowi- Ma’ruf Amin, 2019, menyatakan geram dan kesal melihat tingkah laku para elite PDIP saat ini yang tidak berani angkat bicara tentang adanya kader PDIP yang mengkhianat, malah tidak bergeming.

Dia menjelaskan, sejak menantu Presiden Jokowi menyatakan niat menjadi Walikota Medan tahun 2020, PDIP memberi perlakuan istimewa kepada Bobby.

Ketika semua kader mengikuti tahapan dan mekanisme, mulai pendaftaran hingga fit & proper test, khusus Bobby, proses tersebut tidak berlaku. Sama dengan perlakuan istimewa yang diberikan saat ini dimana Bobby sudah menyatakan dukungan terbuka kepada kakak iparnya Gibran yang berpasangan dengan Prabowo.

‘’Namun PDIP no comment, bungkam,’’ kata Sutrisno yang juga pernah Koordinator Pemenangan Daerah Sumatera Utara 7 (Tapsel, Madina, Palas, Paluta , PSP) dan Penggerak Relawan di Tim Kampanye Daerah Jokowi- JK, 2014.

Dikatakan, pengurus PDIP, DPP, DPD SUMUT dan DPC Medan tidak berani menyampaikan sikap apapun terhadap keadaan yang sama sekali tidak menghargai tata teryib dan disiplin berpartai yang dilakonkan keluarga besar Jokowi.

Berbeda dengan keberanian pimpinan PDIP saat dengan tegas menyampaikan pemecatan kepada alm. Rudolf Pardede (Ketua DPD PDIP SUMUT), Akhyar Nasution (Wakil Ketua DPD PDIP SUMUT) dan sejumlah kader, pimpinan dan anggota DPRD PDIP Kabupaten Samosir.

‘’Para kader yang dianggap membelo,t emilih pasangan kepala daerah yang diusung partai lain, langsung dipecat dan diberi cap “penghianat partai”. Tapi sekarang semua diam membisu, ada apa di tubuh DPP PDIP ?,’’ tanya Sutrisno yang pernah disidang oleh Mahkamah Kehormatan DPP PDIP pasca aksi pengamanan palu sidang DPRD SUMUT.

Ditambahkan, memasuki hari kedua pasca Bobby menyatakan dukungan kepada pasangan selain kepada Ganjar- Mahfud, pengurus PDIP SUMUT memilih bungkam, no comment, tidak berani mengambil sikap, atau masih menunggu arahan DPP.

Sikap tersebut berbeda dengan sikap FX Rudy, Ketua DPC PDIP Solo yang menyatakan agar putra sulung Jokowi, Gibran segera mengembalikan KTA PDIP, baik diantar langsung maupun dikirim pakai perantara.

Pengurus PDIP SUMUT dan Medan sama sekali tidak berani menindaklanjuti arahan Ketum PDIP, Megawati Soekarnoputri yang menyampaikan pernyataan secara terbuka kepada seluruh kader PDIP dan disaksikan publik, bahwa kader yang bermain dua atau tiga kaki untuk keluar dari PDIP.

“Kalau jadi pengurus partai tidak punya keberanian menegakkan aturan partai dan arahan ketum partai, lebih baik mundur dari pengurus partai”., ucapnya.

Tebang Pilih

“Sikap dan tindakan pengurus PDIP SUMUT dan Medan yang memilih bungkam, diam, tidak berani, tidak mencerminkan sikap tegak lurus kepada konstitusi partai dan ketua umum”, tambahnya.

“Kalau kader orang biasa, para pengurus PDIP ini cepat mengambil tindakan, giliran menantu Jokowi, semua no comment. Katanya banteng, kok cemen?”, ujarnya.

Menurutnya, mundur saja jadi pengurus partai kalau kepada kader yang secara terbuka menyatakan dukungan kepada pasangan calon selain kepada Ganjar- Mahfud tidak berani.

PDIP itu telah mengalami berbagai tekanan sejak Orde Baru saat Indonesia dipimpin mantan mertua Prabowo. ‘’Lalu mengapa saat ini malah takut mengambil sikap?”, ia  bertanya.

Menuut catatanya dia, satu- satunya kader PDIP, sebagai pengurus partai yang berani menyatakan sikap dari seluruh kader di Indonesia Raya, hanya FX Rudy.

“Maka daripada hanya mampu menyatakan no comment, atau fokus konsolidasi partai, lebih baik mundur saja. Orang yang takut menegakkan aturan partai, takut menyampaikan sikap berdasarkan aturan partai, tidak layak jadi pengurus PDIP. Ayo pada mundur saja !!!,’’ ujarnya lagi.

Ketakutan para pengurus menyatakan sikap partai sebagai bukti bahwa selama ini pengurus partai hanya sibuk dengan kepentingan diri sendiri dan keluarga dalam partai. Partai hanya digunakan tempat cari makan dan akses terhadap kekuasaan. Sementara saat partai butuh sikap, aturan ditegakkan, semua diam, bungkam, menghindar, menyelamatkan diri sendiri. (sabar)

 

 

 

 

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS