Rapatkan Barisan Untuk Menyelamatkan Tanah Air

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

ilustrasi

ilustrasi

KEHIDUPAN berbangsa dan bernegara di negeri ini harus berubah dan tinggalkan kebiasaan buruk mengelola negeri ini dengan cara-cara yang tidak patut dan tidak terpuji karena melanggar azas dan norma penyelenggaraan tata kelola yang baik dan benar.

Kita sudah menjadi bangsa dan negara yang merdeka dan berdaulat. Tugas dan tanggung jawab kita bersama untuk memuliakan negeri ini agar benar-benar menjadi bangsa yang besar di tengah peradaban dunia yang sedang berkibar di kawasan Asia. Tugas para pemimpin adalah merapatkan barisan untuk memobilisir seluruh komponen bangsa berderap dan melangkah maju membenahi negeri ini agar menjadi siap sebagai bangsa yang unggul di Asia.

Sangat beresiko menjadi bangsa dan negara yang gagal setelah kita mengenyam kemerdekaan dan berdaulat kalau tata kelola mengurus negeri ini dilakukan dengan cara yang salah. Kekhawatiran yang paling mendasar adalah persoalan disintegrasi karena banyak hal di sana sini terjadi ketimpangan dalam kehidupan sosial ekonomi. Sistem yang liberal ternyata malah yang menghasilkan ketimpangan itu karena orientasinya adalah membesarkan kapital para pemilik modal, utamanya modal asing.

Persoalan yang lain adalah bahwa kebijakan dan strategi pembangunan yang dijalankan oleh pemerintah berjalan secara sektoral tanpa pernah berhasil melahirkan sinergitas yang efisien karena dampak dari undang-undang yang mengaturnya banyak memberikan legitimasi kewenangan institusi negara yang sangat kuat di satu lembaga pemerintah. Dalam kondisi yang demikian, maka berarti pemerintah menjadi tersandera oleh sistem tatanan regulasi yang posturnya seperti itu.

Kebutuhan untuk mengakselerasi jalannya roda pembangunan menjadi terganjal oleh berbagai aturan terrkait yang satu sama lain tumpang tindih. Berikutnya adalah bahwa hingga sekarang kerja politik dari parpol setelah berhasil menduduki singgasana kekuasaan banyak yang lupa mengembangkan visi kebangsaannya karena terjebak pada perilaku politik kejar tayang dan kejar setoran sehingga negeri ini seakan dijadikan bahan perebutan untuk menjarah kekayaan negara.

Yang dibangun adalah politik konspirasi untuk membangun dinasti dengan cara membangun kartel politik pada rumpun politik pragamtisme transaksional. Kalau melihat ATHG-nya yang dihadapi oleh bangsa dan negara boleh dibilang sudah sangat kompleks dan tidak mudah membenahinya kecuali para pemimpinnya menyadari bahwa semua unsur penyelanggara negara mau merubah diri dengan postur barunya yang lebih mampu bisa melibatkan seluruh komponen bangsa secara inklusif membangun Indonesia yang lebih baik.

Pemimpin yang tidak punya pamrih pribadi atau golongan yang akan bisa membawa negeri ini bisa keluar dari belenggu persoalan ATHG yang ada di depan mata kita. Bangsa ini membutuhkan sosok pemimpin yang bisa merapatkan barisan untuk maju bersama membangun peradaban Indonesia agar berhasil menjadi bangsa unggul di Asia yang benar-benar memiliki kedaulatan, kemandirian dan ketahanan ekonomi maupun di bidang-bidang yang lain.

Rakyat pasti senang jika perjalanan hidupnya selalu terpimpin ke arah yang benar untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran. Tidak patut dan salah jika pengabdian para pemimpin hanya berorientasi pada hal-hal yang bersifat pragmatis dan transaksional yang tidak memberikan pendidikan politik yang sehat bagi peningkatan kualitas demokrasi yang sudah susah payah dibangun.

Hidup dalam negara kepulauan yang besar seperti Indonesia harus menjangkau spektrum yang luas ketika berbicara soal kesetaraan, kebersamaan guna mencapai kesejahteraan dan kemakmuran bersama. Jawa tidak boleh maju sendiri. Wilayah NKRI yang lain seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua dan Maluku, Bali dan Nusa Tenggara memiliki hak yang sama menjadi wilayah yang maju jika bingkai NKRI kita harapkan tetap utuh.

Sehingga para pemimpin di negeri ini harus mampu melakukan orientasi baru dengan melakukan re-alokasi sumber daya agar wilayah-wilayah tadi dapat tumbuh dan proses pembangunannya harus berjalan lebih cepat dibandingkan terus-terusan mengurusi persoalan di Jawa yang nyaris tenggelam karena sudah sangat padat penduduknya dan eko sistemnya sudah tidak mampu lagi menopangnya.

Indonesia hanya ada satu, tapi kita punya sumber kekuatan yang bersifat jamak dan plural. Sumber kekuatan ini jika dikelola dengan baik dan benar akan bisa menjadi energi positif untuk menggerakkan persatuan dan kesatuan yang akan bisa membawa nama baik Indonesia di mata dunia dan menjadi bangsa yang kuat dan tangguh yang tidak mudah dikooptasi dan dikolonisasi oleh pihak-pihak yang ingin mengekplorasi dan mengeploitasi bumi, air dan sumber daya alam yang terkandung di dalamnya. Save our nation dengan cara merapatkan barisan agar negara kita tidak dijajah kembali. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS