Pertumbuhan Itu Ada Batasnya

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

Fauzi Aziz

Fauzi Aziz

MANUSIA, binatang, dan tumbuhan, secara alamiah bisa mengalami proses pertumbuhan dari kecil sampai menjadi besar. Sampai batas tertentu, pertumbuhan itu pasti akan berhenti. Kejadiannya bisa mati, tumbang, dan kemudian meninggalkan dunia yang fana dan rata menjadi tanah.

Proses semacam itu akan dialami oleh manusia, binatang, dan tumbuhan di belahan dunia manapun. Dalam prosesnya pasti akan terjadi pergeseran antargenerasi. Jika yang demikian tidak terjadi maka yang bersangkutan akan mendapat gelar sebagai makhluk langka yang ada di dunia.

Dalam kehidupan ekonomi, misalnya, kita kenal sekarang istilah pertumbuhan yang berkualitas dan berkelanjutan, bahkan ditambah berkeadilan. Hampir semua negara selalu berharap ekonominya tumbuh mengesankan, 6%, 7%, 9% atau lebih tinggi lagi. Tumbuh tinggi berkelanjutan dan berkeadilan adalah alam sadar manusia itu sendiri yang mengatakannya.

Kalau tidak bisa seperti itu, alam sadarnya pula menjawab sendiri bahwa jika tidak berkelanjutan dan berkeadilan dunia akan kiamat lebih cepat, karena sistem pendukung pertumbuhan itu secara sadar pula dirusak sendiri oleh para pencipta pertumbuhan ekonomi. Sumber daya alam dikuras habis demi pertumbuhan, sehingga rusak lingkungan hidup kita.

Konsep hidup yang senantiasa mendambakan keharmonisan, keselarasan, dan kebersamaan dilanggar secara sadar oleh para penggiat pertumbuhan yang pada akhirnya melahirkan kondisi ketidakadilan. Jika konsep pembangunan ekonomi sudah disadari betul, bahwa setiap pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan harus berkualitas, berkelanjutan, dan berkeadilan serta terakhir ditekankan agar bersifat inklusif, maka pertumbuhan itu sendiri harus dibatasi atau paling tidak dikendalikan.

Di dunia ini tidak akan pernah ada satu negara pun yang ekonominya akan bisa tumbuh di atas 15%, misalnya. Karena ketika itu terjadi pasti akan timbul masalah isu lingkungan, ketidakadilan, dan sebagainya. Yang bisa mengerem adalah teriakan massa sedunia yang merasa dirugikan akibat krisis lingkungan dan ketidakadilan memengaruhi kehidupannya. Tekanan massa adalah alat diteksi dini yang paling ampuh untuk memberikan sinyal bahwa pertumbuhan ekonomi telah membuat malapetaka bagi kehidupan umat manusia, binatang, dan tumbuhan, atau makhluk ciptaan Tuhan.

Yang Dikorbankan

Oleh karena itu, sesuai judul opini ini, pertumbuhan itu selalu ada batasnya. Atau, kalau kita memakai disiplin manajemen, maka pertumbuhan itu harus terkelola agar yang dihasilkan benar-benar berkualitas, berkelanjutan, berkeadilan, dan bersifat inklusif.

Dengan demikian, berarti bahwa untuk setiap pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan negara harus ada yang dikorbankan untuk menjawab kebutuhan pertumbuhan itu sendiri. Pengorbanan tersebut berupa ongkos yang harus dibayar oleh negara dan masyarakat untuk bisa menghasilkan pertumbuhan yang berkualitas, berkelanjutan, dan berkeadilan yang sifatnya inklusif. Jika pertumbuhan ekonomi kita saat ini, misalnya 6%, maka dalam perhitungannya harus langsung dipotong sekian persen untuk ongkos memperbaiki kualitas pertumbuhan ekonomi agar berkelanjutan dan berkeadilan.

Ongkos tersebut harus dapat dikurskan langsung dalam mata uang negara yang bersangkutan dan hasilnya harus tercermin dalam RAPBN/RAPBD setiap tahun fiskal. Kalau Indonesia berkomitmen mengurangi emisi karbon sebesar 26% pada tahun 2020, maka semestinya pemerintah harus memiliki dan menerapkan konsep yang seperti itu. Sudah waktunya, pemerintah bersama DPR memikirkan untuk menerapkan pengenaan pajak lingkungan yang bersifat final dan dapat diperhirtungkan langsung pada saat membayar pajak penghasilan pribadi, sebagai pengganti pajak kekayaan di masa lalu.

Untuk industri yang menggunakan teknologi ramah lingkungan sepantasnya diberikan keringanan pajak (tax rabate atau tax deductable). RTRW harus dijalankan secara konsisten sesuai dengan konsepnya. RTRW dibuat untuk ditaati, bukan untuk dilanggar dan diubah-ubah seenak wudel-nya sendiri. Setiap pelanggaran RTRW harus ditindak tegas.

Akhirnya, kita harus berani mengatakan, pertumbuhan itu memang ada batasnya. Normalnya memang seperti itu, karena kalau tidak ada batasnya, pertumbuhannya menjadi abnormal dan kalau hal ini terjadi, bisa menimbulkan ketidakseimbangan, keharmonisan. Keserasian, dan kebersamaan dalam hidup dan kehidupan.***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS