Peran Orang Tua terhadap Anak

Loading

Ober Soehartono – Malang

071114-pangestu

Pendidikan anak dalam kandungan telah dimiliki nenek moyang sejak jaman dahulu, seperti salah satunya yang diceritakan melalui pagelaran wayang purwa (wayang kulit), meski pun dalam penyajiannya sulit dipahami secara rasional, tetapi kalau mau menyimak dengan kearifan, maka dapat disimpulkan arti filsafat yang terkandung di dalamnya, tetapi apakah di era modern sekarang ini masih relevan, dan apakah para generasi muda yang telah mengenyam pendidikan intelektual dapat menerima mengenai hal-hal yang dianggap tidak masuk akal (irrasional).

Bagi calon orang tua, yang baru menginjak jenjang pernikahan, tentunya telah menyadari bahwa pernikahan pada hakikatnya melaksanakan karsa Tuhan untuk meneruskan keturunan. Tidak pada tempatnya jika pernikahan hanya untuk mencapai kesenangan sesaat, apalagi hanya sekedar untuk menyalurkan sahwat. Kita sadari bahwa manusia penuh keterbatasan, dalam mendayung bahtera kehidupan rumah tangga kadangkala mengalami goncangan gelombang yang tidak menentu, adakalanya sebagian umat hanya tergiur gemerlapnya dunia fana yang penuh fantasi, yang menyebabkan lupa akan kewajiban suci, kalau tidak berhati-hati bukan tidak mungkin akan tercebur dalam arus gelombang kehidupan yang tidak sesuai dengan karsa Tuhan.

Hendaknya kebutuhan biologis supaya tersalur melalui nilai-nilai kemanusiaan yang susila, saat melakukan kewajiban suci hendaknya membaca doa, hal ini dimaksud agar calon ayah dan calon ibu diperkenankan menjadi perantara untuk meneruskan keturunan yang baik. Mengingat bayi dalam kandungan ibu dipengaruhi oleh sikap calon ibu, oleh karena itu sejak awal mempersiapan diri, agar mendapat keturunan yang berbudi luhur, sanggup menciptakan kesejahteraan dunia. Baik atau buruknya keturunan tergantung pada iklim kejiwaan calon orang tua. Jika iklim kejiwaan orang tua baik, maka bakal anak yang menjadi keturunannya juga akan memiliki tingkat kejiwaaan sesuai dengan orang tuanya.

1
2
3
4
CATEGORIES
TAGS