P3DN Bukan Komoditi Politik

Loading

Laporan: Redaksi

Fauzi Azis didampingi Didin Bagito

Staf Ahli Menteri Perindustrian bidang P3DN Fauzi Azis saat tampil sebagai nara sumber didampingi pelawak Didin Bagito di Surabaya, pekan silam (tubasmedia.com/sabar hutasoit)

SURABAYA, (TubasMedia.Com) – Regulasi yang diterbitkan mengarahkan peningkatan penggunaan produk Indonesia perlu ditata kembali. Selain isinya tidak tepat sasaran, penyajiannya jauh dari sempurna dan malah rumit dan njlimet. Bahkan kesannya tidak serius, diduga keras hanya bermuatan politis.

Demikian benang merah yang terungkap dalam seminar tentang penerapan produk dalam negeri yang berlangsung di arena Pameran Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) di Surabaya, Rabu pekan silam. Pameran yang berlangsung tanggal 11-15 April 2012 itu dibuka Dirjen Basis Industri Manufaktur (BIM) Kementerian Perindustrian, Panggah Susanto, Rabu.

Pada seminar yang dihadiri hanya belasan peserta itu, panitia menghadirkan nara sumber, Staf Ahli Menteri Perindustrian bidang P3DN, Fauzi Azis, Direktur Pengawasan Industri dan Produksi BPKP, Mirawati Sujono, perwakilan dari Kementerian Perdagangan, Aminuddin Majid dan Wakil Ketua Umum Bidang Organisasi dan Keanggotaan Kadin Jawa Timur, Deddy Suhajadi EK.

Very njlimet dan very rumit apalagi Perpres Nomor 54. Bingung saya dibuatnya dan perlu ditata kembalilah, kalau memang negeri ini benar-benar serius ingin memajukan barang-barang produksi dalam negeri. Jadi jangan asal omong,” tegas Fauzi berulang-ulang.

Di awal pemaparannya, Fauzi Azis yang mantan Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) menegaskan kalau pemerintah negeri ini benar-benar serius memasarkan produk sendiri, seharusnya di masing-masing kota propinsi berdiri sebuah toko yang khusus memasarkan barang-barang produksi Indonesia.

Bayangkan, kata Fauzi, dengan hanya mengandalkan belanja rumah tangga Indonesia yang nilainya mencapai Rp 4.000 triliun saja, industri dalam negeri sudah tidak perlu capek-capek lagi mencari pasar ke mana-mana. Tidak perlu seratus persen belanja itu jatuh di dalam negeri. “Delapan puluh persen saja, Indonesia sudah pasti makmur dan sentosa,” tegasnya.

Belum lagi menurut Fauzi belanja negara yang setiap tahun menghabiskan anggaran sekitar Rp 273,7 triliun. “Kalau anggaran ini semuanya dibelanjakan di dalam negeri, masyarakat Indonesia pasti jauh lebih sejahtera lagi,” tuturnya.

Di bagian lain paparannya disebut kalau Indonesia adalah merupakan pasar besar bahkan dianggap sebagai pasar Asia yang menjanjikan bagi perdagangan. Pasalnya, penduduk Indonesia yang 240 juta lebih itu merupakan bagian besar dari penduduk Asia yang 500 jutaan. Maka tidak heran kata Fauzi jika orang asing menjadikanIndonesia sebagai tujuan investasi atau tujuan perdagangan.

Karena itu Fauzi mengajak para pemangku kepentingan negeri ini agar melihat Indonesia sebagai sebuah negara yang strategis di bidang ekonomi dan jangan biarkan orang asing menguasai pasar ritel, tapi jadikan produk dalam negeri sebagai panglima di negeri sendiri.

Fauzi menambahkan bahwa jangankan negara yang sedang berkembang, negara adi daya Amerika Serikat pun berusaha dan berupaya untuk terus memasarkan produknya di negeri sendiri. “American by American,” begitu Fauzi mengutip semboyan di negeri Paman Sam itu.

“Tapi kenapa di negeri kita gampang sekali regulasi dipermainkan. Karena itu kita perlu menata kembali regulasi untuk menjadikan produk dalam negeri menjadi panglima di negeri kita ini. P3DN harus menjadi pilar untuk penguatan produk-produk lokal dan P3DN jangan dibuat hanya sebagai jargon politik karena P3DN bukan komoditi politik,” tegasnya.

“Masa mau jualan saja dibuat prosedur berbelit-belit. Wong mau jualan koq prosedural. Aneh kan,” tanya Fauzi. (sabar)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS