Mimpi Anak Desa

Loading

bocah-desa-55b0e50e4df9fdd2

Oleh: FauziAziz

DESA adalah tempat lahir beta. Desa permai dan lestari alami karena tidak ada sentuhan traktor dan buldozer. Suara jangkrik, nongeret nyaring terdengar bersautan tanpa ada yang mengganggu meskipun di siang bolong.Mereka bersemi dengan damai diantara pepepohonan yang rimbun tak terurus.

Di negeri ini konon mempunyai puluhan ribu desa yang tersebar di sekitar 514 kabupaten/kota pada 34 propinsi. Kini desa diatur dalam UU tentang Desa.Diatur supaya menjadi makmur dan supaya bisa tandur tanaman-tanaman yang bernilai bagi ekonomi. Singkong, jagung, kedelai dan tanaman holtikultura akan ditabur benih tanaman produksi tanpa harus mengubah wajah desa yang asli.

Sebagai orang asli dari desa, hanya mempunyai satu asa, yakni jangan jadikan desa kita menjadi sarang korupsi, sarang narkoba, apalagi sarang teroris dan tempat peredaran VCD porno yang pendek kata akhirnya hanya menjadi desa yang ternistakan. Mimpi sebagai anak desa juga berharap agar wajah desa tidak diubah menjadi sawah ladang beton yang hanya membuat budaya desa punah.

Desa harus tampil elegan seindah aslinya.Konsep dasarnya tetap produktif, tetapi lestari dan berpegang pada semangat mbangun deso yang ijo royo-royo, tentram dan damai, tidak perlu hotel berbintang apalagi apartemen. Original village tapi bersih, tertata apik dan produktif. Yang diperlukan tersedia infrastruktur jalan yang berkualitas, listrik dan air baku yang cukup dan sarana pendidikan yang memadai dan pelayanan kesehatan yang baik bagi warga desa.

Desa tempat kembalinya orang kota yang hatinya sepi, galau,tertekan jiwanya dan sumpeg karena hidup di sekeliling hutan beton. Kota memang berhasil tampil menjadi metropolitan tetapi kumuh dan jauh dari lestari dan membuat masyarakatnya mudah stres sehingga tensinya naik, begitu pula gula darahnya ikut naik.

Karena itu, desa harus menjadi obat penawar. Desa harus menjadi penyeimbang antara tumbuh suburnya tanaman beton dengan tumbuhnya tanaman beneran yang ijo royo-royo dan menghasilkan. Kebon Raya Bogor, Taman Cibodas dll, harus ada di setiap desa di Indonesia. Danau sebagai tandon air desa harus ada disetiap desa.

Kita tahu air ada lah sumber penghidupan. Kalau di desa tak ada air baku, bagaimana kota bisa mempunyai persediaan air wong sumber mata airnya telah kering karena hutannya gundul dijarah para kapitalis birokrat yang rakus dan tamak. Kita bayangkan setiap lebaran tiba, hampir semua penduduk kota mudik melepas lelah ke kampung tempat kelahiranya masing-masing di desa.

Bank Indonesia sampai harus menyediakan likuiditas sekitar Rp 150 triliun untuk bekal mudik. Natal dan Tahun Baru juga digrojok dengan likuditas sekitar Rp 80-90 triliun bagi yang ingin mudik. Oleh sebab itu jangan salah mengurus desa. Atas nama pembangunan, tidak boleh desa menjadi obyek penghisapan sumber daya desa oleh para kapitalis.

Investasi asing dilarang masuk desa. Biarkan desa diurus oleh anak desa yang pendidikannya memadai.Anak desa juga banyak yang berhasil menjadi arsitek, menjadi dokter, ahli pertanian dan perkebunan, ahli ekonomi, ahli sosiologi dan berbagai keahlian lainnya. Desa bukan tempat sarang penyamun dan desa bukan tempat untuk pencucian uang dan bukan pula sebagai wilayah tax heaven.

Desa yang kukenal adalah hanya desa yang lara karena ditinggalkan penghuninya yang berfikir keliru seakan desa bukan merupakan sumber penghidupan yang layak.Menjadi manusia terdidik seakan tidak pantas hidup di pedesaan. Padahal jika mau ngenger di desa hasilnya bisa menjadi lebih baik daripada mengadu nasib di perkotaan.

Sekarang banyak anak muda yang bercita-cita menjadi wirausaha dan mau bergerak di bidang sharing economy, maka masuklah ke desa menjalankan bisnis sosial di desa dengan konsep green, space and peace. Bekerjalah bersama warga desa pemilik aset. Jangan beli aset mereka tapi berdayakan aset mereka agar menjadi aset produktif dan tetap asri lestari dengan pola bagi hasil.

Dana desa yang disebar tiap tahun sebesar Rp 1 miliar jangan menjadi dana sinterklas. Satu miliar per tahun yang berarti tiap bulan setiap desa dapat membelanjakannya sekitar Rp 83 juta rupiah. Semoga dibelanjakan dengan benar. Desa biarkan diurus oleh masyarakat desa sendiri. Jangan dimanipulasi perannya karena praktek politik kotor yang korup.

Sebagai wong ndeso berharap agar desa tidak salah urus. Jadikan desa sebagai ibarat sarang tawon yang akan menghasilkan madu yang bisa mensejahterakan warganya. Jangan mencoba menabur racun di desa dengan berlindung di balik UU tentang desa.

Kita prihatin karena beras masih diimpor, begitu pula jagung, singkong dan kelapa harus diimpor karena produksi lokal terbatas, sementara kebutuhan makin meningkat. Ironis, pembangunan hanya hasilkan keterbelakangan. Padahal kita tahu bahwa Indonesia memiliki keanekaragaman sumber hayati (biodiversity) yang terbesar di dunia, sehingga Indonesia sering disebut sebagai the biggest biodiversity coun try.

Melalui teknologi rekomindasi gen (DNA) dan teknologi pengolahan produk agrobisnis yang dihasilkan hampir tak terbatas baik jumlah maupun jenisnya. Artinya desa bisa menjadi pusat agrobisnis dunia yang sumber bahannya tersebar di wilayah pedesaan di Indonesia. Satu kecamatan satu usaha pengolahan berskala menengah dapat dibangun yang saham perusahaannya dimiliki warga desa yang produktif. (penulis adalah pemerhati masalah ekonomi dan industri).

CATEGORIES
TAGS