Membina Jejaring Untuk Perluas Pasar

Loading

Laporan: Redaksi

Kristijanto, Deputy Associate Director PT Hino Motors Manufacturing Indonesia

Kristijanto, Deputy Associate Director PT Hino Motors Manufacturing Indonesia

“UNTUK mengembangkan pasar produk dalam negeri harus rajin membuka jejaring baru dan menghubungi jejaring lama, terutama di lingkungan pemerintahan. Sebab jejaring di lingkungan pemerintah yang paling mengetahui munculnya kebijakan atau regulasi baru. Lebih awal mengetahui terbitnya kebijakan baru, akan lebih banyak manfaatnya.”

Pandangan itu disampaikan Kristijanto, Deputy Associate Director PT Hino Motors Manufacturing Indonesia, dalam diskusi dengan Tunas Bangsa di Gedung Kemenperin, kemarin.

Bertolak dari pandangan itu, Kristijanto, yang didampingi Arta Sarsena dari Company Affairs PT Hino Motors Sales Indonesia, mengatakan, dia selalu berupaya menjalin kontak dengan relasi di berbagai tempat, termasuk dengan kalangan pejabat di Kementerian Perindustrian.

Ia mengatakan, pasar di dalam negeri masih terbuka lebar untuk produk-produk lokal. Tapi, sekali lagi, potensi pasar itu akan lebih mudah diketahui bila punya jejaring luas. Oleh karena itu “merawat” jejaring, dengan cara menemuinya, sangat penting.

Terkait dengan itu, ia berpendapat, industri di dalam negeri akan lebih cepat berkembang jika cinta produk dalam negeri dinyatakan dengan bentuk melindungi industri itu dan menggunakan produknya.

Mengapa begitu penting mengembangkan industri dalam negeri? Jawaban sederhana tentu, karena sektor industri menjadi salah satu penghela penting pertumbuhan ekonomi nasional. Menjadi produsen akan mendatangkan nilai tambah, terutama dalam penyerapan tenaga kerja. Industri akan menjadi magnet bagi pertumbuhan usaha jasa dan produk pendukung lainnya. Bahkan menumbuhkan berbagai jenis usaha nonformal, seperti kantin, kos-kosan, angkutan karyawan, dan lainnya.

Kristijanto menyebut contoh pabrik Hino di Kabupaten Purwakarta, yang berdiri di atas lahan seluas 25,5 hektare, mempekerjakan lebih dari 2.000 orang. Sementara perusahaan yang merupakan bisnis utamanya menjual produk Hino, mempekerjakan 350 orang. Jumlah tenaga kerja itu belum lagi karyawan subkontraktor yang jumlahnya sampai 150 perusahaan serta anak-anak perusahaan.

Belum lagi dampak luas yang sangat positif di bidang perekonomian rakyat, khususnya wilayah sekitar. Dia sebut misalnya tumbuh berkembangnya warung-warung penyedia makanan dan minuman, sarana transportase untuk melayani pulang pergi karyawan perusahaan.

Jadi Kristijanto menyimpulkan bahwa kehadiran Hino di Kabupaten Purwakarta sangat berdampa positif sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi kerakyatan. Karena itu, tambahnya, merawat dan menjaga keberadaan industri yang sudah lama eksis di dalam negeri, adalah menjadi kewajiban semua pihak sebab dampak positifnya teramat luas, khususnya untuk meningkatkan daya beli dan daya hidup masyarakat setempat.

Oleh karena itu, upaya mengembangkan perusahaan harus terus dilakukan, dengan peta jelas, yakni mengutamakan perluasan pasar di dalam negeri. Ia pun optimistis pengembangan itu tercapai, karena pertumbuhan ekonomi nasional cenderung meningkat. Sebab pertumbuhan ekonomi akan mendorong pertumbuhan industri.

Ia menyebut contoh, pada tahun 90-an industri otomotif di dalam negeri meningkat. Tapi, pada tahun 1998 pertumbuhan itu kurang menggembirakan, karena perekonomian nasional terkena imbas resesi global. Belakangan ini pertumbuhan ekonomi nasional membaik.

Namun diutarakan, mengembangkan industri dan meningkatkan penggunaan produk dalam negeri, menjadi tidak ada artinya jika program tersebut tidak diwujudnyatakan di lapangan dengan cara mengesampingkan produk nasional tetapi mengutamakan produk asing.

Kata Kristijanto, lebih baik kita tidak punya slogan tetapi seluruh insan negeri ini, khususnya para petinggi negara ramai-ramai menggunakan produk dalam negeri, ketimbang punya slogan yang enak didengar tapi tidak penah dilaksanakan di lapangan.

‘’Buat apa pasang spanduk besar-besar dan dipampang sebesar lapangan bola di pinggir jalan raya, namun faktanya di lapangan, jauh panggang dari api. Isi spanduk amat enak untuk didengar, tapi nyatanya, nihil. Sama saja bohong,’’ tegasnya.

Kalau program pemerintah saja dalam pengadaan barang tidak mengutamakan produk dalam negeri, apalagi masyarakat, bagaimana caranya kita bisa mengarahkan warga agar mencintai produk nasional. ‘’Rasanya ini bulsit,’’ tegas Kristijanto. (ender)

TAGS

COMMENTS