Konglomerat Perancis itu Sudah Berbisnis Sawit di Labuhan Batu Sejak 1920

Loading

sawit-9

LABUHAN BATU SELATAN, (tubasmedia.com) – Mungkin tak banyak yang tau kalau ada Penanaman Modal Asing (PMA) asal Eropa yang berbisnis kelapa sawit di Indonesia. Dia adalah PT Socfin Indonesia yang sebagian besar sahamnya digenggam perusahaan Belgia yang kemudian beralih ke konglomerat Perancis.

Seperti diterangkan Kepala Bagian Tanaman PT Socfin Indonesia, Edison P Sihombing, saham terbesar Socfin sudah beralih Socfin SA milik Raja Belgia ke tangan Danone (Perancis). Sementara, saham pemerintah hanya tersisa 10%.

Edison bilang, perkebunan sawit milik Socfin di Desa Negari Lama, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Sumatera Utara, memiliki nilai sejarah bagi Indonesia. Lantaran, kelapa sawit pertama kali ditanam di lahan gambut milik Socfin pada 1920.

Delapan tahun kemudian, Socfin melebarkan sayap bisnisnya dengan membangun pabrik minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) berkapasitas 12 ton/jam/hari.

“Luas kebun kami sekitar 2.200 hektar, di mana 300 hektar adalah lahan gambut,” kata Edison kepada rombongan wartawan beserta Gapki (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit) yang berkunjung ke kantornya di Desa Negeri Lama, Labuanbatu Selatan, Sumatera Utara, Jumat (20/5/2016).

Meski lahannya tergolong tak begitu luas, Edison bilang, produktivitas serta kualitas sawit yang dihasilkan boleh diadu. Kini, produktivitas sawitnya antara 25-29 ton per tahun dengan randemen 23,5-24%. “Kami sudah lama menggunakan sistem management water. Kami membangun 10 pintu air untuk menjaga ketinggian air 70 centimeter,” papar Edison.

Selain itu, lanjut Edison, modernisasi teknologi pertanian, terus ditingkatkan. Termasuk melakukan replanting atau peremajaan 3-4% luas lahan per tahun.

“Yang jelas, perkebunan ini tidak pernah terjadi kebakaran sejak 1920 sampai sekarang. Dan, upaya intensifikasi terus dilakukan. Jadi, enggak perlu nambah lahan tapi produksi naik,” tuturnya.

Untuk pangsa pasar, Edison menerangkan bahwa sawit yang dihasilkan langsung diproses menjadi CPO di pabriknya. Selanjutnya CPO tersebut dilempar ke pasar dalam negeri. “Kami jual ke Musi Mas, sebagian ke Wilmar juga. Kami masuk ke pasar dalam negeri saja,” terangnya. (red)

CATEGORIES
TAGS