Kompetisi Adalah Stimulus Penting Bagi Perekonomian

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

ilustrasi

ilustrasi

INDONESIA dengan segala kekurangannya telah menjadi bagian dari masyarakat dunia. Dan tahun 2015 yang akan datang, bersama negara-negara di kawasan Asean akan menjadi Masyarakat Ekonomi Asean dengan total penduduk sekitar 600 juta jiwa.

Bergabung dengan dunia, Indonesia harus memiliki sikap dan komitmen yang terukur untuk menjadi pemain ekonomi global yang efisien dan kompetitif, serta untuk mendapatkan rasa hormat dari komunitas internasional. Tema ini yang harus digarap dengan sungguh-sungguh di bawah kepemimpinan yang kuat dan visioner.

Indonesia tidak cukup hanya dipimpin sosok dan tokoh yang orientasi kerjanya biasa-biasa saja sebagai layaknya seorang organisatoris yang fokus pada persoalan administrasi negara saja. Bangsa ini perlu dipimpin dan terpimpin oleh sosok yang mampu membawa negeri ini menjadi bangsa yang inovatif untuk bisa bergabung dengan dunia menjadi pemain utama global.

Skenarionya seperti prediksi yang sudah banyak direlease beberapa waktu yang lalu adalah menjadi 7 negara di dunia dengan kekuatan ekonomi terbesar. Cukup beralasan sebagai emerging economy tapi perlu kerja keras dan kerja bersama untuk meraihnya. Salah satu kata kunci agar prosesnya dapat berlangsung antara lain dengan membangun sistem ekonomi nasional yang kompetitif tanpa harus kita kaitkan dengan persoalan liberalisasi dan perdagangan bebas.

Tuntutannya memang seperti itu dan kompetisi adalah telah menjadi kebutuhan negara manapun di dunia yang visi dan misinya untuk bergabung dengan dunia dan berhasil menjadi salah satu pemain utama. Kompetisi hakekatnya adalah stimulus ekonomi yang sangat penting dalam perekonomian.

Akan sulit menempatkan posisi Indonesia yang menghendaki agar negeri ini menjadi basis produksi dan produksi manufaktur berkelas dunia kalau tatanan sistem kelembagaan dan tata kelolanya buruk. Menarik yang disampaiakan Rektor UGM, Pratiknyo (Kompas 4 Desember 2013) bahwa reformasi politik selama ini telah memberikan modal awal untuk konsolidasi bangsa dalam penyebaran kekuasaan, manajemen konflik, hak politik warga negara dan lainnya.

Namun, ada hal yang dilupakan, yaitu membangun sistem politik yang mampu memenangi kompetisi global. Selanjutnya disarankan agar hal tersebut menjadi salah satu terminal dalam mencapai terminal utama bangsa utama demi tujuan bangsa yang sudah dirumuskan di dalam pembukaan UUD 1945.

Sayang kata Pratiknyo, sense of urgency untuk memenangi kompetisi global tersebut terabaikan. Rasanya kita sepakat dengan pandangan tersebut. Kalau melihat keberhasilan China dan India di Asia dan Brasil di Amerika Selatan adalah sebuah contoh negara yang berhasil membangun daya kompetisinya untuk menjadi stimulus ekonominya.

Kerangka kebijakan yang dikembangkan senantiasa berorientasi untuk membangun daya kompetisi bangsa dengan cara antara lain menggugah dan memfasilitasi kebijaksanaan kreatif masyarakat. Meningkatkan kapasitas inovasi mandiri, menambah belanja/pengeluaran untuk inovasi mandiri dan menciptakan sistem yang berorientasi pasar untuk inovasi teknologi.

Bangsa Indonesia tidak boleh gagal membangun daya kompetititifnya. Sejarah telah mencatat bahwa bangsa yang sukses membangun daya kompetisinya terbukti sukses menjadi bangsa yang unggul ekonomi. Surplus ekspornya sangat besar tanpa harus menerapkan kebijakan impornya yang ketat. Wirausahawannya yang inovatif tiap tahun terus tumbuh dan bertambah karena pemerintahnya mendukung melalui berbagai instrumen progam di bidang pendidikan, kompetisi dan pembiayaan yang memadai untuk mendukung kegiatan riset berupa seed capital dan untuk keperluan start up business.

Modalitasnya sudah sangat lengkap tersedia di Indonesia untuk menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang unggul di dunia. Tinggal kita memerlukan sistem kepemimpinan nasional dan daerah yang kredibel, berintegritas dan visioner yang mampu menggerakkan sumber daya nasional dan daerah yang ada untuk mempersiapkan diri menjadi bangsa yang sanggup berkompetisi. ***

CATEGORIES

COMMENTS