Demokrasi Dijadikan Mainan

Loading

fa-2

Oleh: Fauzi Aziz

 

SEBAGAI warga negara cinta damai, kita sudah lelah mendengar celotehan para elit dalam menghadapi rakyatnya sendiri. Demokrasi dijadikan mainan. Iseng banget melakukan manuver kekuasaan, membuat test the water dengan mengatakan ada ancaman rush money, makar dan apalagi yang akan dikapitalisasi berikutnya.

Seperti tidak ada pekerjaan lain, keasyikan mengelola isu konflik. Kasihan rakyat dibuat stres, diciptakan suasana “konflik” dan akhirnya rakyat dihadapkan dengan tentara dan polisi. Memang belum ada dar, der, dor.

Negeri ini jangan menjadi arena sabung ayam, ada ayam yang diadu, ada yang nonton dan ada yang mengelola sebagai bohirnya dan pasti ada yang taruhan. Salah dan salah besar kalau para elit negeri ini “berspikulasi” ada sekelompok masyarakat yang akan melakukan makar atau rush money.

Kalau rush money terjadi, yang menarik uang adalah yang simpanannya tebal di bank dan pasti orang gedean, yang konon mayoritas Dana Pihak Ketiga (DPK) berasal dari orang-orang tajir di negeri ini yang simpanannya juga ada di negara lain.

Bagaimana orang-orang kecil atau golongan kelas bawah mau menarik dananya. Apa yang ditarik, uang yang mau disimpan tidak ada. Boro-boro menyimpan, untuk makan sore-pun sudah tidak punya lagi. Tanpa rush, uang di negeri ini bebas keluar  masuk karena ada rezim devisa bebas.

Kalau benar terjadi, berarti akan terjadi krisis likuiditas seperti tahun 1997/1998. Negara bangkrut, kemudian cari dana talangan ke IMF dan berarti Indonesia menjadi negara pengutang dan cerita ini kemudian bisa berakhir dimana negeri ini akan menjadi “koloni” asing. Jadi siapa aktornya di dalam atau di luar.

Yang jago pasti “pelaku pasar” dalam soal goreng menggoreng di pasar keuangan dan pasar modal. Mari kita berhenti berkonflik dan jangan senang dan keasyikan mengelola konflik di saat seperti ini. Kalau boleh usul, hentikan segera “kejahilan”-“kejahilan” bermain api di negeri ini, karena akhirnya bangsa ini yang akan gigit jari akibat tenggelam di kegiatan live streaming bak sinetron tak berseri.

Kita mesti ganti judul, “menyongsong hari depan yang lebih baik”. Dimulai dengan cara berpolitik yang baik, berekonomi yang baik dan berbudaya yang baik. Kelola harapan ini dengan penuh kesungguhan, keseriusan dan bertanggungjawab, utamanya oleh para elit yang sekarang berada di panggung kekuasaan, baik di lembaga eksekutif, legislatif dan yudicatif.

Tentara kembalikan ke barak, cukupi kebutuhannya agar kekuatan pertahanan negeri ini semakin kuat. Polisi kembali mantapkan diri sebagai penjaga keamanan dan ketertiban, sebagai pelindung rakyat yang menyayangi rakyatnya. Jangan diseret-seret mereka ke panggung politik/kekuasan nanti mundak lupa diri ingin “menjadi penguasa” pula.

Kita harus berkaca diri, menengok peristiwa masa lalu dari zaman sebelum merdeka sampai sudah mengenyam kemerdekaan. Kita ingat baik-baik peristiwa 1948,1965,1968,1974,1998, semua yang menjadi korban adalah rakyat.

Sudahlah, harapan untuk membuat wajah negeri ini menjadi aman, damai, adil dan makmur masih terbuka luas, asalkan semua pihak mau melakoninya dengan baik, penuh persaudaraan dan penuh tanggungjawab.

Kelola harapan besar ini karena kita memang menghendakinya lahir batin, yakni NKRI tetap utuh. Peta jalan kebaikan-kebaikan yang kita kehendaki dibahas bersama, disepakati bersama dan dikelola bersama dengan sebaik-baiknya.

Kalau dari awal kita mengatakan budaya Indonesia itu seperti pelangi, kelolalah pelangi tersebut agar tetap indah seindah warna aslinya. Ekonomi mau tumbuh berapapun harus disyukuri. Ini sebuah pertanda baik, meskipun ekonomi belum bisa tumbuh tinggi, tetapi kan tumbuh yang berarti kehidupan itu masih ada.

Kita urus bersama ekonomi Indonesia dengan tata kelola yang baik dan benar untuk mensejahterakan seluruh rakyat dari Sabang hingga Merauke. Pelangi indah di mata dan di hati ketika seluruh anak negeri bergandengan tangan untuk menjaga keaslian, keasrian dan kelestarian sang pelangi.

Pimpinlah dengan baik dan bijaksana. Mudahkan segala urusan untuk memakmurkan negerinya, jangan malah dipersulit. Jangan palakin aset miliknya dan diganggu hak ulayatnya karena ada pemodal yang berminat. Kembangkan ekonomi kerakyatan agar rakyat Indonesia menjadi masyarakat ekonomi yang mandiri dan mempunyai daya tahan tinggi ketika kelesuan ekonomi terjadi dan sebaliknya ketika kondisi perekonomian memanas.

Indonesia tidak akan pernah bisa dibangun dengan kekuasaan dan hit and run. Indonesia hanya akan bisa berhasil jika berhasil menyikat habis para perampok kekayaan bangsa dan negara. Kalau tidak sanggup, maka Indonesia akan berpotensi menjadi negara gagal.

Mari bangun negeri ini dengan semangat istiqomah dan penuh persaudaraan. Dan kelola harapan dengan sebaik mungkin agar semua harapan menjadi kenyataan. Buang sikap mengelola konflik karena salah-salah hanya akan menghasilkan politik adu domba. (penulis adalah pemerhati masalah sosial ekonomi).

 

CATEGORIES
TAGS