Hati-hati…..Prabowo Ancaman Terhadap Demokrasi……..

Loading

JAKARTA, (tubasmedia.com) -Pencalonan Prabowo Subianto pada pemilihan Presiden 2024 cukup menarik perhatian, hingga disorot media Amerika Serikat, New York Times (NYT).

Dalam artikel berjudul “‘Why This Presidential Front-Runner is Stirring Fears of the ‘Death of Democracy”, NYT menyajikan tanggapan sejumlah kritikus yang menilai pencalonan Prabowo sebagai ancaman terhadap demokrasi.

Di pemilihan presiden (Pilpres) 2024, Prabowo menghadapi dua pesaing lainnya, yakni mantan Gubernur Jakarta, Anies Baswedan, dan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.

Untuk memenangkan Pemilu 14 Februari, Prabowo harus mendapatkan minimal 51 persen suara.

Sementara jajak pendapat terbaru menunjukkan Prabowo lebih unggul dibanding para pesaingnya. Dengan perolehan hasil survei 46 persen suara, kemungkinan Prabowo harus menghadapi putaran kedua dan bersaing lebih ketat.

Potensi kemenangan Prabowo justru menimbulkan ketakutan bagi beberapa pihak. Bahkan pernyataan Direktur Setara Institute Hendardi yang dikutip NYT menyebut kemenangan Prabowo dalam pilpres tahun ini akan menghidupkan kembali masa lalu yang kelam.

Prabowo dinilai sebagai simbol dari 32 tahun pemerintahan Soeharto. Presiden berlatar belakang militer itu digulingkan pada 1998 karena terlibat dalam penculikan dan penyiksaan terhadap aktivis pro-demokrasi.

Sementara Prabowo yang merupakan menantu Soeharto dan letnan jenderal RI ikut diberhentikan dari militer karena diduga ikut berperan dalam penculikan aktivis politik jelang reformasi.

Catatan kelam Prabowo di masa lalu dinilai Hendardi mampu membahayakan keberlangsungan demokrasi. “Yang akan terjadi adalah matinya demokrasi,” katanya.

Tak hanya soal penculikan, Prabowo juga disebut memiliki rekam jejak pelanggaran HAM.

NYT dalam tulisannya merujuk pada pembantaian ratusan orang Timor Timur yang diduga dilakukan oleh pasukan khusus atau Kopassus yang dipimpin Prabowo.

Karena kasus tersebut, Prabowo dilarang memasuki Amerika Serikat selama bertahun-tahun. Prabowo sudah tiga kali mencalonkan diri untuk menjadi presiden tapi selalu kalah.

Pada tahun 2014, ia menampilkan dirinya sebagai orang kuat di bidang militer, meneriakkan pidato-pidato nasionalis, namun kalah dari Presiden Joko Widodo.

Lima tahun kemudian, Prabowo berusaha menggambarkan dirinya sebagai seorang Muslim yang taat dan mengandalkan omongan komunal.

“Dia kembali gagal dan mengaku sebagai korban kecurangan pemilu,” tulis NYT.

Pada kampanye tahun ini, Prabowo mencoba menghilangkan reputasinya sebagai orang yang mudah marah dengan menggambarkan dirinya sebagai seorang kakek yang gemoy, atau imut, yang menari di rapat umum.

Pemulihan citra Pak Prabowo dimulai beberapa tahun lalu, ketika Jokowi mengangkatnya sebagai Menteri Pertahanan.

Namun selama menjadi Menhan, kinerja Prabowo dikritik karena gagal melakukan membeli jet tempur bekas serta gagal menjalankan program ketahanan pangan. (sabar)

CATEGORIES
TAGS