Bisakah Menjadi Bangsa yang Besar

Loading

Oleh: Fauzi Azis

Ilustrasi

Ilustrasi

JAWABANNYA mudah saja bahwa negeri ini punya potongan untuk menjadi salah satu bangsa yang besar di dunia. Dari segi aset ekonomi, negeri ini memiliki kekayaan alam yang berlimpah ruah. Tanahnya subur makmur, apa saja ditancapkan diatasnya akan tumbuh berbagai jenis tanaman yang sangat berguna bagi kehidupan.

Secara demografis penduduknya besar, saat ini telah hampir mencapai 240 juta jiwa dengan tingkat pendapatan per kapitanya yang telah mencapai USD 3.000. Sistem politiknya, negeri ini telah menempati sebagai negara demokratis terbesar ketiga setelah Amerika Serikat dan India.

Secara normatif ketiga faktor tersebut telah dapat menjadi modalitas bagi negeri ini untuk menjadi sebuah bangsa yang besar, baik dipandang dari politik maupun ekonomi. Keyakinan ini menjadi bertambah besar, manakala lembaga-lembaga internasional dan lembaga pemeringkat memberikan berbagai catatan positif tentang masa depan ekonomi Indonesia yang bila dikelola dengan baik dapat menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi tinggi dan berdiri sejajar dengan China, India, Brasil dan Rusia.

Menjadi bangsa yang maju dan digdaya dipercaturan global harus mau belajar dari bangsa-bangsa lain di dunia, baik keberhasilannya maupun kegagalannya. Di Asia kita bisa belajar dari Jepang, Korsel, China, India dan bangsa-bangsa lain. Yang pasti semuanya berproses dan berlangsung dalam kurun waktu yang panjang, tidak ada yang bersifat instan.

Sistem politik yang demokratis harus menjadi faktor stimulan bagi berkembangnya kreatifitas dan inovasi masyarakat untuk mengaktualisasikan dirinya menjadi manusia-manusia unggul diberbagai bidang sain dan teknologi. Sistem demokrasi yang kita bangun bukan hanya sekedar menjadi jargon yang mengedepankan soal perbedaan, kebebasan berpendapat dan rivalitas politik yang kekanakkan seperti yang kita lihat sekarang ini.

Sistem politik yang demokrasis harus melahirkan kepemimpinan yang kuat karena fungsi utamanya adalah adanya unsur kemampuan untuk mengkonsolidasikan seluruh faktor kekuatan yang ada di masyarakat. Seni kepemimpinan yang seperti itu yang diperlukan dalam alam kehidupan yang demokratis dan sekaligus bersama sama masyarakat menyepakati platform berbagai-bagai kebijakan negara untuk menjadi negara bangsa yang maju, digdaya dan berperadaban.

Siapapun yang dipercaya menjadi pemimpin di negeri ini tidak mencoba-coba bermain api dengan kekuasaan. yang dimilkinya. Tugas kepemimpinan dalam sebuah negara untuk menjadikan bangsa yang maju harus berorientasi kepada upaya yang terus-menerus untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya talenta dan bakat menjadi sebuah kekuatan untuk membangun negeri ini.

Kehadiran dan kerjasama dengan pihak asing tidak bisa dinafikkan sepanjang kehadirannya kita pandang sebagai pelengkap dan harus bisa dikendalikan. Kalau tidak bisa mengarah ke sebaliknya, yaitu menjajah. Membangun untuk menjadi bangsa yang besar memerlukan kerja keras dan kerja cerdas dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknolgi.

Hampir tidak ada contoh yang dapat diambil dari negara yang menjadi superpower di bidang ekonomi yang mengabaikan peran iptek. Integritas menjadi faktor yang tak kalah penting dalam mengelola negara untuk menjadi bangsa besar. Banyak contoh di masa lalu ketika kedigdayaan suatu bangsa hancur karena pilar-pilar intgritas dan moralitas dilanggarnya habis-habisan.

Toynbee, A Study of History menyatakan bahwa pada banyak peradaban yang telah berhasil, biasanya para elit penguasanya merasa puas diri, complacent dan lama-lama menjadi malas. Selanjutnya dikatakan bahwa mereka mengalami proses barbarisasi, mulai kehilangan norma dan disiplin moralnya serta tujuan utama hidupnya berubah menjadi sekedar pemuasan kebutuhan badaniah yang nyaris tanpa batas.

Gejala seperti ini sudah terjadi di negeri ini. Belum sampai menggapai cita-cita menjadi bangsa yang digdaya saja kita sudah berhadapan langsung dengan realita seperti itu. KKN bertaburan dimana-mana tanpa ada rasa bersalah dan apalagi rasa malu. Oleh sebab itu, sebelum kita mengalami kehancuran dan pastinya hal ini tidak kita kehendaki, bangsa ini mau tidak mau harus mau melakukan rekonsiliasi dan konsolidasi untuk membangun kekuatan.

Semua negara bangsa di abad lampau mengalami kemunduran dan kehancuran peradabannya karena moralitas para pemimpinnya pudar. Korupsi mewabah begitu rupa dan negara menjadi ambruk karena korupsi. Penguasa yang korup dan demokrasi yang lemah adalah faktor yang dapat menjadikan suatu negara akan bangkrut.

Realitas lain juga sudah kita rasakan bahwa sebagian bangsa ini telah terjangkit gaya hidup yang hedonis, konsumtif dan materialistis. Meskipun ini bukan budaya asli Indonesia, tapi mentalitet yang seperti ini bisa menjadi sebuah ancaman bagi terbentuknya mentalitet pembangunan yang menerabas, serba gampangan dan ingin cepat menjadi kaya dan sebagainya.

Membangun peradaban sebuah bangsa harus terbebas dari anasir-anasir nafsu serakah. Karena itu sebagai manusia Indonesia yang ingin melihat bangsanya maju dan dapat berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia, kita kenang kembali catatan yang ditulis oleh Mahatma Gandhi tentang hal-hal yang melemahkan umat manusia, yaitu: 1) Politik yang tanpa prinsip, 2) Kesenangan dunia yang tanpa pertimbangan nurani, 3) Kekayaan yang didapat tanpa usaha/kerja, 4) Pengetahuan yang tanpa jiwa, 5) Usaha/bisnis yang tanpa moral, 6) sain tanpa nilai kemanusiaan dan 7) Pemujaan yang tanpa mau berkorban. ***

CATEGORIES