Belajar Cara Mengarang Novel

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

Ilustrasi

JAKARTA, (Tubas) – Biasanya kalau orang ingin mengarang, maka sudah ada ide cerita di dalam benaknya. Jadi pertama-tama yang hasrus dilakukan adalah memilih salah satu ide cerita yang paling kita sukai dan yang paling mungkin disukai orang pula. Setelah menjatuhkan pilihan, tulislah sinopsisnya atau ringkasan isi di buku catatan.

Singkirkan dulu ide-ide cerita lain itu dari pikiran kita. Agar tidak lupa, tulis juga ide-ide itu dan simpanlah sinopsis cerita lainnya itu di buku lain, atau komputer untuk kita jadikan karangan di kesempatan lain.

Selanjutnya, fokuskan pikiran kita pada tujuan atau pesan yang ingin kita sampaikan dari ide cerita yang sudah dipilih tadi. Kemudian rencanakanlah bentuk karangan kita, entah cerpen, novelette, atau novel. Lalu perkirakan jumlah babnya dan berapa halaman karangan yang akan kita buat nanti.

Itulah bagian awal proses menulis novel yang disajikan dalam buku berjudul Bagaimana Cara Mengarang Novel, karangan Maria A Sardjono, terbitan PT Pustaka Sinar Harapan, 2011, setebal VIII dan 106 halaman. Pola isi buku ini dibuat dalam bentuk Tanya dan Jawab, antara pihak yang ingin tahu cara mengarang sebuah novel dan penulisnya sendiri, Maria A Sardjono.

Tanya jawab yang menonjol adalah tentang bekal untuk menjadi pengarang dan memulai proses mengarang. Buku ini hanya terdiri dari tiga bab, yaitu Bab I: Bekal Untuk Menjadi Pengarang, Bab II: Memulai Proses Mengarang, dan Bab III: Hal-hal Yang Juga Perlu Diketahui Calon Pengarang.

Dalam Bab I yang paling penting adalah 10 syarat atau bekal yang harus dimiliki oleh seorang yang ingin menjadi pengarang. Bab II Memulai Proses Mengarang, berisi hal-hal yang harus dilakukan ketika memulai proses mengarang suatu novel, seperti pemilihan ide, pembuatan bagan dan lain-lain. Sedangkan Bab III berisi hal-hal yang juga perlu diketahui calon pengarang.

Seperti dikatakan, ada sepuluh syarat yang harus dimiliki seseorang yang ingin jadi pengarang. Pertama, yang bersangkutan harus mempunyai keinginan atau dorongan hati untuk menulis dan mau melaksanakannya. Jadi, tidak hanya keinginan. Kedua, orang yang mau menjadi pengarang, harus memiliki logika atau jalan pikiran yang masuk akal, dan memiliki alur pikir yang runut dalam bertutur. Ketiga, orang harus suka membaca. Ini sangat penting karena dengan membaca banyak, kita bisa mengetahui dan mempelajari banyak hal.

Keempat, tekun dan tidak bosan-bosannya bekajar menulis. Kelima, seseorang yang ingin jadi pengarang harus memiliki pengetahuan umum yang luas dan beragam sebagai bekal yang cukup. Keenam, orang harus memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan mempunyai perbendaharaan kata yang memadai. Ketujuh, pengarang harus cermat dan teliti menyampaikan apa pun yang dituliskannya.

Kedelapan, orang harus memiliki konsistensi dalam bertutur atau berkisah sehingga seluruh buku kompak isinya. Kesembilan, sseseorang tidak boleh bosan-bosannya mengasah kepekaan untuk menangkap apa pun realitas di seputar dirinya dengan seluruh pancainderanya. Kesepuluh, orang harus berpegangan pada kode etik penulisan dan rasa tanggung jawab atas apa yang dihadirkan lewat tulisannya.

Maria A Sardjono sudah 35 tahun berprofesi sebagai pengarang, bahkan sejak remaja. Ia sudah menulis 100 novel dan 150 cerpen di media massa. Novelnya juga pernah dimuat sebagai cerita bersambung di majalah dan surat kabar. (apul)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS