Usaha dan Anugerah

Loading

Oleh: T. Dewi

190814-bb2

DALAM upaya kita menaikkan derajat kehidupan di dunia ini harus ada usaha. Usaha yang sungguh-sungguh mengejar cita-cita dilandasi tekad yang kuat akan mendukung keberhasilan. Dapat diartikan setelah usaha 99% cita-cita baru akan terwujud. Melengkapi usaha kita yang 99% dibutuhkan anugerah Tuhan. Cukup 1% anugerah Tuhan akan menyempurnakan usaha mencapai cita-cita. Berarti mencapai cita-cita tidak hanya dengan berdoa saja, harus ada usaha yang nyata dalam meraih cita-cita.

Usaha berarti kita harus mengeluarkan keringat, mengeluarkan tenaga, beramal atau melakukan perbuatan sesuai dengan apa yang dicita-citakan. Hal ini adalah sebuah kenyataan yang ada dihadapan kita, yang tidak dapat diabaikan jika kita memiliki cita-cita. Sedang yang dimaksud dengan anugerah adalah anugerah Tuhan berupa hadiah atas usaha yang keras dari diri kita sendiri. Ada ungkapan Tuhan Maha Pengasih, apa pun permintaan hamba-Nya akan diberi, akan tetapi kita harus menjemputnya sendiri.

Sebagai perimbangan apabila kita memohon atau menginginkan sesuatu, kita harus menjemput atau mengambil apa yang kita inginkan. Walau permintaan sudah disetujui dan disiapkan untuk kita, tetapi tidak pernah mau bergerak untuk mengambilnya maka tetap saya apa yang diinginkan belum berada dalam gegaman kita. Dapat juga dikatakan bahwa jika kita memohon sesuatu, tidak cukup memohon dengan daftar permohonan yang panjang, dan permohonan disebutkan setiap hari sambil merengek-rengek, mengeluarkan air mata, tetapi tidak mau berusaha atau berjalan menghampiri apa yang kita inginkan, maka permohonan itu tinggal permohonan saja.

Sebaliknya, jika kita sudah berusaha atau berdaya upaya sekeras mungkin, tetapi upaya itu diakui sebagai kekuatannya sendiri dengan berkata: “Saya bisa, saya mampu karena saya pintar, saya kaya, saya kuat, saya tidak membutuhkan pertolongan Tuhan”, maka anugerah yang 1% itu ibarat izin yang mutlak, tidak didapatkan, maka usaha yang telah dikeluarkan akan menjadi sia-sia saja. Dengan ungkapan lain, jika ego kita besar (sombong) akan menjadi penghalang dari kesempurnaan apa yang kita upayakan. Oleh karena, sebenarnya kita mengetahui bahwa tidak ada manusia yang sempurna, kesempurnaan hanya ada pada Allah.

Sebagai ilustrasi ada sebuah cerita dari seorang teman yang kini menduduki jabatan terhormat di sebuah instansi. Ia menceritakan bahwa dulu ketika masih menjadi mahasiswa, ia berupaya dengan sungguh-sungguh untuk meraih cita-citanya, ia memang pintar, cerdas dan mampu. Setelah selesai kuliah, ia ingin menjadi direktur (entah direktur apa, yang penting ia ingin menjadi orang sukses). Setelah selesai pendidikan S1 ia melanjutkan pendidikan S2, ia pikir pasti cita-citanya segera ia raih, karena ia merasa pintar dan cerdas.

1
2
CATEGORIES
TAGS